Thursday, August 4, 2011

Jurnal SHRK Agustus 2011 - Hari ke-3

"Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia" - Galatia 4:1-3

Pdt. Petrus Agung Purnomo:
Anak-anak Tuhan harus mencapai masa akil balig dan menjadi dewasa untuk menerima semua yang Tuhan hendak wariskan. Sebab warisan-Nya destiny yang harus kita capai. Dan untuk mencapai kedewasaan, hanya ditentukan dari dua tahapan yang harus dilalui:
  • Tahap pertama: Mampu mengendalikan hati kita terhadap semua perkataan "TIDAK" (terhadap penolakan). Ketika raja Daud hendak membangunkan Bait Allah, hal itu dikonsultasikan dengan nabi Natan, dan nabi-Nya tersebut sempat menyetujui. Namun Tuhan menegur nabi Natan dengan mengatakan bahwa Dia TIDAK SETUJU dengan apa yang hendak Daud kerjakan karena tangannya terhitung telah menumpahkan darah orang tak berdosa. Terhadap penolakan tersebut, raja Daud tetap tenang, hatinya terkendali dan berserah pada kedaulatan Tuhan. Dan ketika Tuhan berkata bahwa anaknya (Salomo) yang akan membangunnya, maka Daud tanpa ragu, tanpa mempertanyakan apalagi memberontak, segera menyerahkan semua cetak biru bahkan seluruh biaya yang dibutuhkan serta memberi restu untuk anaknya membangunkan Bait Allah kelak.
  • Tahap kedua: Mampu mengendalikan hati terhadap semua perkataan "YA" (terhadap kesempatan). Coba renungkan, jika suatu saat Tuhan datang kepada kita secara pribadi dan berkata, "Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Atau pendeknya, "Mintalah apa saja, Aku akan berikan kepadamu semua." Ini sungguh lebih sulit daripada tahap pertama. Sebagaimana jawaban yang kita berikan, sedemikianlah tingkat kedewasaan kita bahkan menentukan masa depan kita dengan kuat. Salomo meminta hikmat supaya mampu memerintah & bekerja dengan benar, itu sudah sangat baik, namun masih sempat jatuh ke dalam penyembahan berhala.
Selanjutnya dijelaskan mengenai berbagai kendala dan keterbasan yang berkaitan dengan trip ke Israel bulan November ini. Bahwa seluruh jemaat dituntut kedewasaan yang lebih lagi dalam menyikapi perkara tersebut. Akan ada lebih banyak yang tidak bisa ikut walau sangat menginginkan daripada yang bisa ikut trip tersebut. Dan seluruh jemaat diminta untuk berpuasa minimal seminggu sekali dan mendoakan supaya acara trip tersebut berjalan dengan sangat baik, terutama ketika konferensi bersama Morris Cerullo di Tel Aviv, 12 November 2011 nanti. Bagi sebagian jemaat yang tinggal di tanah air saat itu, diminta untuk terus berdoa supaya jumlah bangsa-bangsa lain menjadi penuh sehingga ketegaran bangsa Israel berakhir (Roma 11:25-27).

Ev. Iin Tjipto:
Ada urgensi yang amat sangat mendesak akan kedewasaan yang penuh atas anak-anak Tuhan! Sebab waktunya sudah semakin dekat untuk Tuhan menggelar berbagai perkara yang sama sekali baru, sama sekali belum pernah ada sebelumnya. Bagaimana hari-hari itu akan menjadi begitu dahsyat, kegelapan terjadi di seluruh dunia (Amos 8:9). Panglima pun tidak ikut berangkat ke Israel bulan November ini, karena ada tugas khusus, terutama pada Triple 11 (11 Nov 11), untuk menjaga bangsa ini ketika raja beserta rombongannya melakukan tugas di Israel. Akan ada ibadah khusus pada Triple 11, yaitu untuk menyerahkan bangsa Indonesia ke tangan Tuhan. Sebab 11-11-11 memiliki arti "dari Tuhan, oleh Tuhan & untuk Tuhan."

"Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjian-Ku dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair. Kembalilah ke kota bentengmu, hai orang tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua kali lipat! Sebab Aku melentur Yehuda bagi-Ku, busur Kuisi dengan Efraim, dan Aku mengayunkan anak-anakmu, hai Sion, terhadap anak-anakmu, hai Yunani, dan Aku akan memakai engkau seperti pedang seorang pahlawan." - Zakharia 9:11-13

Berikut beberapa poin yang perlu direnungkan dan digenapi:
  • Bahwa semua perkara yang akan terjadi semata-mata hanya karena perjanjian Tuhan dan BUKAN karena usaha manusia manapun.
  • Bahwa sekalipun bukan karena usaha manusia, kita semua tetap harus memelihara impian dan harapan kita. Jangan menjadi kecewa apalagi sampai menolak Dia. Karena impian dan harapan kitalah yang menjadi sarana Tuhan untuk SEPAKAT dengan perjanjian-Nya.
  • Bahwa untuk semua perkara tersebut digenapi, dibutuhkan kesiapan dan kedewasaan yang utuh. Untuk itu kita harus selalu sedia untuk semakin dilenturkan Tuhan, tanpa mengeluh, tanpa mempertanyakan, dan selalu dengan hati yang bersyukur.
  • Bahwa akan ada banyak pengutusan untuk menggenapi berbagai tugas di berbagai daerah dan di berbagai bidang. Ini adalah kesempatan bagi anak-anak Tuhan untuk semakin dipertajam. (Diceritakan bagaimana sebuah tim yang terdiri dari beberapa anak muda diutus ke Tarakan setelah Tuhan mewahyukan akan sumber minyak bumi yang akan ditaklukkan di sana. Salah satu pemimpin yang terlibat langsung mendatangkan Wakil Walikota Tarakan sambil berkata, "Pak! Mari kita sepakat untuk membawa Tarakan kepada Yesus Kristus!" dan langsung disambut oleh Pak Wakil walikota tersebut dengan jabatan tangan sambil berseru, "Sepakat!" Juga adanya arak-arakan mengelilingi kota Tarakan sambil berseru-seru, "Jehova! Elohim!")
  • Bahwa kita akan menjadi senjata-senjata-Nya yang diayunkan untuk menghancurkan kekuatan-kekuatan musuh baik di tingkat yang rendah, hingga di tingkat yang tinggi.
"Sungguh, alangkah baiknya itu dan alangkah indahnya! Teruna bertumbuh pesat karena gandum, dan anak dara karena anggur." - Zakharia 9:17; sungguh pertumbuhan tidak berhenti, kedewasaan anak-anak Tuhan terus berlanjut karena gandum dan anggur (lambang dari pengorbanan tubuh dan darah Kristus). Mari kita genapi Golgota kita masing-masing, supaya kita mampu menerima mahkota yang telah disediakan. Amin!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.