"Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya. Haruslah engkau membuat tanduk-tanduknya pada keempat sudutnya; tanduk-tanduknya itu haruslah seiras dengan mezbah itu dan haruslah engkau menyalutnya dengan tembaga. Juga harus engkau membuat kuali-kualinya tempat menaruh abunya, dan sodok-sodoknya dan bokor-bokor penyiramannya, garpu-garpunya dan perbaraan-perbaraannya; semua perkakasnya itu harus kaubuat dari tembaga. Haruslah engkau membuat untuk itu kisi-kisi, yakni jala-jala tembaga, dan pada jala-jala itu haruslah kaubuat empat gelang tembaga pada keempat ujungnya. Haruslah engkau memasang jala-jala itu di bawah jalur mezbah itu; mulai dari sebelah bawah, sehingga jala-jala itu sampai setengah tinggi mezbah itu. Haruslah engkau membuat kayu-kayu pengusung untuk mezbah itu, kayu-kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan tembaga. Kayu-kayu pengusungnya itu haruslah dimasukkan ke dalam gelang-gelang itu dan kayu-kayu pengusung itu haruslah ada pada kedua rusuk mezbah itu waktu mezbah itu diangkut. Mezbah itu harus kaubuat berongga dan dari papan, seperti yang ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu, demikianlah harus dibuat mezbah itu." - Keluaran 27:1-8
Demikianlah deskripsi Mezbah Korban Bakaran, yakni kayu penaga (acacia wood) yang disalut atau dilapisi tembaga. Dan jika kita membuat pintu atau dinding kamar dari bahan yang sama, maka dapat dipastikan bahwa pintu ataupun dinding tersebut adalah yang paling tahan api (fire proof). Bahkan menurut sebuah pengujian, kombinasi kayu penaga yang dilapisi tembaga ini memiliki tingkat tahan api 100%.
"Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego." - Daniel 1:6-7
Adalah Sadrakh, Mesakh dan AbedNego, tiga sahabat Daniel yang ikut dalam 70 tahun Masa Pembuangan di Babel. Mereka memiliki sikap dan mentalitas yang sangat baik. Mereka tidak silau dengan gemerlap kemewahan dan kemegahan kerajaan Babel sekalipun mereka sudah diberi kedudukan yang cukup tinggi dan dihormati para pejabat di dalam pemerintahan Babel. Intinya mereka hidup menjadi terang di tengah kegelapan pada Masa Pembuangan tersebut. Teladan yang baik bagi pihak Israel maupun gentiles.
Namun datanglah hari kemalangan bagi tiga sekawan ini, yakni ketika Nebukadnezar dengan angkuhnya mengancam nyawa mereka sebagai ganti ketidaktaatan mereka untuk menyembah patung berhala terbaru hasil mimpinya yang ditafsir Daniel sebelumnya. Sungguh saat itu bukanlah situasi yang mudah, mereka terpaksa tampil beda di antara ratusan pejabat dan jutaan rakyat Babel demi mempertahankan iman mereka. Raja Nebukadnezar mencoba memberi kesempatan kedua untuk mereka tidak mengulangi kesalahan mereka, dan inilah jawaban terbaik yang pernah ada dari iman mereka yang begitu istimewa,
"Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: 'Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.'" - Daniel 3:16-18
Mereka percaya bahwa Tuhan sanggup menolong, namun ternyata iman mereka tidak hanya sampai di situ. Yang lebih menakjubkan lagi adalah bahkan jika Tuhan tidak menyelamatkan nyawa mereka sekalipun, mereka tetap percaya bahwa Tuhan baik adanya. Inilah iman yang paling bulat sekaligus paling tahan api, iman yang sekuat Mezbah Korban Bakaran. Itu sebabnya ketika mereka masuk ke dalam dapur api, tidak sehelai rambut mereka ikut terbakar. Sebab memang iman mereka membuat mereka menjadi manusia yang fire proof atau tahan api, tepatnya terhadap semua api asing. Mereka rela dan berbulat tekad untuk menjadi korban bagi keyakinan mereka, sekalipun mereka juga percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, namun mereka sudah tidak memiliki kecewa sekalipun Tuhan tidak menolong mereka.
