Tuesday, January 25, 2011

Kesetiaan Dan Lebih Dari Sekedar Jatah - Vol. 1

Bulan Mei 2010 ini di JPCC membahas tema utama Prosperity. Dan di bulan sebelumnya, April 2010, JPCC membahas mengenai Faithfulness. Saya merasa sungguh bukan sebuah kebetulan. Tahukah Anda, bahwa ada yang disebut jatah, namun ada juga yang mendapatkan lebih dari sekedar jatah. Dan untuk memperoleh lebih dari sekedar jatah benar-benar dibutuhkan kesetiaan yang tak terkatakan.

Simaklah cerita perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16). Dikisahkan seorang tuan rumah sepertinya sedang memasuki masa panen kebun anggurnya. Kita tahu bahwa tuan rumah yang dimaksud dalam cerita ini merujuk pada Tuan kita, Tuhan Yesus. Dan saya yakin kebun anggurnya luas sekali karena Tuannya sangat kaya.

Saking luasnya kebun anggur dan banyaknya hasil panen yang harus dikumpulkan, tuan rumah ini harus memanggil para pekerja berkali-kali. Yang pertama dipanggil adalah para pekerja yang ditemui pagi-pagi benar dan dengan kesepakatan upah. Kemudian disusul dengan gelombang-gelombang pekerja lainnya; jam 9, jam 12 dan jam 3 petang. Dan semuanya dengan kesepakatan.

Kita bisa menduga bahwa ternyata semakin mendekati petang, pekerjaan di kebun anggur semakin banyak. Untuk terakhir kalinya, pada jam 5 petang sang tuan rumah harus pergi lagi ke pasar untuk memanggil para pekerja tambahan. Dan saya yakin pekerja-pekerja tersebut jumlahnya pun tidak kalah banyaknya dengan pekerjaan yang masih harus dilakukan sampai petang itu. Itulah sebabnya sang tuan rumah terkejut dan berkata kepada mereka, "Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?"

Dan dengan lirih para pekerja menjawab, "Tidak ada orang yang mengupah kami." Ucapan para pekerja tersebut bukan berbicara soal upah, namun sebenarnya tidak ada orang yang mau membayar mereka, tidak ada orang yang mau mempekerjakan mereka. Mengapa bisa tidak ada yang mau mempekerjakan mereka? Karena mereka dinilai tidak qualified untuk dipekerjakan. Mereka dianggap tidak pantas dipekerjakan.

Dan di sinilah faktor kesetiaan itu bahwa sekali pun mereka dianggap tidak pantas dipekerjakan, mereka tetap berdiri sepanjang hari di pasar, sampai waktunya habis atau sampai ada yang sudi mempekerjakan mereka. Mereka tetap mempunyai pilihan untuk pulang dan tidur di rumah ketika melihat pekerja lainnya yang lebih qualified dengan mereka dipekerjakan lebih dulu.

Anda harus memahaminya bahwa pekerja jam 5 ini harus menanggung panas terik sepanjang hari, penolakan, dan yang lebih memberatkan ialah ketika melihat teman-temannya lebih dipekerjakan daripada mereka. Namun hal-hal tersebut tidak membuat mereka menyerah dan pulang, sampai tuan yang sangat murah hati itu datang. Dan mereka dipekerjakan tidak dengan kesepakatan upah seperti para pekerja sebelum mereka ini. Karena bagi mereka adalah bahwa dianggap layak dipekerjakan sudah lebih dari cukup, dan mengenai upah, sungguh mereka hanya mengharap kebijaksanaan sang tuan rumah.

Yang paling menarik adalah ketika tiba waktunya untuk membagikan upah, para pekerja jam 5 ini diberi upah yang pertama dan jumlahnya sama dengan upah sehari. Para pekerja jam 5 ini tidak saja disetarakan dengan yang lain, namun juga didahulukan daripada yang lain itu. Sungguh kesetiaan mempercepat kelimpahan yang dijanjikan.

Jika kita menyimak kisah mengenai Elia dan bujangnya di gunung Karmel (I Raja-Raja 18:20-46) - baca artikel About Faithfulness - bujangnya Elia tetap setia menuruti perintah tuannya untuk pergi pulang sampai 7 kali tanpa berkomentar apalagi mengeluh sepatah kata pun. Namun ketika sudah waktunya hujan (berkat) dicurahkan, kejadiannya sangat cepat!

Bujangnya Elia tidak mengeluh, para pekerja jam 5 tidak menyerah. Dan mereka semua mendatangkan dan mendapatkan lebih dari sekedar jatah. Mereka memperoleh kemurahan hati Tuhan karena kesetiaan mereka, dan kemurahan hati Tuhan itulah kelimpahan (Prosperity).

(bersambung)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.