Monday, November 5, 2018

Jangan Ajarkan Proses Yang Benar Untuk Tujuan Yang Keliru

Perjanjian kita di dalam Kristus Yesus adalah Perjanjian Penderitaan, artinya setiap pengikut Kristus berkomitmen untuk menderita dan memikul salib untuk menjadi serupa dengan Kristus sehingga layak masuk Kerajaan Sorga dan menjadi bagian dalam Keluarga Kerajaan Allah.

Jadi adalah benar ketika kita mendengar bahwa kita harus mematikan keinginan daging kita, menyalibkan keinginan mata, dan menyangkali diri dari keangkuhan hidup. Itulah prosesnya yang benar.

Tetapi akan menjadi masalah ketika ada yang berkata dari atas mimbar,

"Tahukah Anda kenapa Anda selama ini tidak mengalami mujizat, tidak mengalami promosi, tidak memperoleh berkat, tidak mengalami terobosan? Karena Anda belum cukup mematikan daging Anda. Anda belum mati terhadap kedagingan Anda."

Sekilas pernyataan itu kelihatan benar, tapi sesungguhnya sangat kontradiktif.

Memang Tuhan Yesus ada berkata bahwa cerdiklah kita seperti ular dan tuluslah kita seperti merpati, artinya apapun dan di manapun kita berada dan bersikap baiklah hal itu menjadi berkat, menjadi garam dan terang bagi dunia.

Yang bekerja dan berbisnis maupun bersekolah, lakukanlah dengan baik dan jika memungkinkan alamilah terobosan. Yang berkeluarga, lakukanlah dengan benar dan jadilah teladan.

Tapi jangan jadikan itu sebagai tujuan dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus, sehingga akhirnya orang menjalankan proses penyaliban dagingnya dan penyangkalan dirinya untuk kesuksesan dan kenyamanan hidup.

Ada yang menambah jam doanya, ada yang menambah puasanya, ada yang menambah jatah baca Alkitabnya, dan seterusnya, tapi bukan karena untuk lebih mengasihi Tuhan, melainkan untuk bisa menjadi sukses, makmur dan berkelimpahan secara materi sehingga kesuksesannya, kemakmurannya dan kelimpahan materinya dianggap sebagai ukuran kehidupan pengikut Kristus yang berkenan.

Kesuksesan dalam hidup sama sekali berbeda dengan kesuksesan sebagai pengikut Kristus. Kita bisa jadi pengikut Kristus yang sukses saat kita tidak lagi punya keinginan mata, keinginan daging maupun keangkuhan hidup. Sampai ketiganya mati total, barulah kita sukses.

Kesuksesan dalam hidup adalah urusan duniawi, upayakanlah itu sukses. Tapi kesuksesan sebagai pengikut Kristus adalah urusan kekekalan, dan kita tidak boleh gagal, atau kita akan terhilang. Bahkan tidak jarang kesuksesan sebagai pengikut Kristus harus mengorbankan kesuksesan dalam hidup.

Jika kedua hal ini terus dicampuradukkan, maka yang ada hanyalah keletihan dan kesesatan. Jangan heran akhirnya hidup kerohanian menjadi stagnan dan kegiatannya menjadi rutinitas sekalipun diawali dengan gairah yang begitu besar. Karena kita mengukur suatu proses yang satu dengan ukuran keberhasilan yang berbeda atau keliru.

Jadi jika ada yang menyuarakan untuk mematikan nafsu kita dan menyalibkan kedagingan kita atau yang biasa diistilahkan dengan istilah "die to self" sesuai dengan Perjanjian Penderitaan yang telah kita ikrarkan dengan-Nya, pastikan bahwa tujuannya adalah menjadi serupa dengan Kristus, dan bukan bertujuan agar hidupnya mengalami kesuksesan lahiriah.

Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.