Friday, March 30, 2012

Perjanjian Garam

Asosiasi Persekutuan Kepemilikan Dengan Tuhan 

"Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu." - Bilangan 18:19

"Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?" - 2 Tawarikh 13:5

Ketika umat Israel hendak keluar dari tanah Mesir, untuk pertama kalinya mereka mengadakan Paskah. Dan di dalam ritual Paskah ada tersedia roti tak beragi, daging yang dipanggang api, sayur pahit dan pinggan berisi air yang ditaburi garam (air garam). Ritual Paskah masih terus berlanjut hingga sekarang, termasuk ketika Perjamuan Terakhir digelar oleh Tuhan Yesus. Pada saat itu dipecah-pecahkan roti yang adalah Tubuh-Nya, juga anggur yang adalah Darah-Nya dan pinggan berisi air garam. Dengan demikian Tuhan Yesus hendak berkata, "Ini Tubuh-Ku dan Darah-Ku yang dikorbankan untuk menebus kamu sehingga kamu memperoleh keselamatan. Dan ini cawan berisi air garam, kita minum bersama karena sejak hari ini milik-Ku adalah milikmu, milikmu adalah milik-Ku sehingga tidak ada lagi yang miskin di antara kita. Dan biar kita saling melindungi hati dan hidup kita." Indah sekali bukan?

Anak Bungsu vs. Anak Sulung

Kisah perumpamaan yang sangat terkenal di Injil Lukas pasal 15, tentang anak bungsu dan anak sulung. Bahwa mereka bukan saja bertolak belakang secara karakter, namun juga bertolak belakang secara sudut pandang, terutama tentang kepemilikan ayah mereka:

"Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. - ayat 12. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. - ayat 28-30.

Anak yang bungsu mengerti bahwa harta yang ada adalah milik bersama sekeluarga. Sedangkan anak yang sulung walau tidak pernah "kabur" dar rumah, namun mengerti bahwa itu harta hanya milik ayahnya, sehingga ayahnya mengkoreksi si sulung, "Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu." - ayat 31. Peristiwa atau keadaan seperti inilah yang Tuhan sebut dengan istilah yang terdahulu bisa jadi yang terkemudian dan yang terkemudian bisa jadi yang terdahulu. Kehidupan si sulung lebih ironis daripada si bungsu, karena si sulung merasa bersama dengan ayahnya, namun tidak mengenal siapa ayahnya dan siapa dirinya sendiri.

Yudas Iskariot vs. Simon Petrus

"Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku.' Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepada-Nya: 'Bukan aku, ya Tuhan?' Ia menjawab: 'Orang itu ialah salah seorang dari kamu yang dua belas ini, dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.'" - Markus 14:18-21

Baik Yudas Iskariot maupun Simon Petrus sama-sama mengkhianati Tuhan Yesus dan mereka bersalah secara moral. Namun pelanggaran Yudas Iskariot juga masuk ranah hukum atau ranah legal, karena dari 12 murid-Nya, hanya yang mencelupkan roti sepinggan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Apakah tindakan ini disadari atau tidak disadari Yudas Iskariot? Hal itu tidak dijelaskan, namun akibat pelanggaran perjanjian garam ini jelas! Akhirnya Yudas Iskariot dikuasai penyesalan yang luar biasa dan tidak dianugerahi roh pertobatan sehingga ia bunuh diri.

Dengan demikian maka kita hendaknya makin menyadari bahwa sejak awal Tuhan Yesus sedemikian serius dengan kita, bahwa Ia sangat mengasihi dan menghargai kita, bahwa Ia mengangkat kita untuk "setara" dengan-Nya sehingga kita harus selalu melibatkan Dia dalam segala perkara dan tidak ada lagi yang namanya bertindak semau kita sendiri.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.