Tuesday, November 29, 2011

Jurnal SHRK 12.2011 - Hari ke-2

Sesi hari ini diawali dengan sebuah penglihatan dimana ada begitu banyak orang yang pada tangan mereka ada seekor burung merpati. Di antara begitu banyak orang tersebut, ada sebagian yang memperlakukan burung merpati tersebut dengan sangat baik, membelai dengan lembut dan sangat menghargai. Ada pula yang mempermainkannya dengan sedemikian rupa sehingga burung merpati tersebut kelihatan sangat menderita. Ada juga yang langsung melepas burung merpati tersebut dan dengan cepat menggantikan dengan berbagai materi yang dianggapnya berharga padahal fana.

Burung merpati tersebut melambangkan destiny kita. Dan Tuhan sedang memperlihatkan cara anak-anak-Nya memperlakukan destiny yang diberikan kepada masing-masing kita. Ada yang akhirnya benar-benar mencapai puncak takdirnya, namun jauh lebih banyak yang kehilangan destiny yang sedemikian ajaib yang Tuhan sudah rancangkan bagi masing-masing anak-anak-Nya. Tahun 2012 adalah tahun puncak segala-galanya. Puncak segala kejahatan, juga puncak kekudusan. Puncak segala kecemaran, juga puncak perkenanan. Saat itulah destiny setiap orang akan menjadi nyata. Begitu juga dunia dan Gereja Tuhan akan menemukan destiny masing-masing.

Kali ini kita belajar dari kehidupan Nabi Yunus, seorang hamba-Nya yang seharusnya memiliki destiny yang demikian ajaib namun tidak mencapai penggenapannya. Nama Yunus sendiri artinya adalah burung merpati. Namun sebagai seorang nabi Allah, Kitab Yunus bahkan hampir tidak memiliki nubuatan yang seharusnya dimiliki sebagai seorang nabi sejati. Yunus sendiri akhirnya digolongkan sebagai nabi-nabi minor, segolongan dengan Amos, Nahum dan Mikha. Padahal seharusnya Yunus termasuk golongan nabi-nabi mayor, sejajar dengan Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel.

Paling tidak ada 3 hal yang menunjukkan bahwa Yunus seharusnya ada digolongkan sebagai nabi-nabi mayor:

1. Ketika Yunus dicampakkan ke laut, maka dalam seketika laut menjadi teduh dan semua orang yang ada di kapal menjadi takut dan percaya kepada Allah Jehova hingga mereka semua mengikrarkan nazar untuk mengabdi kepada Allah Jehova selamanya. - Yunus 1:15-16

2. Sekali berkotbah, seluruh Niniwe dari raja, rakyat bahkan sampai seluruh binatangnya ikut berkabung, berpuasa selama 3 hari tidak makan dan minum. Tidak ada nabi lain yang menyampaikan Firman-Nya sampai bahkan binatang pun ikut berkabung. - Yunus 3

3. Bahkan ketika para ahli Taurat dan orang-orang Farisi meminta tanda kepada Yesus, Beliau hanya menyebutkan Tanda Yunus. Dari sekian banyak nabi-Nya, hanya Yunus yang dijadikan tanda oleh Yesus. - Matius 12:38-42

Namun Yunus yang seharusnya sedemikian "mayor" akhirnya menjadi begitu "minor" dan kehilangan destiny-nya yang begitu ajaib karena beberapa hal berikut:

1. "Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN." - Yunus 1:3. Bahwa Yunus lari (kabur) menjauh dari kehendak Tuhan yang sempurna. Ia dengan sadar dan sengaja tidak mengindahkan kehendak Tuhan. Orang percaya yang takdirnya hendak digenapi tidak menolak apapun yang Tuhan sodorkan dalam kehidupannya, sekalipun hal itu sangat tidak mengenakan dan menyakitkan bagi daging dan ego kita. Dan jika kita tidak dapat menerima apapun yang Tuhan sodorkan, jangan harap kita dapat menjadi hamba-Nya.

2. "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku." - Yunus 2:2. Bahwa Yunus hanya peduli dengan apa yang menjadi masalahnya, BUKAN apa yang menjadi masalah Tuhan. Mentalitasnya adalah "asal aku diberkati", "asal bukan aku yang dirugikan", "asal aku aman dan tinggal tenang." Doa Yunus pasal 2 sangat bertolak belakang dengan doa Daud di Kitab Mazmur pasal 51. Tidak ada pertobatan yang dihasilkan dari doa dan hatinya Yunus, sekalipun Tuhan telah menghajarnya. Kebebalan dan keegoisan Yunus melumpuhkan rohnya untuk mencapai puncak takdirnya.

3. "Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: 'Selayaknyalah aku marah sampai mati.'" - Yunus 4:9. Bahwa Yunus merasa "layak" dan tidak pernah mau menyadari bahwa segala sesuatunya hanya karena anugerah dan ada kedaulatan Tuhan yang mutlak yang harus ditaati. Orang percaya harus ekstra hati-hati dengan sikap hati yang merasa "layak" ini. Doa yang dijawab, kebutuhan yang dipenuhi bahkan keistimewaan yang boleh dinikmati TIDAK OTOMATIS menjadi jaminan bahwa hati Tuhan berkenan kepada orang tersebut.

Tuhan adalah Pribadi yang setia, namun rencana dan rancangan-Nya sangat mungkin berubah tergantung bagaimana kita meresponi-Nya sejak awal hingga akhir. Dalam perkara Niniwe, Tuhan membatalkan rancangan maut-Nya. Begitu pula rencana Tuhan untuk mengokohkan tahta Saul, dibatalkan karena Saul berubah setia. Dalam hal ini, kita sebagai orang percaya dituntut untuk tetap setia dan tidak jemu-jemu berbuat apa yang menjadi bagiannya masing-masing sampai Tuhan menggenapi semua destiny kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.