Monday, April 11, 2011

Misteri Kejadian 38

Bahan Renungan: Kejadian 38, Matius 1

Saudara-saudari dalam kasih Kristus,
Baca, selidiki dan renungkanlah kisah tentang seorang perempuan bernama Tamar di kitab Kejadian pasal 38. Sebagaimana kita ketahui bahwa Alkitab mencatat berbagai silsilah dari beberapa tokoh besar, baik itu "protagonis" maupun "antagonis", mereka di antaranya adalah silsilah keturuanan Adam, Kain, Nuh, Sem, Ham, Yafet, Abraham, Daud. Semua silsilah hanya mencatat nama dari pihak laki-laki saja. Namun ketika Injil Matius pasal 1 menjabarkan silsilah Tuhan Yesus, terungkap 5 nama perempuan, yang pertama ialah Tamar, selanjutnya ialah Rahab, Rut, Batsyeba dan Maria (satu-satunya yang perawan sekaligus satu-satunya perempuan Yahudi).

Jika sepintas kita membaca Kejadian 38, maka kita akan mendapati kesan bahwa Tamar seperti seorang yang bukan saja nekad, namun juga "gila". Setelah mengalami dua kali kematian suami-suaminya, Tamar secara hukum berhak untuk mendapati "kesempatan" ke-tiga untuk melahirkan keturunan yang sah dari garis Abraham, Ishak, Yakub dan Yehuda. Dan hak tersebut sempat "ditagihkan" kepada Yehuda yang adalah ayah mertuanya sendiri. Namun Yehuda "berkelit" karena Syela, putranya yang ke-tiga (juga sekaligus putra bungsu) masih belum cukup umur untuk menikah, dia juga menggunakan alasan ini karena "trauma" dengan kematian dua putranya dan kebetulan Syela adalah satu-satunya kesempatan saat itu untuk meneruskan keturunannya.

Pertanyaannya, apa yang membuat Tamar begitu menginginkan untuk melahirkan keturuan dari garis keturunan Yakub dan Yehuda? Apa yang dilihat Tamar? Apa yang Tamar percayai saat itu? Sesungguhnya apa yang dilakukan Tamar terhadap Yehuda adalah sebuah kekejian, namun itu bukan dosa. Jauh sebelum adanya Hukum Taurat, beberapa hal telah berlaku sama. Di antaranya adalah ketentuan bahwa seorang adik laki-laki harus menikahi istri kakaknya setelah kakaknya meninggal dan tidak memberikan keturunan. Begitu pula ketika menantu bersetubuh dengan mertua, hal itu adalah kekejian karena kesalahan ini dianggap setara dengan incest antara orang tua dengan anak kandungnya.

Tamar, demi "ambisi" pribadinya, melihat sebuah peluang dan melakukan "pertaruhan nyawa" yang sangat berbahaya. Kesempatan itu datang ketika ibu mertuanya (istri Yehuda) telah meninggal, sehingga saat itu Yehuda berstatus duda. Inilah kecerdikan Tamar, dia tidak terburu-buru bertindak, namun menunggu di saat yang tepat. Dan Tamar cukup mengenali sifat ayah mertuanya yang suka "jajan". Perihal ini dapat kita pahami karena sejak awal Yehuda tidak mengambil istri dari kaumnya sendiri, melainkan dari perempuan Kanaan. Seperti pamannya, Esau, yang juga mengambil perempuan-perempuan Kanaan dan tidak menjaga dirinya dengan baik (Kejadian 27:46, 28:6-9), demikian juga Yehuda.

Di saat "kekosongan" Yehuda itulah, Tamar masuk dan berperan sebagaimana pemikirannya, dengan melepaskan pakaian kejandaannya dan berpenampilan seperti perempuan sundal. Setelah selesai melakukan niatnya, Tamar dalam kecerdikan dan ketelitiannya tak lupa meminta "kunci" atau "kartu As" dari ayah mertuanya - sesuatu yang dapat dijadikan jaminan keselamatan, bukan hanya bagi dirinya namun juga bagi anak yang akan dikandungnya - berupa cap meterai, kalung dan tongkat Yehuda.

