Saturday, January 2, 2016

Keintiman Dengan Tuhan

"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." - Filipi 3:10-11

Keintiman atau kekariban bisa bertumbuh karena adanya persekutuan (relationship). Dan persekutuan yang paling efektif melahirkan sebuah keintiman yang kuat (sustain) adalah persekutuan dalam penderitaan. Mengapa demikian? Karena penderitaan ilahi (divine suffer) dirancang Tuhan untuk mengikis kedagingan manusiawi kita, termasuk memaksa kita keluar dari zona nyaman sejauh mungkin (Yohanes 21:18). Jadi keintiman itu bukan sekedar memiliki rutinitas waktu pribadi atau saat teduh dengan Tuhan saja.

Intinya, keintiman adalah proses yang terekayasa sedemikian rupa buat kita, sampai mencapai di sebuah titik dimana tidak ada lagi hal lain yang bisa menolong kita atau yang bisa kita jadikan sandaran selain kehendak Tuhan saja. Jadi jangan heran jika dalam perjalanannya, ada banyak hal negatif yang harus dialami oleh orang percaya demi sebuah keintiman yang kokoh. Hal itu bisa berupa kehilangan pekerjaan, habisnya cadangan keuangan, berpisahnya dengan satu atau beberapa anggota keluarga, rusaknya sebuah reputasi, dan sebagainya. Ketika semuanya itu hilang dan yang tinggal hanyalah Kehendak Tuhan saja, di titik itulah keintiman yang sesungguhnya dimulai.

Dengan jalan proses yang demikian, maka tidaklah berlebihan bahwa proses memikul salib seperti ini juga disebut sebagai proses pengosongan, yang lama harus berlalu (dibuang) supaya yang baru bisa datang. Sampai pada titik kita menyerah sepenuhnya dan hati kita dengan begitu mudah bilang ke Tuhan, "Hanya kehendak-Mu saja." Itulah keintiman yang sesungguhnya.

Hasil dari keintiman sejati adalah kepekaan terhadap semua perasaan dan pikiran Kristus. Semakin intim, maka semakin peka, semakin mudah membaca, melihat dan merasakan apa yang dari Kristus, termasuk berbagai urgensi yang sedang berjalan dalam suatu tempat atau waktu.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.