Monday, March 5, 2012

Gereja Yang Memerintah, Gereja Yang Berdoa Vol. 2

Raja Saul dan Adolf Hitler

"Waktu mereka berkata: 'Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,' perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: 'Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka." - 1 Samuel 8:6-8

"Lalu Samuel menyuruh segala suku Israel tampil ke muka, maka didapati suku Benyamin. Sesudah itu disuruhnyalah suku Benyamin tampil ke muka menurut kaum keluarganya, maka didapati kaum keluarga Matri. Akhirnya disuruhnyalah kaum keluarga Matri tampil ke muka seorang demi seorang, maka didapati Saul bin Kish. Tetapi ketika ia dicari, ia tidak diketemukan." - 1 Samuel 10:20-21

Baik Saul maupun Hitler adalah seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyatnya dan awalnya dicintai oleh rakyatnya. Bahkan masa kecil mereka sama-sama berpredikat "anak alim" atau "anak soleh" yang taat orang tua, taat agama, dididik dan diasuh dalam tradisi dan nilai-nilai keagamamaan yang kuat. Dan awalnya pun mereka memulai kepemimpinan mereka dengan baik.

Sama seperti Saul yang mendapat dukungan kuat dari rakyat pada saat itu, Adolf Hitler didukung oleh rakyat Jerman yang mayoritas adalah Kristen Protestan (saat itu aliran Kristen Reformis karena pengaruh reformasi Gereja oleh Martin Luther) dan yang minoritasnya adalah Katholik Roma. Jadi Gereja berperan sangat besar dan menentukan untuk mendukung Adolf Hitler secara total sampai kepada puncak kepemimpinan pemerintahan Jerman saat itu. Semua menghormatinya sebagai pemimpin mereka sedemikian rupa hingga akhirnya Hitler dipuja bagai manusia setengah dewa. Dan dari sejarahnya kita semua sadar bagaimana sepak terjang kepemimpinan Hitler dan Nazi, bagaimana seorang Kristen "saleh" bisa membantai jutaan bangsa Yahudi, dan bahkan akhir kehidupan Hitler yang tidak jauh berbeda dengan akhir kehidupan Saul. Mengapa demikian?

Sadarilah Gereja, bahwa kitalah umat-Nya sebagai imamat yang rajani MENENTUKAN arah dan nasib sebuah bangsa, bahwa Tuhan tetap hendak berdaulat dalam segala perkara melalui kita sebagai Gereja-Nya. Dan Ia tetap berkehendak bahwa Gereja-Nya hidup mengandalakan Dia dan BUKAN mengandalkan kepemimpinan manusia. Tuhan sama sekali tidak berkeberatan dengan kepemimpinan manusia, itu sebabnya bahkan Ia menetapkan pemerintah-pemerintah untuk tetap menyandang pedang di wilayah kedaulatannya masing-masing. Namun Gereja tetap tidak boleh memandang dan mengandalkan kepemimpinan manusia di atas kepemimpinan Tuhan.

Gereja Pun Menyandang Pedang

"Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu." - Efesus 6:11-13

Bukan hanya pemerintah yang dimandatkan pedang oleh Allah, namun Gereja pun menyandang pedang Firman dan selengkap senjata yang ada. Namun peperangan Gereja bukan melawan darah dan daging, peperangan kita bukanlah manusia-manusia yang kelihatan secara fisik. Bukan cara ilahi untuk ikut berdemo bahkan secara anarki memberontak kepada pemerintahan yang ada. Sadarilah peperangan rohani itu nyata, dan lawan kita adalah roh-roh penguasa jahat di udara. Untuk inilah Gereja menyandang pedang yang berbeda namun dampaknya lebih nyata dan lebih berkuasa. Karena sementara pemerintah-pemerintah di dunia menyandang pedang dan berkuasa secara natural, Gereja menyandang pedang dan berkuasa secara supranatural. Dan kuasa supranatural Gereja yang berjalan dalam kehendak Kristus inilah yang dikehendaki Tuhan untuk berkuasa menentukan segala sesuatunya alih-alih mengandalkan kuasa yang hanya natural itu.

Jadi sekali lagi, di 2012 ini, bukan lagi masanya untuk menuding & menyalahkan pemerintah, ataupun sampai turun ke jalan, berdemo dengan segala keluhan dan sungut-sungut kepada pemerintah, bukan saatnya lagi untuk melakukan protes dengan mengganggu kepentingan umum, dan sebagainya hingga anarkis itu. Ini adalah masanya untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, berdoa, mencari wajah-Nya, berbalik dari jalan yang jahat dan mengejar kehendak-Nya yang sempurna supaya Tuhan mendengarkan & memperhatikan masalah-masalah yang kita hadapi, mengampuni dosa-dosa kita dan memulihkan bahkan mengangkat negeri kita untuk menjadi terang bagi dunia.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.