Wednesday, July 13, 2011

Jurnal SHRK Juli 2011 - Hari ke-2

Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. - Kejadian 21:12

Kepadanya (Abraham) telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." - Ibrani 11:18

Berkat Ishak

Anak-anak Abraham ada banyak, namun HANYA Ishak yang SAH sebagai pewaris janji Allah dengan Abraham. Yang dari padanya sebuah bangsa yang besar dilahirkan dan disebut KETURUNAN ABRAHAM.

"Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya." - Kejadian 17:17-19

Menarik sekali bahwa Allah menamakan anak Abraham dengan nama Ishak dikarenakan reaksi Abraham yang secara sembunyi tertawa sambil berkata dalam hati. Allah sungguh-sungguh menjadikan apa yang ada di dalam hati Abraham kepada kenyataan (daging). Bukan saja soal waktu, namun juga nama Ishak ada karena tawa Abraham itu. Tuhan sungguh sedang membawa apa yang timbul dan kerinduan di hati kita untuk menjadi kenyataan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Namun untuk kita mampu menerima yang besar dari Tuhan, ada hal yang sangat fundamental, yang sama sekali tidak bisa diabaikan, untuk kita memiliki sikap hati yang sedemikian rupa, supaya apapun yang terjadi, naik maupun turun, kita tetap memiliki kesetiaan untuk tidak menjadi kecewa ataupun meninggalkan Tuhan.

Tetap Berjalan Bersama Dengan Tuhan

Coba renungkan kisah pengorbanan Ishak oleh Abraham di tanah Moria (Kejadian 22:6-14). Baik Abraham dan Ishak berjalan bersama-sama. Sesaat Ishak bertanya, "Di mana anak domba untuk korban bakaran?" Abraham menjawab dengan jawaban yang sungguh tidak masuk akal, "Allah yang akan menyediakan." Bagi dunia, jawaban Abraham sama sekali konyol, dan seperti tidak menjawab apa yang ditanyakan Ishak. Namun perhatikan reaksi Ishak! Ia TETAP berjalan bersama-sama.

Dan kita tahu setelahnya Ishak sedia untuk dikorbankan TANPA memberontak, bahkan sama sekali TIDAK MEMPERTANYAKAN tindakan Abraham. Usia Ishak hari itu masih muda, sementara Abraham sudah sangat tua, namun Ishak bahkan tidak memberikan perlawanan secara fisik. Jadi baik Abraham maupun Ishak sama-sama berkorban. Padahal sejak awal Allah menjanjikan sesuatu yang kekal kepada mereka. Namun  baik Abraham maupun Ishak tidak mencoba untuk mengerti, apalagi mempertanyakan keputusan Tuhan. Mereka mentaati sampai tuntas sesuai dengan yang diperintahkan.

Sekarang renungkanlah ini, renungkanlah kehidupan perjalanan kerohanian kita dengan Tuhan. Renungkan apa yang sudah kita doakan, perkatakan, taburkan, tarikan, bahkan yang kita yakini. Semua kepengikutan kita kepada Tuhan, bahwa kita juga berharap semua berkat dan janji-Nya menjadi nyata di dalam hidup kita. Kelimpahan, kejayaan dan masa keemasan kita berharap kita nikmati semuanya sedemikian rupa. Namun sesungguhnya, DESTINASI PERTAMA dari perjalanan kita bersama Tuhan adalah GOLGOTA.

Golgota Bagi Semua Pahlawan Iman

Tidakkah kita memperhatikan pola Tuhan dalam setiap rencana-Nya terhadap masing-masing hamba-Nya. Bahwa Abraham & Ishak harus menghadapi Gunung Moria. Yakub bahkan Benyamin pun harus direlakannya. Yusuf juga harus menjalani perbudakan selama belasan tahun. Daud juga harus menghadapi kejaran raja Saul bertahun-tahun. Dan bahkan Tuhan Yesus harus disiksa dan dikorbankan hingga mati di atas kayu salib di Golgota.

Sadarilah bahwa tidak mungkin kita memasuki puncak kejayaan dan keemasan TANPA Golgota. Bapa tidak mungkin mempermuliakan Tuhan Yesus tanpa Dia menjadi korban bagi kita semua. Nama di atas segala nama pun diberikan karena Tuhan Yesus terus berjalan bersama dengan kehendak Bapa yang sempurna. Sungguh bahwa kerinduan kita untuk mengalami kemuliaan bersamanya harus didahului dengan kerelaan mati bersama-Nya supaya kita dapat bangkit bersama-Nya.

