Thursday, June 9, 2016

Ketika Tuhan Menghalalkan Segala Cara

"Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi." - 1 Korintus 4:9-14

"Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. ... Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia." - 1 Korintus 15:9,19

Berikut ini adalah tiga kisah nyata dari tiga persona yang berbeda, dua di antaranya adalah tokoh-tokoh iman yang sangat saya hormati dan amat memberkati hidup saya.

Kisah yang pertama, suatu ketika Tuhan mendatangi hamba-Nya, Ev. Yusak Tjipto Purnomo, dan kata-Nya, "Yusak, Aku sudah tidak mau pakai kamu lagi, Aku mau buang kamu."

Hamba-Nya merespon, "Maksud-Mu buang itu piye?"

"Aku mau buang kamu ke Neraka."

Tertegun sesaat, kemudian hamba-Nya merespon, "Silakan, Tuhan. Jika itu memang menyukakan hati-Mu."

"Bagus, Aku suka." Dan kemudian Tuhan pergi.

Tidak lama setelah itu, Tuhan datangi puteri sulung dari hamba-Nya itu, Ev. Mikhael Iin Tjipto. Dan yang berikutnya terjadi saat itu sungguh di luar dugaan siapapun. Tuhan berkata kepada hamba-Nya itu, "Nak, sungguhkah kamu mengasihi-Ku?"

"Ya Tuhan."

"Kalau begitu relakah kamu jika suamimu Aku buat berselingkuh?"

"Jangan donk, Tuhan."

"Okay, kalau gitu kamu saja yang Aku buat berselingkuh?"

"Tidak, Tuhan. Jangan."

"Hahaha ... Aku baru mendatangi ayahmu dan bilang bahwa Aku mau buang dia ke Neraka, dan dia menyerahkan sepenuhnya kepada-Ku. Mengapa kamu takut dan tidak percaya kepada-Ku?"

Kita mungkin bertanya-tanya alasan Tuhan berlaku sedemikian ekstrim kepada hamba-hamba-Nya tersebut, namun ketahuilah bahwa itu cara Tuhan mendidik dan mendewasakan kita dengan menghalalkan segala cara. Mengapa Pak Yusak Tjipto dibilang bahwa akan dibuang ke Neraka? Karena memang satu-satunya keinginan beliau adalah pulang ke Rumah Bapa. Dan mengapa kepada Ibu Mikhael Iin Tjipto dibilang bahwa suami atau dirinya akan dibuat berselingkuh? Karena hal yang paling berarti bagi hamba-Nya ini adalah reputasi.

Kita mungkin merasa heran dengan cara Tuhan mendidik kita. Mengapa Tuhan mau buang orang ke Neraka sedangkan Dia sendiri datang ke dunia, mati di atas kayu salib demi menyelamatkan dunia ini? Atau mengapa Tuhan menghalalkan perselingkuhan atau perzinahan untuk mendewasakan lebih lagi hamba-Nya itu? Sebab ukuran tiap-tiap orang berbeda, termasuk "berhala" atau hal yang paling berarti tiap-tiap orang berbeda-beda. Bagi hamba-Nya yang satu, pulang ke Rumah Bapa adalah segalanya, sedangkan bagi hamba-Nya yang lain, reputasi merupakan "berhala" yang harus dipertahankan.

Setelah tahu dan menyimak dengan seksama dua contoh pelajaran yang amat berharga ini, tibalah giliran saya menghadapi ujian yang serupa. Hal itu datang di pertengahan tahun 2015 lalu. Tuhan datang kepada saya dan berkata, "Nak, sebentar lagi akan masuk Tahun Yobel Besar, gimana kalau pada tahun itu Aku tidak mengubah keadaan hidupmu dan keuanganmu? Kamu akan tetap Aku biarkan di bawah dan takkan pernah alami pembebasan seperti yang tertulis dan berlaku pada Tahun Yobel Besar."

Sedangkan pada saat itu, bahkan sampai sekarang saya berharap bahwa Yesaya 61, terutama ayat ke-7 digenapi dalam hidup saya. Saya sangat ingin mengalami pembalikan keadaan, saya sangat ingin cemoohan orang atas hidup saya berakhir, dan Tuhan segera mengganti semua perkara yang tidak enak yang pernah saya alami menjadi sukacita abadi.

Namun karena sudah tahu arah-Nya mau ke mana, saya hanya bisa merespon dengan sangat hati-hati sambil berkata, "Tuhan, jika memang itu baik dalam pemandangan-Mu, dan jika memang aku tidak pantas Engkau angkat, maka akupun tidak punya pilihan selain sepakat dengan kehendak-Mu."

Dalam hal ini kita tidak bisa pura-pura rela atau pura-pura sepakat dengan kehendak-Nya, bersikap jujur dan apa adanya adalah yang paling tepat. Dan sungguh hal yang diminta-Nya ke saya masih berlaku sampai detik ini, dan sampai saat inipun saya tidak tahu akankah Tuhan menolong atau tidak menolong saya atas keadaan hidup saya ini. Padahal masih ada visi besar EL-fenomena yang nilainya minimal ratusan triliun rupiah yang masih harus saya kawal sampai sekarang. Namun bukankah Abraham telah mengalami lebih dulu, bahwa ia telah menantikan puluhan tahun anak perjanjiannya, Ishak, dan ditakdirkan menjadi bapa banyak bangsa, namun harus mengorbankan anak perjanjian tersebut?

Sekarang, tanyakan kepada diri kita sendiri, apa yang paling berharga buat hidup dan hati kita? Dan jika suatu saat, dengan cara-Nya yang ekstrim, Tuhan meminta yang paling berharga itu, bagaimana kita akan bersikap? Relakah kita? Adakah kita mempercayai hati-Nya? 

Biarkan Tuhan halalkan semua jalan-Nya dalam mendidik hati dan hidup kita, supaya pada waktunya kita tahan berdiri di hadapan-Nya. Sebab hati kita adalah yang paling mudah menipu kita, tanpa Tuhan halalkan segala cara-Nya, sesungguhnya kita takkan pernah bisa mencapai puncak takdir kita.

Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.

Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?

Dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.