Ketika saatnya tiba, Tamar ketahuan "bersundal" dan itu sudah dalam perhitungannya. Dan ketika cap meterai, kalung dan tongkat Yehuda dikeluarkan, saat itulah "pertaruhan" terjadi. Yehuda pada saat itu punya kesempatan untuk menyangkal semua yang diperbuat Tamar, sekalipun "kartu As" telah dikeluarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa posisi Tamar tetap saja lemah sekali pun memiliki "kartu As" tersebut. Namun Yehuda dalam anugerah Tuhan bukan saja mengakui perbuatannya melainkan juga mengakui kesalahannya karena tidak memberikan Tamar kepada putra bungsunya Syela, tindakan ini diperhitungkan sebagai sebuah pertobatan di hadapan Tuhan. Hal ini dibuktikan bahwa Yehuda tidak bersetubuh lagi dengan Tamar. Dan konon pernyataan tersebut juga menyiratkan bahwa sejak peristiwa tersebut, Yehuda tidak pernah "jajan" lagi.

Tamar, pada akhirnya melahirkan dua putra kembar. Ini pun juga merupakan "pertaruhan" tersendiri lainnya. Sebab pada akhirnya dia tidak diberikan kepada Syela dan Yehuda tak pernah lagi bersetubuh dengannya. Jika anak yang dikandungnya adalah seorang perempuan dan jika dari Syela dan istrinya lahir anak(-anak) laki-laki, maka habislah "ambisi" dan impian Tamar. Namun kenyataannya melahirkan dua anak laki-laki kembar adalah anugerah sangat besar. Dan catatan tentang kelahiran Peres dan Zerah memiliki arti yang luar biasa.

Kembali kepada pertanyaan semula, apa yang dilihat Tamar saat itu hingga dia berbuat senekad dan se"gila" itu? Orang lain boleh memberi cap kepadanya sebagai perempuan "liar". Namun persetubuhannya dengan Yehuda bukan didasarkan oleh hawa nafsu. Lalu atas dasar apa Tamar berbuat demikian? Hal ini tak lain adalah karena Tamar memandang keluarga suami(-suaminya), yakni keluarga Yehuda seperti Yakub memandang hak kesulungan. Tamar ialah orang kafir pertama yang mempercayai kebenaran janji Tuhan kepada Abraham dan berusaha mengambil bagian di dalamnya bahwa suatu hari nanti keturunan Abraham akan menjadi penguasa dunia. Dan hal ini pun adalah "pertaruhan" tersendiri, karena saat itu tidak ada bukti ataupun pegangan apapun yang didukung dengan pemikiran yang masuk akal bahwa janji Tuhan kepada Abraham akan menjadi nyata.

Jadi melalui peristiwa ini, Tamar melakukan pertaruhan dalam 3 "pertaruhan" sekaligus, yaitu  untuk memperoleh anak dari Yehuda, sekaligus anak laki-laki dan kegenapan dari apa yang diyakininya dalam janji Tuhan kepada Abraham. Memang tidak ada catatan lain di Alkitab yang menceritakan lebih lanjut tentang Tamar dan apapun alasan dari tindakannya tersebut, namun Injil Matius pasal 1 mengakui iman dan perbuatannya dengan mencantumkan namanya sebagai satu di antara lima perempuan "hebat" yang menjadi nenek moyang dari Tuhan Yesus Kristus.

Tamar mempertaruhkan segalanya demi keyakinannya akan janji Tuhan kepada Abraham, dan dalam janji-Nya terkandung Kristus yang almuhit,  Inti dari segala yang Tuhan janjikan dalam kekekalan. Adakah kita yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Raja mengingini pribadi-Nya sedemikian rupa hingga rela mempertaruhkan nyawa?

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.