Thursday, September 8, 2016

Manusia, Takdir Dan Jatahnya

Sejak saya mulai memahami arti takdir (destiny), yakni rencana ilahi yang Tuhan tetapkan bagi seseorang, ada banyak contoh kasus yang sangat menarik untuk disimak.

Hal ini muncul dari dua pernyataan yang kelihatannya kontra:
1. Jika itu memang jatah dan takdirnya orang tersebut, maka apapun yang terjadi Tuhan akan tetap buat hal itu tergenapi pada hidup orang itu.
2. Jika orang itu sudah ditakdirkan Tuhan untuk suatu perkara, namun orang itu lari dari takdirnya maka Tuhan bisa pakai orang lain untuk menggantikan orang yang pertama.

Berikut ini contoh-contoh dari para tokoh di Alkitab yang bisa kita pelajari dengan lebih seksama lagi:

1. Abraham, banyak orang mengira bahwa dia menantikan Ishak selama 25 tahun sejak pertama kali menerima janji Tuhan pada usia 75 tahun (Kejadian 12:4) dan kemudian memperanakan Ishak pada usia 100 tahun. Padahal sejak Ismael lahir, Abraham telah berhenti menantikan Ishak. Itu sebabnya ketika Tuhan menyinggung seorang pewaris ilahi, Abraham mengajukan Ismael, namun Tuhan tetap menghendaki anak yang dilahirkan Sarah sebagai pewaris satu-satunya.

Abraham adalah sosok yang sederhana dan sangat bersahaja dalam pemikiran, ketika belum memiliki anak, ia mengajukan Eliezer menjadi pewarisnya, dan ketika telah memiliki anak, ia mengajukan Ismael. Begitu juga dalam hal iman, apapun yang Tuhan katakan, ia sepakati tanpa pernah mempertanyakan. Paling jauh dari responnya adalah tertawa geli ketika Ishak dijanjikan kembali pada saat usianya 99 tahun.

Jadi dalam hal ini Tuhan tetap "memaksakan" rencana-Nya genap pada Abraham sekalipun dia sudah tak lagi berharap Sarah melahirkan Ishak setelah Ismael lahir.

2. Rasul Petrus, ditakdirkan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir (gentiles), namun hal itu tidak ia tanggapi dengan cukup, sehingga akhirnya Tuhan memanggil Rasul Paulus untuk menggantikannya. Yang menarik dari kedua rasul ini adalah karakter mereka yang serupa sekaligus kelemahan mereka yang kontras. 

Keduanya adalah pribadi yang keras, nekad dan buas, namun kelemahan mereka yang kontras adalah:

Rasul Petrus sangat sungkan terhadap kaumnya sendiri orang Yahudi, namun terhadap gentiles, ia takkan segan-segan mengangkat pedang untuk memotong telinga seseorang. Bayangkan jika ia memberitakan Injil dan seorang gentile menolak Injil tersebut dengan kasar, maka habislah orang itu dibunuhnya.

Sebaliknya Rasul Paulus sangat diplomatis dan tampil intelek di hadapan para gentiles bahkan ia rela begitu menderita di berbagai kota di Eropa dan Asia kecil. Sedangkan terhadap kaumnya sendiri, orang Yahudi, Rasul Paulus terkenal sebagai pembunuh yang sangat sadis sebelum ia berjumpa dengan Yesus Kristus.

3. Jonathan, ia tahu benar bahwa Tuhan telah menunjuk Daud menggantikan ayahnya dan iapun telah ditetapkan Tuhan sebagai orang kedua bagi Daud setelah Daud menjadi raja. Namun Jonathan tidak pernah menyertai Daud sejak Daud menjadi buronan Saul hingga akhirnya Tuhan harus membunuh Jonathan karena kelalaiannya itu.

"Daud takut, karena Saul telah keluar dengan maksud mencabut nyawanya. Ketika Daud ada di padang gurun Zif di Koresa, maka bersiaplah Jonathan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah dan berkata kepadanya: 'Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.' Kemudian kedua orang itu mengikat perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Jonathan pulang ke rumahnya." - 1 Samuel 23:15-18

Pada akhirnya tidak ada yang menggantikan posisi Jonathan ketika Daud memerintah Yehuda dan Israel. Bahkan Triwira sekalipun tidak dapat menyamai Jonathan.

4. Ruth, ini yang teristimewa. Ruth tidak pernah dijanjikan apapun oleh siapapun. Bahkan Tuhan juga tidak pernah berjanji sepatah katapun terhadap Ruth.

Justru sebaliknya, Ruth bersumpah kepada Naomi untuk terus menyertai Naomi apapun yang terjadi. Dan Ruth menggenapi sumpahnya secara penuh. Ia setia walau sudah tidak ada dasar untuk setia. Ia bersumpah dengan cinta yang tulus nan limpah kepada Naomi.

"Tetapi kata Rut: 'Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!'" - Ruth 1:16-17

Dan oleh karena sikapnya maka Bapa sendiri merespon dengan sangat tak terduga. Bayangkan dari 66 kitab di Alkitab, hanya ada dua wanita yang namanya dipakai sebagai nama kitab, dan salah satunya adalah Ruth, yang notabene adalah seorang Moab, bangsa yang dikutuki Tuhan sendiri. Ruth adalah sosok yang tak terduga dan sepertinya tak pernah direncanakan untuk muncul, namun ia menjadi nenek moyang para raja Israel dan Yehuda, bahkan nenek moyang dari Sang Mesias.

Jadi, takdir yang bagaimanakah yang akan berlaku bagi hidup kita masing-masing? Adakah kita rindu untuk didapati setia sampai akhir dalam anugerah dan perkenan Tuhan kita?

Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, --menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman-- bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.