Thursday, March 7, 2013

Destiny Versus Dream - Vol. 1

Topik mengenai rapture dan Akhir Zaman selalu menarik perhatian dan menjadi minat saya sejak masih awal remaja. Entah apakah itu datangnya dari diri saya sendiri atau inspirasi dari Roh Kudus. Mulai dari heboh pengangkatan Gereja yang digembar-gemborkan pada 28 Oktober 1992, hingga berbagai versi terakhir yang berkenaan dengan Tetrad Blood Moons 2014-2015. Saya sendiri memiliki pendapat pribadi bahwa batas waktu terakhir Tuhan menjemput Mempelai Gereja-Nya adalah 28 September 2015 nanti, yakni berkenaan dengan Sukkot 5776, walaupun tanggal ini bukanlah sebuah "harga mati" karena rapture mutlak adalah hak prerogatif-Nya. Dan saya dianggap mampu meyakinkan atau menggugah keyakinan para Kristen awam yang masih belum menyadari akan kewaspadaan ini.

Salah satu buktinya adalah ketika seorang teman saya berkata kepada teman-temannya yang lain, "Ini nih Windu, yang paling jago bicara tentang Akhir Zaman. Penjelasannya bagus banget, saya sampai kehilangan semangat kerja kalau ingat semua penjelasannya tentang Akhir Zaman." Kebetulan teman saya berprofesi sebagai agen asuransi jiwa. Terus terang, bangga pun tidak setelah mendengar "pujian" semacam itu, malahan saya terkejut, sedih dan bingung. Karena setiap kali saya memperoleh informasi atau pewahyuan baru mengenai kedatangan Tuhan dan Akhir Zaman, saya justru semakin bergairah dan bersukacita, walau disertai dengan rasa gentar juga. Saya akan terus menggali dan menyelidiki serta terus menantikan update terbaru dari berbagai sumber, belakangan saya menyadari bahwa itulah cara Tuhan memikat hati saya untuk terus mengikuti kehendak-Nya.

Sejujurnya, saya pun pernah mengalami hal yang serupa sekitar 6-7 tahun lalu, waktu itu saya punya sebuah cita-cita dalam bidang pendidikan dan keuangan dan ingin segera memulai proyek pribadi saya. Namun begitu tiba-tiba menyadari waktunya sudah begitu singkat lewat pembacaan buku Heaven Is So Real yang ditulis oleh Choo Thomas, hilanglah semangat saya untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Jadi kejadiannya mirip dengan yang dialami teman saya tersebut.

Saya merenungkan kejadian-kejadian ini dan Roh Kudus yang baik kemudian menyadarkan saya, "Mereka yang menjadi hilang semangat untuk bekerja saat mengetahui bahwa waktunya semakin singkat, itu karena motivasi dan tujuan mereka bekerja adalah untuk dirinya sendiri, bukan untuk Tuhan." Aha! Dan tiba-tiba semakin terbukalah pemahaman dan terjawablah penasaran saya selama ini. Jadi sesungguhnya, baik saya maupun teman saya tadi sama-sama percaya dan tersadar bahwa kedatangan Tuhan memang sudah amat singkat. Namun sikap hati dan mentalitas untuk memikirkan diri sendiri yang membedakan kami. Bahkan Roh Kudus melanjutkan demikian, "Sikap seperti temanmu yang bisa kehilangan semangat kerja itu merupakan 'preview' sikapnya kalau nanti dia tertinggal dan harus menghadapi Antikristus, yakni menjadi kecewa dan putus asa karena tidak mengubah fokus dan prioritas hidupnya." Wow! Tuhan begitu baik mau menyingkapkan hal ini kepada kita semua.

Orang-orang seperti teman saya ini sebenarnya merupakan orang-orang yang baik, bukan orang-orang yang berbuat kejahatan. Teman saya ini merupakan suami yang setia dari seorang istri dan ayah yang baik dari ketiga anaknya. Namun 2 hari lalu, Tuhan mengingatkan pesan-Nya lewat Ev. Iin Tjipto di ibadah SHRK, katanya, "Separuh dari yang ada di dalam Bahtera ini masih memikirkan kenikmatan dan kenyamanan mereka sendiri daripada destiny yang Aku tetapkan bagi mereka!" Dapatkah Anda memahami semua situasi ini? Apa yang menjadi prioritas Anda selama ini? Dan siapakah yang terutama dalam hidup Anda?

"Tetapi kata Rut: 'Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!'" - Rut 1:16-17

Tuhan, Gereja, dunia bahkan Iblis sekalipun sudah tidak memiliki banyak waktu, semakin ke depan, semakin ekstrim keadaannya. Untuk itu, untuk menyikapi panggilan Tuhan dengan benar, diperlukan langkah ekstrim seperti yang dilakukan Rut. Saya tidak pernah bosan untuk mengingatkan kembali tentang perempuan Rut ini. Ia memaksakan dirinya sedemikian rupa untuk mengikuti Tuhan ke manapun Tuhan kehendaki ia berada. Ia membuang semua impian dan identitasnya yang lama, ia mengejar sesuatu yang baru, yang dari Tuhan,  yang bahkan tidak ditemui oleh raja Salomo dalam segala hikmat dan kekayaannya itu (Pengkotbah 1:2-9).

Sementara orang seperti nabi Yunus begitu menghindari panggilan Tuhan, di sisi lain ada perempuan Moab yang begitu mengejar Tuhan sampai hanya maut memisahkan. Moab dikutuk dan dibenci Tuhan, namun bagaimana mungkin Rut dapat menjadi buyut dari raja Daud dan Salomo serta moyang dari Yesus Kristus? Waktu sudah semakin singkat, bagaimana mungkin kita dapat ikut terangkat dan tidak tertinggal menghadapi Masa Antikristus? Jawabannya sama, "Ke mana Tuhan pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana Tuhan bermalam, di situ jugalah aku bermalam: biarkan aku memikul resiko sebagai umat pilihan Tuhan dan percaya bahwa anugerah-Mu cukup untuk memampukan aku di mana Tuhan menghendaki aku mati, akupun mati di sana, di sanalah aku dikuburkan dan dibangkitkan dalam Kristus Yesus." Tidak ada jalan lain untuk memperoleh perkenan Tuhan selain menggenapi takdir yang sudah Ia sediakan hingga akhir.

DESTINY IS MY CHOICE

1 comment:

  1. keren bro..i'm so blesssed.. i can't waitto see my JESUS on RAPTURING Season :)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.