Sunday, March 11, 2012

Penantian Itu ...

"Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir." - Matius 20:1-16

Untuk lebih memahami cerita tersebut di atas, kita semua harus mengetahui bahwa perumpamaan ini dibuat dengan setting di sebuah pasar tradisional yang selain menjual berbagai macam barang, pasar tersebut juga menjual jasa, salah satunya adalah para pekerja yang menjual tenaga mereka untuk berbagai pekerjaan. 

Berbahagialah mereka yang pagi-pagi benar sudah dipekerjakan, begitu juga mereka yang direkrut untuk bergabung di kebun anggur tersebut di jam 9, jam 12 dan juga jam 3 sore. Namun sesungguhnya itu sangat menyakitkan bagi para pekerja yang masih harus menunggu ketika melihat rekan-rekan lainnya direkrut saat jam 3 sore itu. Mereka telah menunggu sejak pagi-pagi benar, namun mereka harus melihat diri mereka minimal 4 kali dilewatkan oleh si pemilik kebun anggur dan mungkin juga dilewatkan oleh para pengusaha lainnya yang hendak mencari pekerja di pasar itu.

Menunggu dengan waktu yang sangat lama dan menanti dalam ketidakpastian sungguh sangat menyiksa dan lebih tersiksa lagi ketika melihat sesama kita sedang memperoleh kepastian sedangkan di saat yang sama kita masih dalam kebingungan yang sangat suntuk. Memang di akhir cerita kita tahu bahwa ternyata pemilik kebun anggur adalah seorang yang sangat bijaksana dan murah hati. Ia memberikan upah sedinar yang sama dengan yang bekerja dari pagi-pagi benar. Namun coba tempatkan diri Anda di posisi kelompok pekerja terakhir. Relakah kita untuk terus mengikuti jalan yang benar walaupun tidak ada kepastian bagi kita akan diangkat, dipromosi, diberkati, diberi jawaban, diberi penggenapan janji, atau apapun itu yang bisa meredakan siksaan bagi kedagingan maupun kebenaran kita sendiri?


Lebih berbahagialah mereka yang walaupun tersiksa karena Kristus, namun masih tetap taat dan setia tanpa meninggalkan tempatnya. Karena sama seperti para pekerja yang menganggur itu, mereka punya pilihan untuk pulang lebih awal dengan kecewa dan tangan kosong, tetapi mereka tetap setia menunggu sehingga siapa tahu ada yang masih mau mempekerjakan mereka walau hari akan segera berakhir. Mereka yang pulang sebelum hari berakhir memiliki berbagai alasan, mungkin sudah sangat kecewa menanti, mungkin sudah sangat lelah didera ketidakpastian, mungkin mereka merasa masih ada hari esok, mungkin mereka masih mempunyai simpanan uang untuk makan. Sedangkan mereka yang masih menunggu, biasanya adalah mereka yang sesungguhnya sudah tidak punya apa-apa lagi, bagi mereka sebaiknya bekerja dengan sedikit upah untuk sekedar menyambung hidup daripada pulang dengan tangan kosong tanpa mencoba bertahan hingga titik terakhir. 

Jadi bagaimana dengan kita semua, adakah kita berbahagia karena telah memperoleh kesepakatan sejak awal dengan Tuhan atau kita lebih berbahagia dalam kebingungan yang mendera namun tetap setia karena sesungguhnya bagi kita tidak ada pilihan selain menantikan kemurahan-Nya?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.