Friday, July 1, 2011

Si Sulung Yang Terhilang Di Dalam Rumah Bapa

Bahan Renungan: Lukas 15:11-32, Matius 7:21-23, 25:31-46

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Sebagian besar dari kita tentu telah mendengar cerita perumpamaan tentang anak yang hilang, terutama bagi yang pernah ikut Sekolah Minggu, karena cerita tersebut mengajarkan bagaimana kasih Bapa yang demikian sempurna kepada kita. Diceritakan bahwa seorang bapa memiliki dua orang anak, yang disebut si Sulung dan si Bungsu. Kemudian si Bungsu meminta bagian warisan dari ayahnya dan mempergunakannya dengan sangat jahat. Singkat cerita si Bungsu menyadari segala dosa dan kesalahannya dan bertobat serta kembali ke rumah ayahnya untuk menjadi orang upahan ayahnya. Namun ketika ayahnya menemuinya, belum selesai si Bungsu berkata-kata, ayahnya bertindak di luar dugaan. Sang ayah bukan saja memulihkan keadaan anaknya, melainkan juga mengangkat derajatnya. Dengan segala yang terbaik diberikan kepada si Bungsu bahkan diiringi pesta untuk merayakan kembalinya orang yang pernah hilang.

Ironisnya, ketika si Sulung mendapati apa yang sedang terjadi saat itu, dia menjadi marah kepada ayahnya. Sadarkah kita bahwa sang ayah bahkan tidak mengundang si Sulung untuk ikut berpesta sejak awal? Kita juga perlu menyadari bahwa ini si Sulung yang BERTAHUN-TAHUN MELAYANI dan TIDAK PERNAH MELANGGAR perintah ayahnya menjadi sedemikian "TERABAIKAN" ketika ada pesta besar yang sedemikian penting untuk menyambut kembalinya si Bungsu. Si Sulung seperti terhilang walau tidak pernah meninggalkan rumah ayahnya. Sekali lagi ditegaskan bahwa ini adalah IRONI! Si Sulung yang kelihatan begitu amat baik ternyata tidak memahami hati ayahnya dan ini terbukti ketika ia menjadi marah kepada ayahnya. Adakah ayahnya telah begitu "pasrah" untuk tidak lagi berbagi isi hatinya dengan si Sulung?

Tidak diceritakan bagaimana akhirnya bagi si Sulung. Adakah dia ikut berpesta dengan ayahnya, atau malah sebaliknya meninggalkan rumah ayahnya karena merasa bahwa ayahnya bertindak tidak adil? Sepertinya Tuhan sengaja mengembalikan keputusan tersebut kepada masing-masing kita untuk memilih "akhir" seperti apa yang hendak kita buat. Kisah tersebut juga mengingatkan kita bahwa jauh-jauh hari Tuhan Yesus memperingatkan bahwa bukan orang-orang yang berseru, "Tuhan! Tuhan!", juga bukan orang-orang yang telah melakukan segudang perkara yang bahkan demi nama-Nya yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Untuk orang-orang seperti ini, Tuhan menghardik, "Enyahlah kalian semua pembuat kejahatan! Aku TIDAK PERNAH MENGENAL kamu!"

Tidak melanggar pernah melanggar perintah-Nya adalah satu perkara, tidak mengenal isi hati-Nya adalah satu perkara lainnya.

2 comments:

  1. aku pernah mengalami menjadi si sulung, hampir saja merasa kecewa... tapi sungguh semua karena anugerahNYA, kalau DIA masih memegangku kembali, menarikku kembali. dan bahkan menikmati PestaNYA... "Jangan biarkan aku pergi, jangan biarkan aku berlari, menjauh dari Tahta Kasih Karunia yang Kau beri... " memang harus dikumandangkan terus benar2 dari hati.
    wonderful story... Gbu

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.