Wednesday, July 6, 2011

Penentuan Yesaya 6

Bahan Renungan: Yesaya 6; 2 Tawarikh 26

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Kita telah mendengar mengenai apa yang sedang dan akan terjadi, terutama berkaitan dengan berbagai tanda dan kejadian yang telah dinubuatkan menjelang kedatangan-Nya yang ke-2. Jika bisa disimpulkan secara umum hal-hal yang sedang dan akan kita hadapi itu adalah berbagai bencana sekaligus kegerakan Roh Allah atas dunia. Dan semakin hari yang dulu kita anggap tanda sudah semakin nyata. Penglihatan-nubuatan sudah banyak yang menjadi daging.Dan kita tahu juga bahwa kedatangan-Nya yang ke-2 bukan saja sebagai Mempelai Kristus, melainkan juga sebagai Raja. Identitas sebagai penguasa memang adalah identitas tertinggi sekaligus identitas terakhir sesuai dengan tujuan semula penciptaan manusia.

Berkaitan dengan kedatangan-Nya sebagai Raja, ada protokoler urutan kejadian yang akan terjadi, dan hal itu tercantum dalam kitab Yesaya pasal 6. Yang pertama terjadi adalah apa yang disebut dengan "kematian Uzia", segala sesuatu yang bersifat Uzia harus mati karena semua yang bersifat Uzia bukan saja tidak memperoleh perkenanan Tuhan, melainkan juga bertentangan dengan kehendak Tuhan. Yang dimaksud dengan yang bersifat Uzia dapat kita ketahui dari sejarah pemerintahan pada kitab 2 Tawarikh pasal 26. Diceritakan bahwa Raja Uzia mengawali pemerintahannya dengan sangat baik, melakukan apa yang benar di mata Tuhan bahkan mencari Allah sehingga segala usahanya dibuat berhasil oleh Tuhan.

Namun semua kebaikan yang dilakukan Uzia hanya sebatas karena ada pengawasnya yaitu nabi Zakharia. Setelah nabi Zakharia dan segala keberhasilan yang diperolehnya, Uzia berubah setia dan menjadi sombong. Protokoler keimaman yang seharusnya hanya dilakukan oleh imam malah dicampuri dengan memasuki bait Tuhan dan membakar ukupan. Uzia sempat dtegor dengan keras oleh imam Azarya, namun bukannya bertobat malah meluapkan amarah, sehingga seketika itu juga timbul kusta pada dahinya. Dan sampai kematiannya ia hidup di pengasingan, sungguh tragis.

Sekarang renungkan berapa banyak hamba-hamba-Nya, gereja-gereja-Nya termasuk diri kita sendiri yang bersikap seperti Uzia. Yang merasa bahwa pola pikir, liturgi, doktrin, budaya dan kebiasaan yang biasa diritualkan dalam kehidupan bergereja adalah paten dan tidak bisa diubah bahkan oleh Tuhan sekalipun. Menjadi lupa diri bahkan tidak tahu diri persis seperti ketika Uzia merasa sudah sangat berjasa. Namun kedatangan-Nya sebagai Raja akan diawali (bukan sekedar ditandai) dengan kematian segala sesuatu yang bersifat seperti Uzia. Karena ketika semua yang bersifat Uzia mati, maka kita baru bisa melihat Tuhan. Semua pola pikir manusiawi dan kedagingan yang ada pada kita adalah penghalang bagi kuasa Tuhan untuk bekerja sesuai dengan kehendak-Nya.


Kedua Mempelai Bersahut-Sahutan, "Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan!"

Ketika Tuhan telah tampak, maka tidak ada hal lain yang dilakukan gereja-Nya selain terus memuji, terus menyembah, terus memuliakan dan terus membicarakan kemuliaan-Nya. Tuhan dan segala rencana-Nya yang luar biasa menjadi topik paling utama yang sering dibicarakan oleh gereja-Nya bahkan sampai keluar ke bangsa-bangsa melalui doa, penginjilan dan berbagai mujizat serta manifestasi kuasa kasih-Nya.

Dan yang terpenting ketika pembicaraan dan kerinduan akan Dia semakin bertambah-tambah, kita sebagai gereja-Nya semakin disadarkan akan keburukan dan kelemahan kita. Kita semakin sadar bahwa apa atau bahkan siapa yang biasanya menjadi andalan kita akan terlihat begitu buruk. Sama seperti nabi Yesaya, saat itu beliau adalah seorang nabi Tuhan, dan kekuatan utama seorang nabi ada pada ucapannya. Ucapan seorang nabi penuh kuasa bahkan mampu menentukan nasib banyak bangsa. Namun begitu Tuhan mulai tampak dan kekudusan-Nya makin menggema, nabi Yesaya justru makin menyadari betapa buruknya beliau di hadapan Tuhan.

Kesadaran akan keburukan kita menjadikan kita semakin tahu diri dan rendah hati, tak ada lagi alasan untuk meninggikan diri, apalagi di hadapan Tuhan. Dan sebagai akibatnya kita dan melihat Tuhan sebagai Raja, kita dapat mengalami berbagai terobosan dalam kehidupan kita ketika Tuhan sebagai Raja mengambil alih kehidupan kita - "Then I, GOD, will burst all confinements and lead them out into the open. They'll follow their King. I will be out in front leading them" - Mikha 2:13. Terobosan apa saja yang kita rindukan saat ini? Terobosan finansial? Terobosan pelayanan? Terobosan jiwa-jiwa? Terobosan keluarga? Terobosan atas karakter, watak dan semua kelemahan kita? Semua akan menjadi kenyataan saat Raja kita turun ke gelanggang arena ganti kita. Dan hal tersebut juga dialami nabi Yesaya, ketika sepit bara itu menyentuh bibirnya, maka semua kesalahan dan dosanya dihapus.

Jawablah kepada-Nya, "Hineni!"

Terobosan dan pemulihan yang kita alami bukan tanpa maksud diberikan Tuhan kepada kita. Karena setelah itu kita sebagai generasi penuntas memiliki tanggung jawab untuk menjadi bagian untuk menuntaskan dan menggenapi semua janji dan pekerjaan-Nya sampai kedatangan-Nya yang ke-2. Dan apapun yang Tuhan minta kita lakukan, jawablah dengan, "Hineni!"

Saat Tuhan membutuhkan partner untuk menjalankan rencana-Nya, Tuhan tidak langsung bertanya kepada nabi Yesaya, melainkan sebuah pertanyaan terbuka, "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Dan siapa pun yang bersedia berjalan seirama dengan-Nya akan memahami maksud hati-Nya tanpa Tuhan perlu berkata-kata. Inilah pentingnya kita sebagai gereja untuk semakin ber-Hineni menjelang kedatangan-Nya yang ke-2.

I see the Lord, I see the Lord
Exalted high upon the worship
Of the people of the earth
I see the Lord, I see the Lord
My eyes have seen the King
The Lamb upon the throne
Who reigns forever more

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.