Tuesday, June 2, 2020

Mengharap The Great Revival, Mendapat The Great Chaos

Bukankah Gereja di Amerika Serikat dan Dunia Barat lainnya telah lama menubuatkan dan mendoakan agar terjadinya The Great Revival a.k.a The Great Awakening a.k.a Third Pentecost (Pentakosta Ke-3)?

Lalu mengapa justru yang terjadi adalah kekacauan dan kerusuhan yang besar dan masif di berbagai kota di Amerika Serikat saat ini?

Tahukah Anda bahwa sejarah sedang berulang? Perhatikan apa yang pernah Nabi Habakkuk doakan dalam jerit tangis dan erangannya kepada Tuhan agar revival terjadi atas bangsanya,

"Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: 'Penindasan!' tetapi tidak Kautolong?" - Habakkuk 1:2

Saya percaya doanya, jerit tangisnya, dan erangan kepedihannya tulus mengharapkan revival dan pemulihan bagi negerinya, tapi ternyata Tuhan merespon jauh dari apa yang bisa diduga,

"Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.

"Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim (Babylonians), bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka.

"Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya sendiri.

"Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu malam; pasukan berkudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti rajawali yang menyambar mangsa." - Habakkuk 1:5-8

Bukankah saat ini di Amerika Serikat (karena dipicu oleh insiden George Flyod dan Derek Chauvin) ada banyak orang yang garang dan tangkas sedang menjarah dan menduduki tempat-tempat yang bukan kepunyaan mereka?

Kerusuhan yang dahsyat dan menakutkan terjadi di berbagai tempat. Dan melalui berbagai platform media sosial, kita bisa menyaksikan kecepatan orang-orang itu menjarah lebih daripada macan tutul, kebuasan orang-orang itu lebih daripada serigala dan kelincahan mereka lebih daripada rajawali.

Sampai di sini, apakah Anda sudah menyadari bahwa The Great Revival yang selama ini dipropagandakan itu adalah sebuah agenda palsu yang sarat dengan kepalsuan dan ambisi manusiawi yang korup?

Sebab agenda yang palsu itu disusupi dengan aksi dagang mujizat, janji muluk akan kelimpahan dan kekayaan (transfer of wealth), dan berbagai cerita isapan jempol lainnya.

Konyolnya banyak pemimpin Gereja di Indonesia ikut mempropagandakan kepalsuan yang sama sehingga banyak di antara jemaat yang menyimpang. Padahal dengan gamblang Tuhan Yesus sudah katakan,

"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih (agape) kebanyakan orang akan menjadi dingin." - Matius 24:12

Jika sudah dinubuatkan akan menjadi dingin, mengapa mereka menubuatkan hal yang bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus? Adakah mereka merasa lebih benar daripada Tuhan Yesus?

Pada akhirnya, Nabi Habakkuk menyadari bahwa revival yang diharapkannya tidak kunjung terwujud, dan secara bertahap dia mempersiapkan batiniahnya untuk menghadapi skenario terburuk yang pernah dia dengar dari Tuhan sendiri, sehingga dia dapat berkata,

"Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami.

"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

"ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." - Habakkuk 3:16-19

Tulisan ini untuk membangkitkan kesadaran kita semua bahwa masa sakit bersalin bagi Gereja Tuhan sudah tiba dan akan semakin intens kesakitan yang akan dialami, demi melahirkan sebuah zaman baru di mana Kristus Yesus akan memerintah selama 1000 tahun lamanya di Bumi. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah Tuhan Yesus katakan dan tertulis dalam Matius 24.

Mintalah kepada Tuhan ketenangan untuk menantikan dan menyambut hari kesusahan itu, supaya kita dapat bertahan dalam iman sampai penghujung nyawa kita. Sehingga dengan demikian, ketika masa itu datang kita dapat berkata kepada musuh-musuh kita,

"Tuhan yang kami sembah sanggup menolong kami, tapi SEKALIPUN TUHAN TIDAK MENOLONG KAMI, KAMI TETAP TIDAK AKAN MENYEMBAH PATUNG BUATAN KALIAN."

Sekali lagi saya ingatkan, perhatikan respon Tuhan terhadap ratapan Nabi Habakkuk ini, dan bebaskanlah diri kita dari nubuatan-nubuatan palsu itu. Persiapkan manusia batiniah kita sebaik mungkin karena kesusahan besar telah ditetapkan-Nya.

