"Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu." - Maleakhi 3:1-2
Perjanjian Lama adalah firman dan janji Allah, Perjanjian Baru adalah penggenapan dari apa yang difirmankan dan dijanjikan sedangkan Kitab Maleakhi adalah jembatan yang berisi kunci-kunci menuju penggenapan segalanya itu. Dari kunci-kunci yang ada, di antara tercantum pada dua ayat pertama pasal ke-3 kitab tersebut:
1. Bahwa kitalah utusan-utusan seperti Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi-Nya untuk kedatangan-Nya yang terakhir. Adakah kita siap menjadi utusan-utusan-Nya di manapun Ia kehendaki kita diutus?
2. Lawatan, gelombang pertobatan dan kegerakan Roh-Nya akan terjadi secara mendadak dan tiba-tiba kapanpun Ia kehendaki. "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!" - Mazmur 24:9. Bukankah Daud telah menubuatkannya? Siapkah kita?
3. Untuk kali yang ke-3 pada pagi hari tadi, Ev. Iin berjumpa dengan Malaikat Perjanjian yang rupanya penuh dengan pelangi dan berputar-putar seperti tiang awan dan tiang api. Perjumpaan dengan Malaikat Perjanjian menandakan bahwa penggenapan akan semua janji-Nya akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, bahkan pada tahun yang sama.
4. Segala janji yang digenapi bukan berkenaan dengan apa yang Dia kehendaki, melainkan berkenaan dengan apa yang kita kehendaki, apa yang kita rindukan selama ini.
5. Tanpa terus melekat dengan Roh-Nya, tidak ada seorangpun yang tahan menghadapi kedahsyatan Hari Tuhan. Kepada umat-Nya, Ia terus menguji, mendidik dan menempa bagaikan api pemurni logam dan sabun pencuci sampai Ia mendapati bahwa kita semua dapat dipercaya dan layak menerima warisan hak kesulungan yang telah disediakan. Lama atau cepatnya proses ini bergantung kepada sikap hati kita, jika berhasil kita terus naik tingkat, dan jika gagal kita akan terus mengulang dari awal lagi.
Jika Anda dengan begitu mudah membeli sebuah tas mewah di Paris, maka Anda tidak layak menjadi ahli waris kerajaan bisnis ini. Begitu pula, jika Anda tidak bisa berbahagia dengan segelas Coca Cola dan sepotong burger McDonald untuk makan siangmu, Anda pun masih belum layak menjadi kaya. - Warren Buffet, salah satu orang terkaya di Amerika Serikat, yang masih belum memiliki ahli waris yang layak.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.