Tuesday, January 25, 2011

Jatuhnya Babel

Biduk-biduk perahu sampan
Mulai merapat ke tepian teluk dan tanjung
Walau ikan-ikan ramai di lautan dan sungai
Namun hampir tak laku ditangkap

Deru mesin-mesin penggilingan

Mulai senyap ditelan lebatnya hutan
Walau emas perak masih penuh sesak
Namun hampir tak selera dijarah

Kerlap-kerlip sinar pertunjukkan

Tak lagi terlihat di singgasananya
Walau terpatri berlapis tribunnya
Tak satupun berani hadir mengunjunginya

Kemuliaan-kemuliaan percabulan itu telah sirna

Tenggelam pada saat penghukumannya
Kesombongan-keangkuhan yang sangat megah
Habis lenyap dalam sekejap mata

Emasnya, peraknya, permatanya, mutiaranya

Lenan halusnya, kain suteranya, kayu harumnya, gadingnya
Rempah-rempahnya, kemenyannya, wewangiannya, pualamnya
Anggurnya, gandumnya, ternaknya bahkan nyawa manusia

Segalanya tak berarti lagi dan menjadi kosong

Semua penjuru berseru-seru “Celaka! Celaka!”
Perkabungan menjadi hadiah kekekalannya
Asapnya naik, kota besar runtuh untuk selamanya

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.