Dan inilah pesan Tuhan bagi kita semua Gereja dan Pasukan-Nya memasuki sebuah masa yang sama sekali berbeda sejak Tahun Yobel 5776 nanti. Yakni, apapun yang boleh terjadi menimpa kita maupun keluarga kita, milikilah sikap iman yang serupa dengan tiga sekawan, Sadrakh Mesakh dan AbedNego ini, iman yang bisa berkata dengan lantang bahwa sekalipun Tuhan tidak bertindak sesuai dengan yang kita harapkan, namun kita tetap percaya dan tidak menjadi kecewa apalagi menolak Dia yang begitu mengasihi kita.
Iman setinggi ini tidak bisa dibuat atau direkayasa dengan kekuatan diri kita sendiri, juga tidak bisa kita berpura-pura percaya atau berpura-pura siap martir padahal masih ada takut. Sungguh ini iman yang memang lahir dari hati yang bulat mengasihi Tuhan sekalipun kita harus mengorbankan segalanya, iman yang lahir karena telah melalui proses yang sedemikian rupa sehingga memiliki pengenalan yang mendalam akan Tuhan. Sebab tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan, tentu yang ada hanyalah kecewa ketika Tuhan tidak bertindak seperti yang kita harapkan.
Noche Obscura Del Alma
Noche obscura del alma atau yang lebih dikenal dengan The Dark Night of The Soul merupakan sepotong frasa dari puisi karangan seorang biarawan Spanyol bernama St. John of The Cross, yang menggambarkan sebuah proses perjalanan jiwa untuk mencapai damai sejahtera dan harmoni sehingga menjadi manunggal dengan Tuhan dan segala kehendak-Nya.
Semua pahlawan iman pasti akan melewati sebuah titik yang disebut The Dark Night of The Soul ini. Sebut saja Abraham yang harus menantikan Ishak puluhan tahun, bahkan harus mengorbankan Anak Perjanjian itu di Gunung Moria. Yakub pun demikian, ia harus kehilangan Rahel, Yusuf putra tercintanya bahkan Benyamin. Begitu juga dengan Yusuf di penjara, Musa di padang gurun, Daud dalam kejaran Saul dan seterusnya.
Bahkan Tuhan Yesus pun juga harus mengalami masa tergelap dalam hidup-Nya di Taman Getsemani ketika Beliau berusaha manunggal dengan kehendak Bapa, yakni mengisi cawan Darah Anak Domba dengan mati di atas kayu salib. Selama lebih dari 3 tahun Ia berkata bahwa apapun yang Ia katakan maupun yang Ia perbuat semuanya dari Bapa, namun saat itu Ia memohon dengan lirih, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." - Matius 26:39. Dan itu Dia katakan hingga dua kali. Sungguh tidak ada yang mudah ketika harus melalui kesesakan besar, namun memang itulah yang harus kita lalui dan iman yang fire proof yang mampu meloloskan kita di ujung jalan tersebut.
"Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." - Matius 7:13-14
Yobel Besar 5776 adalah sebuah kairos yang luar biasa namun juga merupakan awal dari Masa Kesesakan (Tribulasi) Besar. Perhatikan apa yang terjadi setelah tiga sekawan, Sadrakh, Mesakh dan AbedNego masuk dan keluar dari dapur api.
"Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: 'Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!' Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu. Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka. Berkatalah Nebukadnezar: 'Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu.' Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel." - Daniel 3:26-30
Apa yang kita dapati setelah itu? Nama dan kemuliaan Tuhan menjadi begitu nyata di seluruh penjuru kekuasaan Babel, namun di penghujung Akhir Zaman ini Tuhan sudah menjanjikan yang lebih dahsyat lagi daripada yang diterima Sadrakh, Mesakh dan AbedNego, yakni tsunami lawatan dan pencurahan Roh-Nya kepada semua orang,
"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu." - Yoel 2:28-29.
Tetaplah berharap untuk yang terbaik terjadi pada Yobel Besar 5776 ini, namun pada saat yang sama kita juga harus bersiap untuk menghadapi yang terburuk, masa tergelap bagi jiwa kita, Taman Getsemani kita masing-masing, untuk kita bisa menang bersama-Nya di puncak Kalvari. Tuhan memberkati.
Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.
Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.