"Lalu kata orang itu kepada-Nya: 'Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.' Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: 'Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.' Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya." - Markus 10:20-22
Jadi apa salahnya jika seorang muda dan kaya raya, hidup saleh, mengasihi dan dikasihi kedua orang tuanya, menjadi kebanggaan keluarganya, menjadi harapan masyarakat di sekitarnya, memberkati banyak orang dengan hartanya, dan mungkin bahkan begitu terpandang? Tentu tidak ada yang salah. Namun ketika pemuda kaya ini hendak memastikan bahwa dirinya akan memperoleh hidup kekal di Sorga setelah kehidupannya selesai di Bumi, ternyata segalanya menjadi berbeda baginya.
Pemuda kaya ini telah mendatangi Orang yang tepat, yakni Yesus Kristus sendiri. Dan ia menghadap dengan sikap yang baik, dengan bertelut kepada-Nya. Dan ketika Yesus mulai melakukan check list terhadap semua "aturan main" yang berlaku, dengan mantap pemuda kaya ini menjawab bahwa tidak ada satupun yang missed untuk ia tidak lakukan. Hebatnya lagi adalah Tuhan Yesus mengkonfirmasi jawabannya.
Hei! Ini pemuda harapan bangsa, incaran para gadis, idaman para calon mertua dan kemungkinan juga akan jadi kebanggaan anak-anaknya. Kira-kira di mana kita bisa temukan lagi orang dengan kualifikasi seperti ini di zaman ini? Berapa persentase orang seperti ini di dunia saat ini? Tentu tidak banyak, bahkan amat sedikit. Namun yang sudah amat sedikit itupun masih Tuhan "persulit" dengan meminta pemuda kaya itu untuk menjual semua hartanya dan memberikan semua hasilnya kepada orang-orang miskin,
Tahukah Anda, mengapa Yesus memandangi pemuda kaya ini dengan dalam dan penuh kasih sebelum memberikan syarat terakhir kepadanya? Sebab Yesus juga menyadari bahwa orang dengan kualifikasi seperti pemuda kaya ini amatlah jarang, bahkan mungkin tidak ada di antara kedua belas rasul yang setia mengikuti-Nya. Dan ketika pemuda kaya itu shock mendengar syarat terakhir, ia menjadi kecewa dan segera meninggalkan Yesus dengan lunglainya.
Mari kita berhipotesa sejenak, bayangkan orang terdekat yang Anda kenal atau minimal Anda tahu yang memiliki kualifikasi yang hampir menyamai pemuda kaya tersebut. Dan suatu saat secara tiba-tiba orang tersebut melepas semua harta dan kenyamanannya yang kelihatan membanggakan dan menggiurkan selama ini. Dan ia mulai mengikuti Kristus dengan berbagai petualangan yang tak terduga, termasuk diincar dan disiksa oleh pihak penguasa setempat apapun alasannya. Bahkan ia terlihat seperti batu sandungan daripada sebuah teladan seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Lalu apa yang bisa terlintas dalam benak kita? Dia telah melakukan keputusan yang salah? Tidak seharusnya dia menjual hartanya dan meninggalkan keluarganya? Ia masih harus bertanggung jawab dan tidak boleh menelantarkan orang-orang di sekitarnya? Padahal yang dilakukannya adalah persis sama seperti yang diminta Yesus.
Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih sebab Ia begitu mengingini pemuda itu, namun Ia juga berkata begini, "Aku mau kamu ikut Aku, namun Aku tidak butuh semua yang kamu miliki selain hatimu, ketersediaanmu setiap saat dan kerelaanmu setiap waktu. Jual saja yang kamu punya dan berikan kepada orang lain, Aku punya yang jauh lebih baik daripada yang kamu miliki sekarang, Ayo!" Tuhan sungguh tidak merendahkan niatan mulia pemuda kaya ini, sekalipun Tuhan sudah tahu kelemahannya. Pemuda ini sudah bertekad, namun tidak bisa menjadi nekad dan tidak mampu diajak "gila-gilaan" dan "kebut-kebutan" di dalam Kristus.
Jika saja pemuda kaya ini nekad mengikuti semua syarat yang diminta Tuhan Yesus, maka sudah pasti ia akan menjadi rasul ke-13. Bukankah setelah itu, Petrus berkata kepada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau?" Dan siapakah yang akhirnya menjadi rasul berikutnya? Paulus, yang menulis lebih dari separuh Perjanjian Baru di Alkitab. Dan itulah sesungguhnya jatah yang dilewatkan oleh pemuda kaya tersebut.
Maka ketika Yesus menjawab Petrus, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." Maka sekarang kita semua menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus sedang menyebutkan sebuah jatah yang begitu besar, yang akhirnya dinikmati oleh Rasul Paulus.
Jadi apa salahnya jika seorang muda dan kaya raya, hidup saleh, mengasihi dan dikasihi kedua orang tuanya, menjadi kebanggaan keluarganya, menjadi harapan masyarakat di sekitarnya, memberkati banyak orang dengan hartanya, dan mungkin bahkan begitu terpandang? Tentu tidak ada yang salah. Namun ketika pemuda kaya ini hendak memastikan bahwa dirinya akan memperoleh hidup kekal di Sorga setelah kehidupannya selesai di Bumi, ternyata segalanya menjadi berbeda baginya.
Pemuda kaya ini telah mendatangi Orang yang tepat, yakni Yesus Kristus sendiri. Dan ia menghadap dengan sikap yang baik, dengan bertelut kepada-Nya. Dan ketika Yesus mulai melakukan check list terhadap semua "aturan main" yang berlaku, dengan mantap pemuda kaya ini menjawab bahwa tidak ada satupun yang missed untuk ia tidak lakukan. Hebatnya lagi adalah Tuhan Yesus mengkonfirmasi jawabannya.
