Wednesday, December 28, 2016

Kebenaran Tentang Kebenaran

Seberapa Anda sering dengar kalimat seperti ini, "Kalau yang dari Tuhan, pasti mendatangkan damai sejahtera."

Oh ya? Apa ukuran damai sejahtera yang Anda pakai?

Pergilah ke hutan, atau ke kuil-kuil, atau tempat-tempat lain yang sunyi dan tenang tanpa hingar bingar sekaligus matikan smartphone Anda, maka akan didapatkan ketenangan yang damai itu. Sedangkan kebenaran sejati selalu mendatangkan ketidaktenangan, kegundahan sepanjang hari, bahkan pada situasi tertentu kebenaran itu bisa membuat pikiran dan hati Anda begitu penuh sesak.

Dan inilah yang paling mudah untuk dilupakan oleh hampir semua orang percaya, yakni bahwa justru kebenaran itu sering kali tidak masuk akal sehingga membawa kegaduhan.

1. Adakah Nuh bisa begitu tenang ketika harus membangun bahtera di sebuah gunung selama 120 tahun sambil menghadapi berbagai derasnya cemoohan dan umpatan dari seluruh mereka yang binasa? Bahkan ketika air bah benar-benar datang, ia tidak menjadi lebih tenang.

2. Adakah Abraham begitu tenang ketika ia terus menerus dijanjikan bahwa ia akan memiliki seorang anak kandung dari Sarah? Bahkan di saat beliau sudah mati pucuk dan isterinya mati haid. Justru sebaliknya mereka semakin resah dan gundah.

3. Adakah Yusuf beserta keluarganya menjadi tenang dan bahagia ketika Yusuf menceritakan mimpi-mimpinya? Tidak! Yang ada justru pertengkaran, bahkan Yakub menghardik Yusuf.

4. Begitu juga yang terjadi kepada kedua orang tua Simson maupun kedua orang tua Yohanes Pembaptis, ketika Malaikat Tuhan datang mengabarkan kelahiran anak-anak mereka. Tidak ada ketenangan yangdamai setelah mereka mengetahui kebenaran itu.

5. Sama halnya dengan ketika kebenaran Tuhan dihadapkan kepada seorang Gideon. Betapa sulit jiwanya menerima sebutan Tuhan kepadanya sebagai pahlawan yang gagah berani sedangkan saat itu ia begitu ragu dan begitu ketakutan.

6. Dan yang paling telak adalah ketika Sang Kebenaran hadir dalam rupa Anak Manusia, Beliau membuat rusuh seluruh bangsa-Nya.

Masihkah Anda berpikir bahwa jika itu kebenaran maka pasti mendatangkan damai dan ketenangan? Atau justru Anda sulit menghadapi kenyataan bahwa kebenaran itu telah mengusik zona nyaman Anda selama ini?

Jadi, kalau Anda masih berpikir bahwa jika kebenaran itu harusnya Anda merasa damai, itu adalah pemikiran yang cengeng dan amat menyesatkan. Kebenaran sejati akan selalu mengusik nurani yang terdalam.

Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilan-Nya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya. Itulah sebabnya Ia ditakuti orang; setiap orang yang menganggap dirinya mempunyai hikmat, tidak dihiraukan-Nya.

Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku. Aku telah berpaut pada peringatan-peringatan-Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu. Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku. Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.

Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian. Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia.

Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.