Saturday, May 7, 2011

Jurnal SHRK Mei 2011 - Hari ke-3

Bahan Renungan: Kitab Yunus

Sesi kotbah didahului dengan penyampaian pesan oleh saudara Joshua (adik dari Stephen Timothy). Disampaikan beberapa poin penting mengenai Destiny, di antaranya adalah:

  • Bahwa Destiny tidak harus sesuatu yang besar, semua ditentukan sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan pribadi lepas pribadi. Ada yang memang direncanakan Tuhan untuk menjadi raja seperti Daud, Salomo, Yusuf. Ada juga sebagai nabi seperti Elia, Elisa, Musa. Ada juga sebagai pahlawan seperti Yonatan, Triwira Daud, Mordekhai. Namun ada pula yang berperan kecil seperti pembawa pedangnya Yonatan, Hakim Tola, Eliezer (hamba Abraham).
  • Bahwa Destiny membutuhkan proses sampai selesai dan berkesinambungan (tidak mengalami perhentian) hingga kita mencapai garis akhir seperti yang Tuhan tetapkan, dan proses itu bisa berlangsung hampir seumur hidup seseorang. Namun ada orang-orang yang berhasil menjalankan proses tersebut contohnya, Daud, Tuhan Yesus, Rasul Paulus. Dan ada pula yang gagal, contohnya ialah Saul, Esau, Kain.

Yunus Yang Jauh Dari Hadapan Tuhan

Nabi Yunus juga adalah orang percaya yang memiliki takdir ilahi dan tugas sebagai nabi. Namun ketika sebuah perintah Tuhan disampaikan kepadanya, ia malah sengaja tidak mentaatinya. Hal ini dilakukan berkenaan dengan keselamatan dari musuh bangsanya sendiri, orang Niniwe. Karena perintah Tuhan dirasa bertentangan dengan kepentingannya sendiri, ia lebih memilih untuk tidak melakukannya. Pelanggaran ini dihitung sebagai tindakan MENJAUH DARI HADIRAT TUHAN. Jadi sebuah pelanggaran perintah Tuhan yang dilakukan secara sadar dan sengaja menjadikan kita jauh dari hadirat-Nya. Itu sebabnya tidak ada seorang pun yang tahan berdiri di hadapan-Nya, jika hidupnya tidak penuh ketaatan. Kalimat "jauh dari hadapan Tuhan" disebutkan berkali-kali dalam kitab nabi Yunus ini. Dengan demikian Tuhan sangat memberi penekanan akan bahayanya jika seseorang MEMILIH untuk menjauh dari hadirat Tuhan, sama dengan Destiny, rela mentaati firman-Nya adalah sebuah PILIHAN.

Keadaan yang jauh dari hadapan Tuhan maupun ketika Roh Tuhan telah undur dari kehidupan seseorang adalah sebuah keadaan yang sangat berbahaya bagi kehidupan orang percaya. Saul adalah sebuah contoh nyata bagaimana karena pelanggaran-pelanggarannya menyebabkan Roh Tuhan undur daripadanya dan berbagai serangan roh jahat juga menjadi akibatnya. Sementara orang benar, sekalipun jatuh namun akan tetap bertobat dan bangkit karena memiliki kesadaran, ketakutan bahkan kegentaran jika sampai dijauhkan dari hadapan Tuhan atau pun jika Roh Tuhan berpaling daripadanya.

Dengan demikian Tuhan hendak berkata bahwa Destiny orang percaya akan genap jika orang tersebut mengutamakan perkenanan Tuhan di atas segalanya. Orang yang berani bertindakan apa pun dan berani menghadapi keadaan yang bagaimana pun, asalkan Roh Tuhan tidak meninggalkannya. Hal ini dapat kita pelajari dari berbagai pahlawan iman seperti Yusuf, Daud, bahkan Tuhan Yesus sendiri.

Yunus Yang Diajar Atas Penentuan Tuhan

Setelah bertobat, dan menunaikan kewajibannya, sesuai dengan dugaan nabi Yunus dari semula, orang Niniwe merespon peringatan Tuhan dengan benar dan menyebabkan Tuhan menyesali rancangan kecelakanan yang dirancang Tuhan atas mereka. Pada praktiknya, nabi Yunus menjalani perintah Tuhan kepada orang Niniwe dengan hati yang masih belum sepenuhnya bertobat. Ia tetap mengeluhkan kehendak Tuhan  walau tetap menjalani perintah-Nya. Jadi ketaatannya adalah karena keterpaksaan, bukan  karena kerelaan dan atas dasar kasih kepada Tuhan. Itulah sebabnya ia tetap mengeluh ketika Tuhan membatalkan penghakiman atas orang Niniwe.

Dalam anugerah-Nya, Tuhan dengan kerendahan hati-Nya memberikan pengertian kepada nabi Yunus mengenai kehendak-Nya atas Niniwe. Melalui pengalaman pohon Jarak dan seekor ulat yang menghabisi pohon tersebut, Tuhan berharap Yunus mengerti maksud Tuhan dalam berbagai perkara yang bahkan kelihatan bertentangan dan mustahil bagi kita.

Memahami arti sebuah Destiny tidak terlepas dari segala sesuatu yang terjadi atas penentuan Tuhan. Takdir ilahi merupakan perkara Allah Bapa sendiri, oleh sebab itu penentuan Tuhan sendirilah yang berperan TUNGGAL. Tidak ada kemuliaan manusia maupun kemuliaan daging yang menjadi bagiannya. Sejalan dengan bertambahnya pengalaman berjalan bersama dengan Tuhan, orang percaya makin menyadari bahwa segala sesuatunya hanya karena Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Itulah sebabnya penting bagi kita semua untuk memahami pribadi-Nya, selera-Nya, gaya-Nya bahkan pada titik tertentu bisa memahami mood-Nya. Penting bagi kita untuk benar-benar mengenal lebih dan lebih lagi akan Tuhan kita.

Jadi supaya Destiny kita tercapai, tetaplah memprioritaskan perkenanan Tuhan di dalam setiap perkara dan makin mengenal pribadi-Nya yang sejati.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.