Saturday, December 28, 2019

Book Review: Within The Circle Of The Throne

Dalam buku ini, Terry Bennett (Messengers Of Shiloh) memberikan kesaksian atas pengalamannya ketika beliau berada di Takhta Allah. Ini adalah Takhta yang sama yang disaksikan oleh Nabi Yehezkiel (baca Yehezkiel 1) dan Rasul Paulus.

Ada pewahyuan yang disajikan secara rinci dan mendalam atas setiap elemen yang ada dari Takhta Allah berkaitan dengan Injil, Manusia Kristus, 'blue print' Gereja dan rencana agung-Nya yang semula (God's Great Original Plan).

Banyak kebenaran yang diungkap sehingga saya pribadi menyadari begitu banyaknya kekeliruan dan kekonyolan yang terjadi di dalam Gereja selama ini sejak lama.

Buku ini juga membahas standar yang benar dan definisi yang sebenarnya mengenai pelayanan profetik maupun pelayanan apostolik yang seharusnya. 

Karena di dunia ini terlalu banyak oknum yang mengklaim dirinya sebagai nabi ataupun rasul, namun sama sekali tidak menjalankan fungsinya dengan benar, sehingga jemaat tidak bisa membedakan antara tukang tenung, tukang ramal dan jabatan nabi yang alkitabiah.

Begitu pula dengan kerasulan. Dalam setiap zaman, Gereja seharusnya memiliki rasul-rasul yang rela menderita demi penyingkapan rahasia Kristus yang belum tuntas. 

Dari mana kita tahu bahwa rahasia Kristus belum tuntas disingkapkan? Karena Kristus belum datang kembali. Padahal kepada kita diberi otoritas untuk mempercepat kedatangan-Nya, namun kita terlalu abai dan terlena membesarkan ego kita sendiri.

Buku ini hanya tersedia dan bisa dipesan langsung melalui situs Messengers Of Shiloh, 

God's Great Original Plan Is The Only (Desired) Plan

Pada Natal kali ini terbersit dalam pikiran, 

"Bagaimana seandainya jika Adam tidak jatuh ke dalam dosa, akankah Kristus tetap dilahirkan ke Bumi?"

Dan setelah diskusi dengan seorang teman, maka saya berkesimpulan bahwa jika seandainya Adam dan seluruh ras manusia tidak jatuh ke dalam dosa, maka Kristus tetap dilahirkan, namun Yesus tidak.

Mungkin kita malah akan mengenal Adam Kristus, dan bukan Yesus Kristus. Mengapa demikian?

Perhatikan apa yang Rasul Paulus sampaikan kepada Jemaat di Efesus berikut ini,

"Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana dambaan-Nya, yaitu rencana dambaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

"Aku katakan 'di dalam Kristus', karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya-- supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya." - Efesus 1:9-12

Jadi Manusia Kristus merupakan rencana yang semula, rencana yang orisinal (original plan). Awalnya Kristus, ujungnya pun juga Kristus, itulah rencana Bapa, rencana satu-satunya yang Bapa kehendaki atas ras manusia.

Sedangkan karya keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus merupakan rencana "cadangan" (contingency plan / back up plan) yang BUKAN merupakan bagian dari original plan Bapa di Sorga.

Karena jika kita menganggap bahwa karya keselamatan merupakan bagian dari original plan itu maka kita bisa beranggapan bahwa Tuhan ada merencanakan ras manusia, dalam hal ini Adam, untuk jatuh ke dalam dosa. Padahal kebenarannya tidak demikian.

Itu sebabnya saya menganggap Yesus tidak akan hadir di dunia jika ras manusia tidak pernah jatuh ke dalam dosa. Lagipula arti nama Yesus atau Yeshua adalah Jehovah is Salvation (Tuhan adalah Keselamatan) atau Jehovah has saved (Tuhan menyelamatkan). Jika tidak ada kejatuhan tentu tidak akan ada upaya penyelamatan.

Namun Manusia Kristus merupakan rencana orisinal sekaligus rencana dambaan (desired plan) Allah sendiri demi mengekspresikan Jati Diri-Nya yang adalah KASIH.

Sejak semula, apakah kita jatuh atau tidak jatuh ke dalam dosa, Allah tetap menghendaki kita semua mewarisi Manusia Kristus sebagai satu-satunya hal yang menyenangkan Hati-Nya.

Maka rencana keselamatan merupakan "contingency plan" yang bukan sekedar untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan kekal dan hukuman Neraka, melainkan demi mewujudkan GOD'S GREAT DESIRED ORIGINAL PLAN, yakni The People of Christ di dalam diri kita.

Blessings!

ps: saya menggunakan istilah rencana dambaan untuk menggantikan istilah rencana kerelaan yang tertulis dalam Efesus 1:9. Bahasa Yunani yang digunakan adalah EUDOKIA yang dalam bahasa Inggris disebut GOOD PLEASURE atau DESIRE, atau dalam bahasa Indonesia disebut PERKENAN atau DAMBAAN.

Pelayanan Apostolik Yang Hilang

"Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.

"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.

"Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!

"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

"Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." - Kolose 1:24-29

Pelayanan apostolik yang sejati sesungguhnya merupakan pelayanan yang disruptif bagi sistem dunia ini, di mana Gereja pun telah lama terkhamiri oleh sistem yang korup, sistem Babel.

Mengapa pelayanan apostolik dianggap pelayanan yang disruptif bagi sistem dunia ini?

