Wednesday, May 4, 2011

Cincin Meterai Yang Terlepas & Kekuasaan Yang Tersalurkan

Bahan Renungan: Ester 3 & 8

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Kitab Ester adalah salah satu kitab yang sangat unik, di antaranya adalah tidak disebutkannya kata "Tuhan" di dalamnya, tokoh utamanya adalah seorang wanita (yang mencerminkan gambaran gereja-Nya), kisah percintaan yang unik dan indah. Walau tidak disebutkan kata "Tuhan" di dalamnya, namun bukan berarti tidak ada gambaran akan Tuhan dalam kisah ini. Tuhan adalah seorang raja, walau raja Ahasyweros yang disebutkan adalah seorang raja dari bangsa kafir, namun tidak dapat dipungkiri bahwa raja Ahasyweros dipergunakan Tuhan untuk menggambarkan diri-Nya sendiri.

Selayaknya raja, merupakan tugasnya untuk mengeluarkan suatu hukum dan ketetapan bagi pemerintahan dan rakyatnya supaya segala sesuatunya berjalan dengan baik. Dan dalam prosesnya dibutuhkan sebuah alat untuk mengesahan hukum dan ketetapan yang akan diterbitkan yaitu cincin meterai raja. Dalam kisah Ester di Alkitab ada dua kali raja Ahasyweros melepaskan cincin meterainya untuk menyalurkan kuasanya kepada pihak lain untuk membuat sebuah hukum dan ketetapan sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang dianugerahi cincin meterai tersebut. Orang yang kepadanya diberikan cincin meterai biasanya bukan sembarang orang. Raja dalam segala kebijaksanaannya tentu memiliki pertimbangan tersendiri sampai berani memberi kepercayaan sedemikian besar kepada orang tersebut.

Dalam kitab Ester, orang yang pertama kali mendapat anugerah besar tersebut adalah Haman. Dan apa yang menjadi pertimbangan raja hingga Haman yang sedemikian jahat dapat memperoleh cincin meterai tersebut?

"Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja." Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik."

Perhatikan bagaimana Haman berusaha mendekati raja Ahasyweros, pertama-tama datang menyembah, lalu meceritakan latar belakang, maksud dan tujuan pribadinya dan terakhir ia tak lupa MEMBERIKAN PERSEMBAHAN berupa 10.000 talenta perak (konon jumlah ini setara dengan dua pertiga bagian dari harta kekayaan raja Ahasyweros). Persembahan yang sedemikian besar mampu menggerakkan hati raja untuk melepaskan cincin meterainya. Hal ini mengingatkan kita kepada perkataan Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa anak-anak dunia lebih cerdik memperlakukan sesamanya daripada anak-anak terang dengan mempergunakan Mamon untuk mengikat persahabatan. Pertanyaannya adalah sebagai orang percaya seberapa besar Mamon yang kita pergunakan untuk mengikat persahabatan dengan Allah kita? Seberapa besar persembahan yang kita berikan untuk memikat hati-Nya? Adakah kita masih hitung-hitungan uang dengan Tuhan? Adakah kita masih mengikat diri dengan Mamon daripada dengan Allah?

Orang ke-dua yang kepadanya raja Ahasyweros melepaskan cincin meterainya ialah Ester dan Mordekhai.

"Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman. Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi."

Ester dan Mordekhai adalah orang dari golongan jajahan / tawanan bangsa Persia. Namun memperoleh jabatan tinggi oleh karena anugerah raja. Mereka tidak memiliki harta sebanyak Haman, namun terutama Ester memiliki hubungan (keintiman) yang sedemikian rupa dan sikap hati yang sangat menyentuh hati raja Ahasyweros. Perhatikan bagaimana Ester yang adalah rakyat jelata bersikap sedemikian menarik dan membuat raja jatuh hati. Baik sebelum bahkan setelah menjadi seorang ratu, Ester selalu mengawali ucapannya kepada raja, "Jikalau baik pada pemandangan raja", "Jikalau hamba mendapat kasih raja", "Jikalau raja berkenan."

Sikap hati yang benar, sikap hati yang mengutamakan kehendak Tuhan di atas kehendak diri kita sendiri menjadikan perkenanan-Nya teranugerahkan dalam hidup kita. Tetap rendah hati dan tidak bersikap semau gue walau hidup kita telah dimuliakan Tuhan, tetap konsultasi dengan Roh Kudus dan tidak memutuskan berbagai perkara atas pengertian kita sendiri walau prestasi kita dikagumi banyak orang, tetap fokus kepada pribadi-Nya dan tidak bergeser hati kita walau berkat datang begitu berlimpah. Dan terus mengutamakan hubungan dengan pribadi-Nya di atas segala perkara.

Bukankah kata akhir Tuhan yang menentukan kelayakan seluruh hidup kita adalah KENAL. Seberapa kita mengenal isi hati-Nya?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.