Wednesday, March 23, 2011

Berbagai Karunia Roh & Orang Percaya

Bahan Renungan: 1 Korintus 12-14; Markus 16:15-18;

Suatu hari seorang teman komsel bertanya secara terbuka, "Apakah ada yang tahu bagaimana caranya memperoleh karunia berbahasa roh (berbahasa lidah)?" Dan pertanyaan tersebut dijawab oleh teman komsel yang lain, "Aku sendiri juga tidak tahu, tapi karunia roh tidak menjamin seseorang dewasa rohani."

Melihat jawaban teman saya tersebut, tanpa bermaksud menghakimi, sesungguhnya agaklah menyedihkan. Saya bukanlah tidak setuju dengan pendapatnya bahwa karunia roh tidak menjamin kedewasaan rohani seseorang, namun jawabannya terkesan "frustasi" dan pengenalan yang dangkal mengenai dunia rohani. Saya akan lebih menghargai jika teman tersebut menjawab, "Aku juga INGIN tahu bagaimana caranya."

Saya menyadari ada segolongan orang percaya yang terlihat, terdengar dan terkesan "aneh" bagi golongan orang percaya lainnya ketika bersinggungan dengan karunia-karunia dan dunia roh. Golongan yang merasa asing dengan dengan hal-hal tersebut akan lebih cepat menghakimi & sinis dengan golongan yang begitu terbiasa.

Amanat Agung Bersifat Supranatural

Coba perhatikan Amanat Agung yang Tuhan Yesus amanatkan kepada kita di semua Injil, kita diperintahkan untuk mengabarkan Injil, membaptis, mengusir setan-setan, memegang ular, menyalurkan mujizat kesembuhan, dan sebagainya (Markus 16:15-18). Tidakkah kita sadari bahwa semuanya itu bersifat supranatural? Bahkan mengabarkan Injil pun adalah hal yang supranatural. Sementara kemanusiaan kita tanpa Roh Kudus dan segala cara kerja-Nya adalah natural belaka. Jadi adalah MUSTAHIL bagi orang percaya untuk merampungkan amanat Tuhan yang bersifat supranatural apabila masih mengandalkan akal naturalnya.

Secara agak "nyeleneh", saya menegaskan bahwa seharusnya antara orang percaya dengan seorang dukun hampir tidak ada bedanya, selain majikan dan passion kehidupan masing-masing. Hanya orang-orang yang spiritualis yang memiliki pengaruh bagi kehidupan ini, dan cara orang percaya memengaruhi dunia adalah dengan pertolongan Roh Tuhan dan karunia-karunia Roh-Nya. Roh Kuduslah rekan kerja sejati kita, dan pergaulan bersama-Nya yang akan membawa kita kepada penggenapan rencana dan garis akhir yang Tuhan tetapkan bagi masing-masing orang percaya.

Jadi bagaimana seharusnya orang percaya menyikapi hal tersebut? Adakah kita harus bersikap pasrah? Dengan alasan bahwa yang namanya karunia adalah hadiah. Dan karena yang berasal dari roh tidak dapat dikerjakan (dilatih) secara tubuh (daging). Perhatikan 1 Korintus 14:1 berkata, "Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat." Dari perintah-Nya secara jelas dikatakan bahwa prioritaskan kasih karena kasih menutupi banyak pelanggaran, namun tidak mengabaikan untuk memperoleh karunia-karunia Roh.

Dalam New King James Version, kata "usahakanlah dirimu" diterjemahkan menjadi merindukan (desire). Orang percaya sepatutnya merindukan dirinya agar merampungkan Amanat Agung yang telah Tuhan sampaikan, selanjutnya akan menyadari bahwa yang natural dalam dirinya tidak pantas diandalkan, sehingga pada akhirnya merindukan segala karunia roh untuk memperlengkapi dirinya untuk perampungan tersebut. Jadi dengan demikian orang percaya tidak boleh bersikap "masa bodo" dengan hal-hal dunia roh, sebaliknya kita harus mengusahakan untuk memahami dan memperoleh segala perlengkapan (karunia-karunia) rohani bahkan terutama karunia bernubuat.

Kembali kepada pertanyaan teman komsel saya yang menanyakan bagaimana supaya dirinya bisa berbahasa roh dan memperoleh berbagai karunia Roh lainnya. Tentu tidak lain adalah dengan merindukannya sungguh-sungguh. Tuhan tidak berselera menghadiahkan karunia-karunia-Nya kepada orang percaya yang tidak merindukan, sebaliknya siapa yang mengingini sedemikian rupa seperti Yakub mengingini hak kesulungan, orang-orang tersebutlah yang akan memperolehnya. Dan di akhir perikop (1 Korintus 39-40) ditegaskan lagi supaya kita memperoleh karunia untuk bernubuat dan jangan melarang orang lain yang berkata-kata dengan bahasa roh. Namun semuanya harus berlangsung sopan dan teratur, itu sebabnya kasih tetap menjadi prioritas dan karunia roh tetap harus dirindukan.

2 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.