Blessings!

Monday, June 1, 2020

New Normal Sebagai Konklusi Bagi Gereja

"Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: 'Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.' 

"Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. 

"Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: 'Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!'" - Yeremia 18:1-6

Setelah sekitar 4 bulan masyarakat dunia berjibaku dengan pandemi Covid-19 ini, akhirnya mayoritas pemerintahan di seluruh dunia (terpaksa) menyesuaikan diri sedemikian rupa karena sadar bahwa kita semua tidak akan pernah bisa kembali lagi kepada keadaan sebelum pandemi tersebut terjadi.

Dan dengan kesadaran yang sama, situasi baru yang harus diterima ini diberi label NEW NORMAL.


Seperti sudah pernah saya katakan sebelumnya sejak 3 tahun yang lalu bahwa there won't be business as usual, there won't be life as usual, maka melalui pandemi Covid-19 ini, hal itu benar-benar tergenapi.

New Normal juga berarti bahwa yang selama ini dianggap tradisional atau diperlakukan layaknya tradisi akan segera ditinggalkan, dianggap usang, dianggap tidak relevan, bahkan dianggap sebagai sesuatu yang mengancam kehidupan. 

Berbagai upaya spiritual yang pernah dilakukan sebagian orang untuk mencegah dan / atau mengatasi pandemi Covid-19, yakni dengan berdoa, berpuasa, bernubuat, bahkan "peperangan rohani" hingga ke Kutub Utara telah terbukti gagal ketika New Normal ini disepakati bersama di seluruh dunia.

Gereja harus segera menyadari bahwa pandemi Covid-19 BUKAN sekedar interupsi atau jeda yang sifatnya temporer, melainkan sebuah DISRUPSI BESAR yang mengubah tatanan kehidupan secara permanen dalam berbagai aspek, khususnya dalam menjalankan ritual ibadah dan bahkan misi keselamatan.

Sama halnya dengan bisnis transportasi berbasis online yang tidak sekedar menginterupsi tapi mendisrupsi besar-besaran dan secara telak memukul ekonomi dan bisnis industri transportasi konvensional di seluruh dunia.

Sungguh bahwa Tuhan sedang reshaping atau membentuk ulang Gereja-Nya ke dalam sebuah masa dan situasi yang sama sekali baru dan belum pernah terjadi sebelumnya. Dan tentu saja Gereja sedang direkayasa secara ilahi untuk semakin bergantung kepada kuasa Tuhan atau menjadi binasa dihantam keadaan.

Sayangnya, masih ada banyak pemimpin Gereja yang berpikir untuk sekedar reopening tradisi ibadahnya ketimbang menerima reshaping yang sedang terjadi, khususnya mereka yang terlalu mengandalkan hal-hal yang lahiriah dan kasat mata dalam menjalankan ritual ibadah.

Sadarilah segera, bahwa New Normal ini juga menjadikan sistem pengukuran yang selama ini dipakai juga sudah usang. Bahwa selama ini organisasi gereja yang "sukses" adalah yang gedungnya besar, hadirinnya banyak dan jumlah uang kolektenya berlimpah.

Kini gedung-gedung yang besar itu kosong, karena tidak ada lagi yang hadir, dan karena pandemi ini juga memukul ekonomi secara makro maupun individual, tentu saja berpengaruh terhadap jumlah uang kolekte yang diterima.

Jika kita mau melihat kepada sejarah, Martin Luther melalui Reformasi Gereja yang terjadi 500 tahun yang lalu ditujukan untuk membebaskan Gereja dari kekuasaan para pemimpinnya yang korup, maka kini Covid-19 dengan New Normal-nya sedang membebaskan umat Tuhan dari organisasi gereja yang korup.

Bukankah dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, kepada Firaun, Musa memakai alasan untuk beribadah (secara benar) kepada TUHAN Allah? Demikian juga Covid-19 ini membebaskan umat-Nya dari perbudakan tradisi dan praktik ibadah yang korup.

Yang lahiriah itu semakin tidak bisa diandalkan karena akan semakin rentan untuk terus digoncang di masa depan. Itu sebabnya, ini adalah momen yang sangat baik untuk mengalihkan fokus ibadah kita kepada yang batiniah sehingga ketika goncangan yang lebih dahsyat terjadi kita telah menjadi bagian dari yang tidak tergoncangkan itu dalam anugrah-Nya.

Blessings!

Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.

Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.