Friday, February 3, 2012

Kepahlawanan Yang Rajani

"Lalu timbullah keinginan pada Daud, dan ia berkata: 'Sekiranya ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!' Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya kepada Daud. Tetapi Daud tidak mau meminumnya, melainkan mempersembahkannya sebagai korban curahan kepada TUHAN, katanya: 'Jauhlah dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?' Dan tidak mau ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu." - 2 Samuel 23:15-17

Raja Daud saat itu hendak berperang menghadapi Filistin yang sedang menduduki Betlehem. Namun secara tiba-tiba ia ternostalgia akan masa kanak-kanaknya sehingga keinginannya untuk menaklukkan musuh dikalahkan dengan kerinduan akan nikmatnya air dari perigi Betlehem di kampung halamannya itu. Mungkin hanya air perigi biasa seperti perigi-perigi lainnya, namun nilai nostalgianya adalah priceless. Dan sebagai raja, Daud masih berharap dilayani karena ia berharap sekiranya ada orang yang memberi air tersebut, alih-alih ia sendiri yang pergi mengambilnya.

Beruntunglah Daud, gumaman isengnya didengar dan ditangkap dengan tepat oleh Triwiranya yang perkasa. Tanpa pamit, mereka bertiga dengan kompak langsung menuju tempat yang dimaksud raja mereka sekalipun resikonya adalah nyawa mereka karena harus menerobos perkemahan pasukan Filistin, menimba sumur perigi di sana dan secepat mungkin mengantarkan air tersebut bagi raja mereka. Mereka cepat bertindak bukan karena mencemaskan keberadaan mereka di tengah-tengah pasukan Filistin. Mereka cepat bertindak hanya demi memuaskan kerinduan raja mereka, Daud.

Beruntunglah Triwira, pengorbanan mereka dihargai Daud sedemikian rupa sehingga bahkan sebagai rajapun Daud tidak berani dan tidak merasa layak menikmati pengorbanan anak buahnya. Sebagai penghargaan yang lebih tinggi, air perigi hasil pertaruhan nyawa itu dipersembahkan kepada Raja di atas segala raja sebagai korban curahan - lambang pengorbanan Kristus. Awalnya Daud ingin dilayani, namun ketika dihidangkan air perigi yang dirindukannya itu, ia menyadari bahwa semuanya karena anugerah semata.

Tuhan sebagai Raja di atas segalanya merindukan adanya pasukan-pasukan-Nya yang seperti Triwira Daud ini. Yang mampu mendengar dengan jelas walau hanya gumaman, sementara masih ada yang menunggu perintah baru jalan. Triwira tersebut mengenal dengan akrab hati raja mereka, itu sebabnya mereka langsung bertindak tanpa keraguan walau resikonya adalah nyawa. Bagaimana kita dengan Tuhan? Adakah kita masih gengsi, takut mati, sungkan karena malu, letih walau merasa telah melakukan segalanya? Atau kita akan berkata kepada-Nya, "Ayo Tuhan, apapun, kapanpun, berapapun, di manapun, kami siap! Kita gila-gilaan terus sampai Engkau puas dan semua kehendak-Mu genap sempurna!"

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." - 2 Korintus 9:7

"Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus." - Efesus 1:9

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.