Monday, March 14, 2011

Cukup Adalah Cukup

Kejadian 45:28:
Kata Israel (Yakub): "Cukuplah itu; anakku Yusuf masih hidup; aku mau pergi melihatnya, sebelum aku mati."

Saat itu Yakub sudah merasa cukup. Cukup karena telah merasa cukup mendengar berbagai keterangan dan informasi tentang Yusuf yang ternyata masih hidup bahkan menjadi seorang penguasa Mesir (jika diukur ke zaman ini, Yusuf bisa dianggap penguasa dunia). Namun kata "cukup" juga mengandung arti lain. Kata "cukup" ini hanya dapat diucapkan oleh (seorang) Israel, oleh seorang yang bukan lagi Yakub.

Coba kita renungkan sejenak, Yakub telah kehilangan Yusuf selama belasan tahun dan yang dia tahu Yusuf mati diterkam binatang. Hati Yakub menjadi begitu dingin sejak itu. Namun anak-anaknya yang lain begitu meyakinkan ayahnya. Saat itu respon Yakub bisa saja berkata demikian, "Jadi kalian menipuku selama ini! Kalian memalsukan kematiannya dan membiarkan ayahmu yang tua ini tenggelam dalam kedukaan sekian lama!"

Namun setelah semua proses Tuhan & pengalaman hidup yang telah dilaluinya, hasilnya adalah seorang Israel sejati yang mampu berkata CUKUP dengan segala kemuliaan rohani yang telah dicapainya di masa tuanya. Baginya melihat Yusuf hidup sebelum hari kematiannya adalah "cukup" tanpa ingin menghakimi anak-anaknya yang lain atau menuntut keadilan dari mereka. Sebagai catatan, Yakub sangat mengerti anak-anaknya. Betapa mereka begitu iri bahkan pernah membenci Yusuf.

Jika kita terus ikuti kisahnya sampai akhir, maka kita akan menemukan bahwa akhirnya secara rohani Yakub bahkan memohon berkat bagi Firaun. Kita tahu bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi (Ibrani 7:7). Walau secara fisik & fakta Firaun adalah penguasa dan Yakub adalah tamu, namun secara rohani (spiritual) Israel jauh di atas Firaun. Hal ini tidak mungkin terbalik kejadiannya dimana Firaun yang berdoa memohon berkat untuk Yakub.

Sekarang renungkan diri kita ketika menghadapi berbagai perkara yang bahkan memukul batin yang ada di dalam kita, bagaimana kita merespon. Adakah kita masih merasa kesal, masih merasa marah, masih merasa diperlakukan tidak adil, masih merasa "harusnya tidak begitu"? Atau kita telah dapat berkata "cukup" dengan penuh syukur dan kita tetap memandang Allah dalam segala keadilan, kemuliaan dan kedaulatan-Nya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.