Coba renungkan hal berikut ini; bagaimana jika seandainya lawan kita itu sebenarnya bukan musuh kita? Kita telah melakukan peperangan terhadap pihak Si Jahat, dan Iblis dengan segala muslihatnya memang musuh kita. Namun siapakah lawan kita yang sejati? Tepat! Jika kita menjawab bahwa diri kita sendirilah lawan terberat kita. Semua kedagingan kita, kedagingan kita, kemalasan kita, kebenaran diri sendiri, kemanjaan kita dan seterusnya. Semua hal inilah yang memaksa Tuhan "menyeret" kita untuk "mampir" di Golgota, sebelum segala kekayaan dan kemulian-Nya menjadi nyata.

Bahwa Rut adalah orang Moab, namun memperoleh tempat sebagai salah satu dari moyangnya Raja di atas segala raja. Bahwa tidak ada bagian apapun bagi Rut saat itu, bahkan Naomi terus menghalang-halangi niatnya, namun karena kebulatan tekad Rut yang sedemikian rupa mampu memaksa Tuhan menulis ulang takdirnya.

Bahwa Elisa hanyalah seorang bujang nabi Elia, telah meninggalkan segalanya, setia menyertai tuannya selama bertahun-tahun, didera krisis kepercayaan oleh hampir seluruh nabi di Israel saat itu, bahkan dibuat down oleh tuannya sendiri. Namun Elisa tetap jalan hingga menyeberangi Yordan (yang artinya juga kematian).

Ujungnya Ialah Tuhan

Ketika Abraham teruji, setelah dua kali Malaikat Tuhan memanggil namanya, Abraham tetap menjawab, "Hineni." Tuhan menyatakan kelulusannya, dan menyediakan seekor domba jantan sebagai gantinya. Di tempat itu, Abraham menamai, "Tuhan menyediakan", God is my Provider. Awalnya berjalan bersama, dan ketika perjalanan semakin tidak menentu, kita diharapkan terus berjalan bersama, dan ketika sampai pada puncaknya, Golgota menjadi bagian utama kita, namun ujung yang sesungguhnya ialah Jehovah Jireh. Bukankah yang kita impikan dan yakini selama ini adalah bahwa semuanya tersedia? Sungguh pada akhirnya, Dia menyediakan segalanya bagi kita.

Sikap hati Ishak yang juga Hineni, mengakibatkan apapun yang ditaburkan menjadi hasil seratus kali lipat sehingga ia menjadi semakin kaya, bahkan kian lama kian kaya, dan akhirnya menjadi sangat kaya (Kejadian 26:12-25). Bahkan ketika orang-orang Filistin mencemburui dan menggangunya, sikap hati Ishak tetap terjaga, memilih untuk pergi dalam damai sejahtera. Hingga akhirnya Allah melantik Ishak dan menjadi Allahnya. Dan setelah pelantikan itu semua musuhnya menjadi takut dan memohon untuk mengadakan perjanjian damai (Kejadian 26:26-31).

Kepahlawanan Ishak

Begitu banyak perkara yang dialami Ishak, namun kitab Ibrani mencatat kepahlawan iman Ishak hanyalah pada saat beliau dengan memandang jauh ke depan memberkati Yakub dan Esau. Ishak bukan saja saja mampu mewarisi dengan baik segala yang dari Abraham, namun juga mampu mewariskan kepada keturunan-keturunannya. Sesungguhnya Ishak bukan sama sekali tidak mengetahui bahwa Yakublah yang mendatanginya dengan tipu daya untuk memperoleh berkat kesulungan, namun Ishak dengan segala hikmatnya memandang jauh ke depan dan memahami kepada siapa berkat kesulungan harus diwariskan. Dan kepada Esau juga dijanjikan kemerdekaan, sekalipun ia ditakdirkan menjadi budak adiknya. Karena dengan memandang ke depan pulalah, Ishak meyakini takdir bisa berubah.

When You Are Faithful, Prosperity is Your Very Next Deal!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.