Tuesday, March 15, 2011

HINENI (הנני): Ini Aku, Budak-Mu (Karena Cinta).

"Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup." - Keluaran 21:5-6

Dalam 6 bulan terakhir ini ada segolongan orang dari kaum percaya Kristus mendengungkan sebuah slogan baru "HINENI", yang dalam bahasa Ibrani berarti "ini aku, budakmu" (here i am, your slave - not servant). Melihat artinya dapat kita simpulkan bahwa seorang beriman yang mencapai atau berusaha mencapai level HINENI adalah seseorang yang berbulat tekad, iman dan cintanya untuk mengabdi sepenuh hati kepada Tuannya apapun risiko yang akan dihadapinya.

Mari kita berandai-andai sejenak. Seandainya Tuhan yang kita sembah datang kepada kita dan berkata, "Relakah kamu jika sepanjang hidupmu bahkan sampai akhir hayatmu, Aku tidak memberkati kamu, adakah kamu masih tetap percaya, taat dan setia mengikuti ke manapun Aku kehendaki kamu ada?" Jawaban apa yang akan kita balaskan kepada-Nya? Beranikah kita berkata, "Ya Tuhan, aku rela." atau kita berubah menjadi kecewa seperti orang muda yang kaya itu? Dan janganlah kita memiliki pikiran bahwa Tuhan akan berubah pikiran suatu waktu ketika kita sudah menjawab bersedia, karena kita tidak bisa membohongi-Nya. Sebab Dia memahami hati.

Kondisi HINENI tidak terjadi begitu saja dan tidak dipaksakan oleh siapa pun termasuk Tuhan sekali pun. Keputusan seorang percaya untuk ber-Hineni tidak didasari oleh sebuah kepasrahan apalagi sebuah keputusasaan. Dasar orang percaya ber-Hineni adalah karena CINTA kepada Tuannya. Imannya bukan lagi kuat, namun sudah bulat. Orang tersebut sadar bahwa dia memiliki pilihan untuk menjadi orang "merdeka", hidup berdasarkan kehendak bebas (free will) yang Tuhan berikan sejak mulanya, namun pada akhirnya ia MEMBUANG KEMERDEKAANNYA dan mengikat seluruh hidupnya total kepada Tuannya KARENA CINTA.

Karena cinta, maka sekalipun orang tersebut adalah budak, namun ia cukup memahami hati Tuannya. Budak ini bukan budak yang jauh dalam hubungan dengan Tuannya, namun memiliki keintiman dengan Tuannya. Ia tidak sekedar menaati perintah Tuannya, namun memahami isi hati, selera, mood bahkan ketidaksukaan Tuannya. Dan walaupun ia begitu memahami Tuannya, ia tidak menjadi sombong, sebaliknya semakin hari semakin tahu diri dan semakin merendah.

Demikianlah Kristus merelakan segalanya, termasuk hidup-Nya. Relakah kita?

2 comments:

  1. Maaf hanya ingin klarifikasi, mengapa HINENI bisa diartikan "Ini aku, budakmu?" setahu saya kata ibrani yang dipakai untuk kata "aku budakmu" adalah אני עבדך. sedang Hinneh (yang anda tulis Hinneni) dalam konteks Kejadian 22:1 artinya "Ya" dan karena konteksnya respon Abraham kepada Tuhan, saat Tuhan bicara, maka diterjemahkan "Ya Tuhan" jadi sebenarnya arti hurufiahnya Hinneh, sebagai respon saat seseorang memanggil atau bicara kepadanya

    ReplyDelete
  2. Samuel Handoko Mulyanto @ saya sebenernya juga kurang mengerti.. tapi disaat saya triip ke Israel,, memang seperti itulah adanya

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.