Thursday, October 13, 2011

Tuhan Adalah Gembalaku, Takkan Kekurangan Aku

"Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku." - Yohanes 10:14-15

"Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang." - Mazmur 23:1-2

Takkan kekurangan kita, begitulah janji-Nya. Dan kita mengaku bahwa kita adalah domba-domba-Nya. Namun mengapa masih saja ada yang kekurangan? Adakah kita berbaring di padang yang berumput hijau atau terpaksa terdampar di padang gurun? Adakah sumber air yang tenang dan tersedia senantiasa atau kita sekarat kehausan? Tuhankah yang berdusta? Adakah Ia bermaksud lain dengan Firman-Nya sendiri?

Tuhan adalah Sang Gembala. Namun apa benar kita memang domba-domba-Nya? Sudahkah kita memperlakukan Beliau sebagai Gembala yang sebenarnya? Atau kita sibuk mencari jalan sendiri? Dan akhirnya kekurangan demi kekurangan yang kita alami. Domba-domba mengikuti ke mana pun gembalanya melangkah dan akan tersesat ketika domba-domba memilih jalan yang berbeda dengan gembalanya. Dan ketika tersesat, kekurangan menjadi akibat yang tak terelakkan.

Selain mengikuti langkah Sang Gembala, domba-domba-Nya mengenal Dia dan suara-Nya. Pengenalan akan Dia dan suara-Nya hanyalah dengan jalan bergaul dengan Dia. Dan pergaulan dengan Tuhan hanya efektif dalam penderitaan. Namun berapa banyak dari pada kita yang menolak penderitaan tersebut? Bukankah destiny kita adalah menjadi satu dalam kematian-Nya, supaya juga menjadi satu dengan kebangkitan-Nya, sehingga dalam kebangkitan itulah kelimpahan terjadi dan takkan ada kekurangan.

Tuhan tidak pernah memaksa kita, justru sebaliknya, kitalah yang sering memaksa-Nya. Belajarlah untuk tidak memaksakan kehendak kita kepada-Nya. Alih-alih menyodorkan proposal pribadi kita untuk ditandatangani-Nya, akan jauh lebih baik kita sediakan kertas kosong dan memberikan Tuhan ruang yang penuh untuk Dia berdaulat total atas kehendak kita. Dan ketika yang terbaik tertuang di atas kertas hidup kita, percayalah segala sesuatu indah pada waktunya.

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.