"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." - Matius 19:21
Sudah waktunya kita sebagai orang percaya tidak lagi dimotivasi untuk hidup kudus dan hidup lurus demi bisa diberkati, demi bisa alami terobosan lahiriah, demi bisa peroleh kelimpahan materi, demi bisa tuai banyak jiwa.
Jangan ajarkan proses yang benar untuk suatu tujuan yang keliru, karena hasilnya adalah kesesatan dan kepalsuan. Cara berpikir yang demikian justru akan membuat perjalanan kehidupan dan panggilan pelayanan menjadi begitu meletihkan dan membosankan.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menderita bersama-Nya, perjanjian yang Tuhan Yesus tawarkan adalah Perjanjian Penderitaan, jalanilah perjanjian itu dengan tulus dan penuh percaya, sampai kita mendapati diri kita mencapai tahap Remuknya Insan Keluarnya Roh, dan apapun yang terjadi kita bisa selalu mengucap syukur dan "Ngglinding Wae" bersama-Nya.
Kebenaran itu harus murni 100%, sedangkan kepalsuan itu cukup dengan keaslian yang 99% saja, jadi memang betapa sulitnya memenuhi hidup yang 100% itu dan betapa mudahnya kita jatuh hanya dengan mengabaikan yang 1% saja.
Ingatkah kita dengan orang muda yang kaya itu? Semua sudah ia lakukan dan Tuhan Yesus pun mengakuinya, namun hanya satu saja yang tidak bisa dia lakukan, yakni melepaskan kebanggaannya. Dan karena yang satu saja itu, dirinya terhentikan, sekalipun ia tetap bisa terus berguna dan berdampak positif bagi masyarakat karena hartanya yang banyak itu.
Kebanggaan itu bukan hanya berbentuk harta, bentuknya bisa apa saja. Ada yang bangga dengan pengetahuannya, ada yang bangga dengan prestasinya, ada yang bangga dengan komunitasnya, ada yang bangga dengan tokoh yang dikultuskannya dan seterusnya.
Hidup untuk Kristus, dan mati adalah keuntungan, itu berarti di dalam Kristus, baik kita hidup maupun kita mati kita selalu alami kelimpahan sekalipun kondisi kita sedang menderita. Mengapa? Karena kita tidak merasa kekurangan apapun walau menderita, sebab Kristus cukup bagi kita.
Tuhan memberkati.
Jikalau kita hendak murni sempurna, pergilah, juallah segala kebanggan kita dan berikanlah itu kepada yang miskin, maka kita akan beroleh Kristus, sampai kita alami kepenuhan-Nya.