Sunday, November 6, 2016

Namaku Jehoshaphat - Vol. 2

Tadinya saya pikir saya akan jadi seorang pengusaha, tapi tadi pagi koq sepertinya ada keyakinan bahwa aku justru akan memodali banyak pengusaha yah? Hmmm ... kalo gitu disebutnya apa? Investor atau konglomerat?

Lalu saya teringat peristiwa sekitar 2,5 tahun yang lalu di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, di sesi ke-8 sidang perceraian dengan mantan istri. Keadaan saya saat itu sebagai laki-laki dengan semua kodrat dan kebanggaan dihabisi, persis seperti domba yang dicukur habis bulunya, ditelanjangi. Pekerjaan tidak ada, penghasilan tidak ada, istri menceraikan, anak satu-satunya tak dapat ditemui selama lebih dari 3 tahun ini, dan tak lama setelah itu, passion sebagai pembicara dan pengajar pun ditolak di sana sini. Lengkaplah sudah. Hahaha ...

Tapi saya tak pernah lupa di sesi ke-8 (antara akhir Januari - awal Februari 2014) itu, hakim ketua yang memimpin jalannya sidang berkata di hadapan mantan mama mertua dan adik ipar saya,

"Biarkan saja dia berjuang, kan dia masih cinta. Siapa tahu suatu hari nanti nasibnya berubah jadi seorang konglomerat!"

Dengan cepat saya menyambar perkataan hakim dengan berkata, "Amin!"

Wow! Dari 13 sesi sidang yang saya hadiri, itu adalah sesi terbaik, hati rasanya berbunga-bunga hanya dengan sepotong kalimat dari mulut sang hakim ketua, padahal acaranya adalah sidang perceraian dan saya sebagai tergugat. Nama hakim ketua itupun masih saya ingat sampai sekarang. Suatu saat nanti pasti akan saya temui beliau lagi, siapa tahu beliau berkenan dimodali jadi pengusaha juga.

Saya yakin benar bahwa itu bukan sekedar perkataan manusia, namun Tuhan sedang beracara saat itu, dan Beliau memakai ruang sidang sebagai sidang ilahi-Nya untuk menentukan (menghakimi) sebagian dari takdir saya, yakni seorang konglomerat Kerajaan-Nya.


Jehoshaphat means Jehovah has judged.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.