Saturday, March 3, 2012

Gereja Yang Memerintah, Gereja Yang Berdoa Vol.1

Jika sesuatu yang buruk terjadi pada negeri dan bangsa kita, jangan pernah menyalahkan pemerintahan yang sedang berkuasa saat ini. Entah itu eksekutifnya, legislatifnya maupun yudikatifnya. Apapun bentuk pemerintahannya, entah presidensial, parlementer, maupun monarki, jika sesuatu yang buruk itu terjadi PASTI karena kita sebagai Gereja-Nya tidak cukup berdoa dan tidak memerintah secara spiritual dengan sungguh sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.

Sesuatu yang buruk terjadi dalam sebuah bangsa, bisa saja karena eksekutif maupun legislatifnya bahkan sampai terbukti bersalah secara hukum, namun yang paling BERTANGGUNG JAWAB adalah Gereja-Nya. Bukan presidennya, bukan kabinetnya maupun wakil rakyatnya, tapi Gereja-Nya. Bukankah Gereja-Nya adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib? (1 Petrus 2:9).

Sistem pemerintahan demokrasi yang paling banyak dianut oleh hampir semua negara di dunia memang menjadikan pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat, namun dalam hal inipun Gereja bertanggung jawab kepada Tuhan! Dan ketahuilah bahwa tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. ... Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. (Roma 13:1-4)

Jadi bagaimanapun tindakan menentang dan mengutuk pemerintah adalah penentangan terhadap Allah sekalipun pemerintahan yang sedang berdaulat memiliki andil dalam berbagai masalah yang diderita oleh seluruh bangsanya. Penilaian Tuhan yang berkata bahwa Gereja-Nya yang bersalah adalah karena mentalitas umat-Nya yang lebih mengandalkan manusia (pemerintah dan wakil rakyat) daripada mengandalkan Tuhan. Padahal Firman-Nya jelas berkata, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! ... Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" - Yeremia 17:5-7. 

Ini sama sekali tidak berarti Gereja dan umat-Nya harus golput ataupun abstain setiap kali ada Pemilu ataupun Pilkada. Karena golput pun terjadi akibat dari mentalitas mengandalkan manusia yang kecewa dan masih mencari manusia lainnya untuk dianggap cakap di pemerintahan. Gereja tetap harus memilih dan menggunakan hak pilihnya dalam setiap kesempatan, namun hak tersebut digunakan SESUAI dengan kehendak-Nya yang sempurna, BUKAN sesuai dengan penilaian manusiawi Gereja itu sendiri. 

Eksekutifnya bisa saja sangat korup, legislatifnya bisa saja sangat bejad, yudikatifnya bisa saja sangat culas, dan bahkan rakyatnya bisa saja sangat kacau, namun Tuhan telah berjanji kepada kita, "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." - 2 Tawarikh 7:14. Bukankah kita Gereja-Nya adalah umat-Nya yang atas kita nama-Nya disebut? Dan bukankah setelah kematian dan kebangkitan-Nya, sesungguhnya segala kuasa telah diserahkan kepada-Nya? (Matius 28:18). Maka dengan demikian tidak ada alasan apapun bagi Gereja untuk tidak bertanggung jawab apalagi sampai menyalahkan pihak lain terutama pemerintahnya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi menimpa bangsa dan negaranya.

Inilah saatnya bagi Gereja untuk mengambil kembali tanggung jawab tersebut dengan mencari wajah-Nya dan kehendak-Nya yang sempurna dan berdiri di antara Tuhan dan bangsa kita sebagai imamat yang rajani untuk membawa damai dan sejahtera supaya ketika Hari Tuhan akan datang, Ia tidak memukul bangsa kita (Maleakhi 4:6).

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.