Thursday, February 16, 2012

Meminta Raja, Menolak Tuhan

"Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya:  'Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.' ... perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: 'Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. ... hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerintah mereka.'" - 1 Samuel 8:4-9

Apa ada yang salah dari permintaan bangsa Israel, hingga Samuel menjadi kesal karenanya? Apa yang dimaksud oleh semua tua-tua Israel saat itu dengan meminta sebuah jabatan raja, sebuah sistem pemerintahan kerajaan diberlakukan saat itu? Mengapa Tuhan memperhitungkan sebagai tindakan penolakan atas diri-Nya? Apakah jabatan raja dan sistem kerajaan itu bukan sesuatu yang alkitabiah dan bertentangan dengan kehendak Tuhan yang sempurna?

Cobalah baca dan renungkan Kitab Hakim-Hakim 19-21, saat itu tidak ada baik hakim maupun raja yang memerintah di Israel, Samuel pun belum ada. Namun keadaan Israel amat kacau dan mengerikan, semua hidup menurut aturan masing-masing. Keadaan zaman itu mungkin menjadi salah satu alasan tua-tua Israel meminta seorang raja kepada Samuel.

Dulu saya tidak memahami perbedaannya antara dipimpin oleh para hakim maupun dipimpin oleh para raja karena keduanya adalah manusia, namun mengapa ketika jabatan raja diminta untuk diadakan, Tuhan menilai hal itu sebagai tindakan penolakan atas diri-Nya? Sampai akhirnya Roh Kudus memberi pengertian begini; bangsa Israel sesungguhnya ingin mengambil alih kendali atas sistem pemerintahan yang ada karena pada zaman para hakim, semua hakim ditunjuk langsung oleh Tuhan. Ketika seorang hakim sudah sangat tua dan harus dicarikan penggantinya, maka bangsa Israel harus menantikan petunjuk Tuhan melalui para imam untuk menunjuk hakim atau pemimpin yang berikutnya. Dan jika saat itu Tuhan tidak berkeinginan untuk adanya seorang hakim hadir maka hal itu bisa saja terjadi dan pernah terjadi dan sangat menakutkan bagi mereka yang lebih menyukai mengandalakan manusia daripada mengandalkan Tuhan.

Sementara dengan adanya sistem kerajaan, rakyat dengan mudah mengetahui siapa yang berikutnya akan menjadi pemimpin mereka ketika raja yang sedang memerintah sudah mendekati umurnya untuk wafat. Biasanya seorang putra mahkota telah dipersiapkan di antara putra-putra raja yang ada saat itu. Jadi mereka tidak perlu bertanya-tanya, tidak perlu untuk resah menantikan para imam untuk memperoleh petunjuk dari Tuhan karena sudah ada "kepastian" yang manusiawi yang menggantikan "ketegangan" yang ilahi untuk hal tersebut. Dengan mengetahui siapa yang berikutnya akan memimpin, minimal mereka akan memiliki gambaran seperti apa dan bagaimana keadaan bangsanya di tangan pemimpin yang berikutnya. Jika seorang putra mahkota dinilai saleh sejak mudanya, tentu ada ketentraman yang timbul ketika masa transisi terjadi. Begitu pula sebaliknya.

Jadi, sudahkah Anda menangkap semua maksud mereka itu? Mengapa sampai Samuel kesal? Mengapa sampai Tuhan mengatakan bahwa Ia ditolak seperti dulu ketika mereka baru keluar dari Mesir juga menolak Tuhan? Bangsa Israel menolak gaya Tuhan yang penuh misteri untuk memimpin mereka. Mereka lebih suka mencari jalan yang sesuai dengan kehendak mereka sendiri daripada mencari kehendak Allah yang sempurna. Dan sesungguhnya baik jabatan raja maupun sistem kerajaan adalah alkitabiah. Bukankah Sorga dan kediaman-Nya disebut Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah?

Ketahuilah bahwa konsep sistem kerajaan adalah konsep sorgawi, sama halnya dengan konsep kehidupan pernikahan. Rasul Petrus menuliskan, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" - 1 Petrus 2:9. Namun yang dimaksud Tuhan adalah mentalitas kita yang lebih menginginkan kendali atas segalanya daripada Tuhan yang memegang kendalinya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.