Wednesday, December 26, 2018

Keheningan Menjelang Petaka Besar

Tulisan berikut ini merupakan adegan peristiwa lanjutan dari adegan peristiwa sebelumnya yang dimuat dalam tulisan berjudul Upaya Ilahi Untuk Mengamankan Tuaian Di Akhir Zaman.

"Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya." - Wahyu 8:1

Meterai terakhir dari Tujuh Meterai dalam Kitab Wahyu diawali dengan suatu adegan peristiwa yang sangat unik, yakni kesenyapan di Sorga. Sepertinya saat itu semua aktivitas di Sorga terhenti untuk suatu jangka waktu tertentu dan ini sama sekali bukanlah hal yang biasa. Bagaimana mungkin Sorga yang begitu kompleks dan memiliki berbagai aktivitas mendadak sunyi sepi dalam waktu yang bersamaan untuk jangka setengah jam lamanya?

Jika kita lanjutkan kisah nubuatannya, maka adegan berikutnya yang akan terjadi adalah penghakiman Tuhan dalam Tujuh Sangkakala. Perlu kita ketahui bahwa hal ini terjadi setelah cosmic event yang sebelumnya telah terjadi di Meterai Ke-6, ketika matahari menjadi gelap dan bulan menjadi darah. Maka sesuai dengan petunjuk Kitab Yoel, Meterai Ke-7 merupakan Hari Penghakiman Tuhan dalam serial Tujuh Sangkakala.

"Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu." - Yoel 2:31

Pola keheningan menjelang petaka besar pernah terjadi di waktu yang lampau, yakni pada saat penghakiman air bah dan pemusnahan Sodom dan Gomora.

"Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Nuh berumur enam ratus tahun, ketika air bah datang meliputi bumi. Masuklah Nuh ke dalam bahtera itu bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya karena air bah itu. Dari binatang yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi, datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi." - Kejadian 7:5-10

Ada keheningan selama tujuh hari setelah Nuh sekeluarga dan semua hewan yang dipilih masuk ke dalam Bahtera. 

"Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: 'Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.' Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana." - Kejadian 19:15-16

Begitu juga saat detik-detik menjelang Sodom dan Gomora dibumihanguskan, ada keheningan di waktu subuh pada hari H, Lot dan keluarganya dibawa keluar di hari yang telah ditentukan untuk Sodom dan Gomora binasa.

"Tetapi Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu, demikian: 'Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah! --maka kamu harus bersorak.' ... Tetapi pada hari yang ketujuh mereka bangun pagi-pagi, ketika fajar menyingsing, dan mengelilingi kota tujuh kali dengan cara yang sama; hanya pada hari itu mereka mengelilingi kota itu tujuh kali. Lalu pada ketujuh kalinya, ketika para imam meniup sangkakala, berkatalah Yosua kepada bangsa itu: 'Bersoraklah, sebab TUHAN telah menyerahkan kota ini kepadamu!'" - Yosua 6:15-16

Yang tidak kalah uniknya adalah ketika bangsa Israel berurusan dengan kota Yerikho, Tuhan memakai pola yang mirip, yakni membungkus kota tersebut dengan keheningan selama 7 hari, setelah itu pada hari yang ke-7, pada putaran ke-7, kota Yerikho diruntuhkan dalam sekejap mata.

Bahkan Daud gentar ketika Tuhan mendiamkan dirinya, "Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur." - Mazmur 28:1

Daud sangat memahami bahwa ada diam-Nya Tuhan yang "mematikan" atau membuat hati Daud ingin masuk ke dalam dunia orang mati. 

Juga tariklah pelajaran dari Mazmur 50. Dalam Mazmur Asaf itu terdiri dari 3 bagian:

1. Ayat 1-6, kegemilangan Tuhan Allah sebagai Hakim.
2. Ayat 7-15, penyataan kesaksian Tuhan Allah atas Diri-Nya kepada umat-Nya.
3. Ayat 16-23, ancaman Tuhan kepada orang-orang fasik yang melanggar firman-Nya.

"Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu." - Mazmur 50:21

Dari yang tertulis di Mazmur 50 tersebut, terdapat suatu pola yang signifikan, yakni diawali dengan pemberontakan, lalu diikuti dengan meningkatnya kejahatan dan dosa, dan peningkatan tersebut disertai dengan diam-Nya Tuhan, dan kemudian Tuhan menjatuhkan penghakiman-Nya sesuai dengan perbuatan jahat tersebut.

Tuhan memang diam, namun banyak yang menyangka bahwa diam-Nya Tuhan berarti tanda Beliau setuju dengan segala sesuatu yang boleh terjadi. Padahal semua perkara dihitung dan terhitung di hadapan-Nya. Hendaknya ketenangan yang bisa kita rasakan selama ini disertai dengan takut dan gentar akan Dia.

Tahun 2019 merupakan Tahun Penghakiman dan Keselamatan, banyak yang mengira bahwa situasi akan sama atau tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun yang sebelumnya. Namun di 2019 ini akan ada perubahan yang sangat signifikan dan drastis dalam berbagai aspek, baik itu bersifat positif maupun negatif. 

Makin mendekatlah kepada Sang Penolong, Roh Kudus, dan semakin waspada dan berjaga-jagalah senantiasa.

Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.