Karena pelayanan apostolik memiliki tugas inti, yakni menyingkap rahasia Manusia Kristus secara berkesinambungan, dan Manusia Kristus bukan berasal dari dunia ini. Manusia Kristus merupakan "alien" bagi dunia ini, begitu juga dunia ini bukan bagian dari Manusia Kristus.

Itu sebabnya, dalam menyingkap rahasia Manusia Kristus, ada penderitaan yang harus dialami dari tubuh daging para rasul, yakni mereka yang telah ditunjuk berdasarkan fungsinya untuk menyingkapkan rahasia tersebut kepada jemaat yang adalah Tubuh-Nya.

Penderitaan tubuh daging yang dialami Manusia Kristus ternyata belumlah cukup untuk menyingkapkan seluruh rahasia Manusia Kristus yang TIDAK TERBATAS dan hal itu dilanjutkan oleh para rasul, termasuk Rasul Paulus. 

Dan seharusnya penderitaan yang satu ini tidak boleh hilang dari Gereja yang adalah Tubuh-Nya, demi rahasia itu terus disingkapkan hingga Kristus datang kembali. Para nabi dan para rasul menyingkapkannya, para penginjil mengabarkannya, sedangkan para gembala dan para guru mengajarkannya. Itulah yang seharusnya terjadi. 

Ketika rahasia Manusia Kristus disingkapkan, dikabarkan dan diajarkan dalam persekutuan penderitaan, maka transformasi dan transfigurasi terjadi dalam Tubuh-Nya, dari sinilah garam dan terang dunia dihasilkan dengan benar.

Ironisnya, saat ini Gereja merasa bisa menjadi terang dunia TANPA Kristus, walaupun ada memakai Nama Yang Mulia itu. Sehingga alih-alih menjadi terang dunia yang sejati, Gereja malah sibuk melacurkan diri demi terus mendapat "lampu sorot" (sistem) dunia ini.

Maka akibatnya, kita tidak lagi bisa membedakan antara kotbah seorang pendeta dengan pidato seorang motivator, juga aksi seorang yang mengaku nabi dengan aksi ilusionis, dan persekutuan orang benar dengan klub sosialita.

Rahasia itu telah lama hilang, dan kita Gereja punya tanggung jawab untuk menghadirkannya kembali melalui pelayanan profetik dan pelayanan apostolik yang alkitabiah.

Every Falsehoods Start With Good Ideas

Setiap kepalsuan diawali dari ide yang baik, dan hal itu sudah dimulai sejak di Taman Eden.

"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

"Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak."

"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Rencana-Nya yang semula (original plan) itu sejak awal sudah diserongkan berkali-kali dengan berbagai ide yang baik (good ideas), itu sebabnya, tanpa pembaharuan akal budi kita tidak akan mencapai tujuan utama yang Allah kehendaki sekalipun kita ada memperoleh keselamatan.

"Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana dambaan-Nya, yaitu rencana dambaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi." - Efesus 1:9-10

Fatalnya Salah Paham Dan Salah Ajar Tentang Iman Ibrani 11:1

Tertulisnya, 

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang TIDAK kita lihat."

Tapi yang dipahami dan diajarkan selama ini,

"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang BELUM kita lihat."

Paham gak bedanya di mana? Atau masih belum paham?

Bahwa sejak awal bukti yang dimaksud itu sudah ada, sudah eksis, hanya memang tidak kelihatan secara kasat mata. Bukti dari segala sesuatu yang TIDAK kita lihat itu bahkan sudah eksis SEBELUM DUNIA INI ADA. Dan bukti itu adalah (MANUSIA) KRISTUS. Sedangkan harapan yang dimaksud adalah harapan untuk DIMULIAKAN BERSAMA DENGAN KRISTUS.

Itu saja!

Tapi karena kita begitu mudah untuk mencintai ego dan selera kita sendiri, maka pesan yang sesungguhnya diplintir sedemikian rupa sehingga dulu ada seorang anak muda yang keliling dari satu pendeta ke pendeta lainnya sambil berkata, 

"Ajarkan saya beriman supaya saya bisa punya sepeda motor."

Ada pula yang beriman supaya dapat jodoh, dapat pekerjaan, dapat berbagai macam terobosan, dapat mujizat kesembuhan, dan semua perkara lahiriah lainnya.

Dari kesalahan fatal ini, pengajaran tentang iman berubah fokusnya menjadi pengajaran "kebatinan" atau menjadi iman "simsalabim" dengan alasan bahwa Tuhan bisa menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.

Jemaat didoktrin untuk "ngebatin" bahwa perkara yang diinginkannya pasti akan terjadi, bahkan supaya lebih afdol lagi, "ngebatin"-nya ditambah dengan memperkatakan firman atau deklarasi (merupakan false teaching lainnya yang dikenal dengan nama Word of Faith Movement).

Kalau hasilnya menjadi kenyataan, maka dianggap sudah beriman dengan benar. Namun jika yang diharapkan tidak jadi kenyataan, maka dianggap kurang iman.

Padahal Ibrani 11 itu isinya padat akan berbagai kesaksian para pahlawan iman yang tidak memperoleh Kristus pada zamannya masing-masing, namun semua perbuatan mereka menjadi bukti akan adanya (Manusia) Kristus yang tidak kelihatan itu.

Jadi ketika nanti Anda mendengar lagi pengajaran tentang iman, khususnya dari Ibrani 11:1, tapi yang dibicarakan bukan Manusia Kristus, maka ketahuilah bahwa yang diajarkan adalah Yesus yang sesuai dengan fantasi mereka sendiri, BUKAN Manusia Kristus dalam Diri-Nya Tuhan Yesus.

Blessings!