Friday, January 13, 2017

Jerat Ajaran Teori Kemakmuran & Tanda Binatang

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." - Lukas 21:34

"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan." - 1 Timotius 6:9

Setelah merenungkan lebih dalam lagi, terutama dari kotbah Prophet Sadhu Sundar Selvaraj, saya berkesimpulan bahwa ajaran teori kemakmuran yang sempat berkembang pesat di kalangan Gereja Tuhan (terutama Jemaat Laodikia) merupakan jerat yang sangat mematikan yang dipersiapkan Iblis sejak lama untuk di Masa Tribulasi nanti.


Perhatikan bagaimana Alkitab menggambarkan kehidupan Gereja mula-mula, "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (Kisah Para Rasul 2:44-45). 

Namun keadaan Gereja saat ini di Akhir Zaman sangat kontras. Hampir seluruh umat Kristen didoktrinasi bahwa yang disebut kehidupan yang diberkati adalah jika memiliki harta berlimpah, pekerjaan yang sukses, rumah tangga yang bahagia, reputasi yang baik dan seterusnya. Dan di sisi lain jika orang tersebut didapati sakit-sakitan, kekurangan uang, maka dengan mudah orang itu dianggap tidak diberkati atau lebih konyol lagi orang itu akan dianggap tidak beriman. Bahkan jumlah kekayaan menjadi ukuran apakah kehidupan seseorang diberkati atau tidak diberkati. Dan hal ini menyebabkan Gereja lebih mengutamakan kenyamanan hidup daripada kebenaran hidup.

Ini sungguh mentalitas yang sangat berbahaya dan amat mematikan, terutama pada Masa Tribulasi nanti. Mengapa? Karena sebagian besar orang percaya sudah terlalu nyaman dengan pola kehidupan yang serba instan dan sangat dimanjakan oleh teknologi yang canggih saat ini. Dan ketika datang waktunya, pada hari Tuhan, di mana semua orang tidak bisa lagi bertransaksi karena tidak memiliki Tanda Binatang itu, maka pada hari itulah jerat Iblis bekerja dengan sangat efektif. 

"Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya." - Wahyu 13:16-17

Mentalitas ingin kaya, ingin cepat kaya dan ingin hidup serba nyaman dan serba instan inilah yang akhirnya membuat Gereja Tuhan menjadi suam, tidak panas maupun dingin. Mengapa? Karena uang yang jadi ukuran, dan bukan kebenaran. Bahkan mentalitas ini semakin diperburuk dengan teknologi canggih saat ini, terutama media sosial. Ya Facebook, Twitter, Instagram, dan sejenisnya memang membawa begitu banyak kemudahan dan kekayaan dengan cepat, sekaligus menjadikan jerat itu semakin nyata. 

Peran media sosial juga sangat dahsyat dan luar biasa dalam membentuk karakter yang manja dan menginginkan kenyamanan, bahkan mengubah pola komunikasi keluarga. Dan coba renungkan ini, bahwa Tanda Binatang itu sesungguhnya sesuatu yang sangat memikat selain memiliki urgensi untuk transaksi harian. Banyak orang akan mempromosikannya melalui media sosial sebagai suatu gaya hidup yang sangat canggih dan amat menggiurkan, seperti halnya bertransaksi online saat ini. 

Ya sungguh kita hidup di masa-masa penentuan, masa-masa yang membutuhkan iman daripada kenyamanan. Teruslah didik jiwa kita dan relakanlah hati kita untuk dicemburui oleh cinta-Nya, karena itulah yang menjadikan kita selalu waspada dan berujung kemenangan bersama dengan Tuhan.

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.