Hei! Ini pemuda harapan bangsa, incaran para gadis, idaman para calon mertua dan kemungkinan juga akan jadi kebanggaan anak-anaknya. Kira-kira di mana kita bisa temukan lagi orang dengan kualifikasi seperti ini di zaman ini? Berapa persentase orang seperti ini di dunia saat ini? Tentu tidak banyak, bahkan amat sedikit. Namun yang sudah amat sedikit itupun masih Tuhan "persulit" dengan meminta pemuda kaya itu untuk menjual semua hartanya dan memberikan semua hasilnya kepada orang-orang miskin,
Tahukah Anda, mengapa Yesus memandangi pemuda kaya ini dengan dalam dan penuh kasih sebelum memberikan syarat terakhir kepadanya? Sebab Yesus juga menyadari bahwa orang dengan kualifikasi seperti pemuda kaya ini amatlah jarang, bahkan mungkin tidak ada di antara kedua belas rasul yang setia mengikuti-Nya. Dan ketika pemuda kaya itu shock mendengar syarat terakhir, ia menjadi kecewa dan segera meninggalkan Yesus dengan lunglainya.
Mari kita berhipotesa sejenak, bayangkan orang terdekat yang Anda kenal atau minimal Anda tahu yang memiliki kualifikasi yang hampir menyamai pemuda kaya tersebut. Dan suatu saat secara tiba-tiba orang tersebut melepas semua harta dan kenyamanannya yang kelihatan membanggakan dan menggiurkan selama ini. Dan ia mulai mengikuti Kristus dengan berbagai petualangan yang tak terduga, termasuk diincar dan disiksa oleh pihak penguasa setempat apapun alasannya. Bahkan ia terlihat seperti batu sandungan daripada sebuah teladan seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Lalu apa yang bisa terlintas dalam benak kita? Dia telah melakukan keputusan yang salah? Tidak seharusnya dia menjual hartanya dan meninggalkan keluarganya? Ia masih harus bertanggung jawab dan tidak boleh menelantarkan orang-orang di sekitarnya? Padahal yang dilakukannya adalah persis sama seperti yang diminta Yesus.
Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih sebab Ia begitu mengingini pemuda itu, namun Ia juga berkata begini, "Aku mau kamu ikut Aku, namun Aku tidak butuh semua yang kamu miliki selain hatimu, ketersediaanmu setiap saat dan kerelaanmu setiap waktu. Jual saja yang kamu punya dan berikan kepada orang lain, Aku punya yang jauh lebih baik daripada yang kamu miliki sekarang, Ayo!" Tuhan sungguh tidak merendahkan niatan mulia pemuda kaya ini, sekalipun Tuhan sudah tahu kelemahannya. Pemuda ini sudah bertekad, namun tidak bisa menjadi nekad dan tidak mampu diajak "gila-gilaan" dan "kebut-kebutan" di dalam Kristus.
Jika saja pemuda kaya ini nekad mengikuti semua syarat yang diminta Tuhan Yesus, maka sudah pasti ia akan menjadi rasul ke-13. Bukankah setelah itu, Petrus berkata kepada Yesus, "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau?" Dan siapakah yang akhirnya menjadi rasul berikutnya? Paulus, yang menulis lebih dari separuh Perjanjian Baru di Alkitab. Dan itulah sesungguhnya jatah yang dilewatkan oleh pemuda kaya tersebut.
Maka ketika Yesus menjawab Petrus, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." Maka sekarang kita semua menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus sedang menyebutkan sebuah jatah yang begitu besar, yang akhirnya dinikmati oleh Rasul Paulus.
Simak sekali lagi reward yang Tuhan janjikan itu, bahwa pada masa sekarang ini akan menerima seratus kali lipat daripada apa yang telah dilepaskan di awal, dan uniknya hal pertama yang disebut adalah rumah, yang berbicara tentang aset kekayaan fisik. Bukankah ketika kita melihat atau mendengar seseorang yang diajak Tuhan untuk hidup full time dan meninggalkan pekerjaan sekulernya secara total maka hal pertama yang ditanyakan teman-temannya adalah cara ia membiayai semua kebutuhan hidupnya? Dan lihat apa yang Tuhan janjikan sebagai reward.
Jadi sekarang adakah kita begitu diingini-Nya dan adakah kita juga begitu mengingini-Nya sedemikian rupa? Atau haruskah Tuhan menunggu atau mencari orang lain lagi? Sebab Tuhan pun telah mengetahui bahwa mereka yang kaya dan merasa kaya memang jauh lebih sulit dipanggil.
"Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku." - Lukas 14:16-24
Jadi sekarang adakah kita begitu diingini-Nya dan adakah kita juga begitu mengingini-Nya sedemikian rupa? Atau haruskah Tuhan menunggu atau mencari orang lain lagi? Sebab Tuhan pun telah mengetahui bahwa mereka yang kaya dan merasa kaya memang jauh lebih sulit dipanggil.
"Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku." - Lukas 14:16-24
Perhatikanlah mereka yang akhirnya datang ke perjamuan pesta, yakni mereka yang menyadari bahwa diri mereka miskin, cacat, buta, lumpuh, dan tak berdaya. Mereka adalah orang-orang yang masih bisa dipaksa Tuhan walaupun Tuhan juga terpaksa memilih mereka. Siapakah mereka gerombolan ini? Mereka tak lain adalah Jemaat Laodikia, yang memiliki jatah terbesar, yakni mereka yang akan didudukkan bersama-sama dengan Tuhan di atas takhta-Nya, sebagaimana Yesuspun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa di atas takhta-Nya (Wahyu 3:14-22).
Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.