Tuesday, January 29, 2013

Menanggalkan Jubah, Merelakan Impian

"Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu." - Kejadian 37:23

"Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." - Kejadian 39:12

Kali pertama itu selalu sulit rasanya, juga prosesnya. Kali itu Yusuf dipaksa menanggalkan jubahnya yang bukan sekedar indah, namun maha indah. Dari seorang pangeran kecil, Yusuf diasingkan ke negeri orang sebagai seorang budak kecil. Namun Yusuf kecil tidak menjadi kecewa dan pahit. Di rumah majikannya yang pertama, Potifar, sehari demi sehari Yusuf bekerja dengan rajin, cakap dan penuh inisiatif. Dan sebagai akibatnya, tuannya memberi kepercayaan penuh atas seisi rumahnya setelah kurang lebih dua tahun mengabdi (perhitungan menurut kitab sejarah), semua kecuali dua hal, yakni makanan & kudapan  dan tentu istri tuannya.

Namun seperti biasa, kehidupan selalu berjalan begitu "mulus" hingga memberikan kejutan-kejutan yang mendebarkan hati. Dan kali ini kejutan itu berasal dari istri tuannya sendiri, dengan segala kemolekan tubuh dan kehausan berahinya, Yusuf hendak dijerat. Bersyukur bahwa Yusuf tidak terjatuh ke dalam jerat tersebut. Ia sepenuhnya waras dan sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi hingga saat itu semata-mata hanya karena anugerah-Nya. 

Dan karena kewarasan serta kesadarannya itu, Yusuf mampu meninggalkan jubah kepangkatan yang dipercayakan tuannya. Jika kali yang pertama, jubahnya dipaksa untuk ditanggalkan, maka kali yang kedua ini, Yusuf tidak kembali untuk mengambil jubah tersebut dari tangan orang yang bermaksud jahat kepadanya. Ia memilih untuk pergi dan menyerahkan segala keputusan yang akan terjadi kepada tuan yang ia kasihi.

Sekarang renungkan perjalanan hidup kita selama ini bersama dengan-Nya hingga sekarang. Awalnya tentu Ia mendidik kita dengan keras, supaya kita mulai memahami kerinduan, keinginan, dan rencana-Nya bagi kita. Namun pada titik tertentu, akan tiba saatnya Ia ingin melihat dan membuktikan apakah kita tetap mempercayakan yang terbesar kepada-Nya, atau sebaliknya kita mati-matian mempertahankan yang kecil sehingga akhirnya kita tidak pernah bertemu takdir utama kita.

Bukankah kita memiliki impian dan idealisme kita sendiri? Ada selera dan kehendak yang ingin kita bisa pertahankan atau bahkan kita pelihara. Namun hati kecil kita tidak dapat berdusta bahwa semuanya itu bukanlah yang dikenan Tuhan. Di satu sisi, daging akan berkata, "Inilah saatnya! Kapan lagi kamu bisa peroleh semuanya ini?" Dan seterusnya. Sedangkan di sisi lain, Roh berkata, "Jalanmu bukanlah jalan-Ku, rancangan-Ku bukanlah rancanganmu."

2013 ini, Roh-Nya masih terus menilik, siapa-siapa yang pantas menjadi Yusuf-Yusuf-Nya di Akhir Zaman. Adakah kita tetap rela menanggalkan jubah dan tetap mempercayakan impian kita dengan impian-Nya, hingga saat yang dikehendaki-Nya sendiri yang menentukan semuanya itu?

"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." - Pengkotbah 3:11

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.