Friday, January 13, 2012

Lot - Umat Yang Gagal Dan Menderita - Vol. 2

"Kata Lot kepada mereka: 'Janganlah kiranya demikian, tuanku. Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku. Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara.'" - Kejadian 19:18-20

"Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah bapa bani Amon yang sekarang." - Kejadian 19:36-38

Beruntunglah bagi Lot, walau kehilangan berkat dan jaminan yang seharusnya tersedia juga untuknya, namun Abraham tidak meninggalkan dia. Beruntunglah Lot karena Tuhan yang sedemikian mahakuasa sampai "tidak enak hati" terhadap Abraham atas rencana-Nya memusnahkan Sodom dan Gomora. Keseganan Tuhan atas hal ini tidak lain hanya karena adanya Lot beserta keluarganya di Sodom. Jika tidak, tentu tanpa perlu berikhtiar maka Tuhan sudah memusnahkannya lebih dahulu karena sudah terlalu banyak keluh kesah orang-orang atas kedua kota itu.

Bagaimanapun Lot menyadari bahwa kedatangan kedua malaikat itu adalah karena Abraham, rekan yang ditinggalnya. Lot juga menyadari apa penyebab kedatangan mereka karena tanpa berkata-kata sebelumnya, Lot telah menyambut dan mempersilakan kedua malaikat itu untuk singgah. Namun kedegilan Lot masih tetap tebal, usaha penyelamatan hampir saja gagal karena bahkan saat pemusnahan mulai terjadi mereka masih berlambat-lambat sampai-sampai kedua malaikat harus menyeret keluar demi keselamatan mereka sendiri.

Usaha penyelamatan berjalan baik, namun tidak sempurna karena untuk kesekian kalinya Lot ditipu oleh kebenarannya sendiri. Ia tidak rela diseret hingga ke puncak-puncak pegunungan melainkan memilih kota yang kecil karena ia berpikir tidak akan keburu untuk selamat jika harus mencapai pegunungan sementara mereka mungkin telah merasa kelelahan. Hal ini menunjukkan untuk kesekian kalinya Lot masih mau pegang kendali atas hidupnya daripada membiarkan Tuhan yang mengaturnya secara sempurna. Padahal begitu hebat penghakiman Tuhan dan begitu besar belas kasihan-Nya.

Pada akhir hidupnya, Lot amat menderita karena harus menerima kenyataan bahwa kedua anaknya - Moab dan Amon - juga sekaligus kedua cucunya. Penderitaan menjadi ayah sekaligus kakek setiap kali melihat Moab dan Amon, yang sampai akhir hayatnya, Lot terus menderita kebingungan untuk mewajibkan mereka memanggil dirinya, entah "ayah" atau entah "kakek". Sementara Abraham dan Sara menikmati dengan tertawa yaitu seorang anak perjanjian - Ishak - yang lahir murni karena kuasa dan kedaulatan Tuhan. 

"Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya." - Lukas 17:28-30 

Saat ini adalah sama dengan zaman Nuh dan Lot, zaman dimana dunia tenggelam dengan nilai dan kebenaran dirinya sendiri dan akhirnya menderita hebat karena dahsyatnya hari dimana Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang telah datang dan akan datang memerintah dengan kedaulatan penuh. Pilihan bagi kita untuk hidup seperti Lot yang ujungnya adalah penderitaan karena kedagingan dan gagal mencapai garis akhir atau seperti Abraham yang setia sehingga oleh karena imannya ia memperoleh bagian / jatah di dalam Kristus Yesus. 

Jagalah Dirimu, Supaya Hatimu Jangan Sarat Oleh Pesta Pora Dan Kemabukan Serta Kepentingan-Kepentingan Duniawi Dan Supaya Hari Tuhan Jangan Dengan Tiba-Tiba Jatuh Ke Atas Dirimu Seperti Suatu Jerat

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.