Labels

Monday, April 7, 2014

Sang Tukang Kayu

Sang Tukang Kayu telah tampil
Berangkat dari Kota Mempelai
Hendak mempersunting Nusantara
Untuk menjadi kekasih sejati

Perawakannya lembut bagai air
Sikapnya merendah mengalir ke bawah
Kelembutannya melunakkan yang keras
Kerendahannya menaklukkan yang kuat

Sang Tukang Kayu dikira hendak naik
Padahal ia turun menjejak jurang
Beliau disangka hendak makin berkuasa
Nyatanya melenggang hingga ke akar

Supaya rumput tetap hijau subur
Dan padangnya penuh kawanan domba
Supaya terus limpah susu dan madu
Di tanah pusaka para leluhur


Sang Tukang Kayu tampil bersahaja
Anak manusia dari kalangan beriman
Rakyat lebih tertegun daripada terkagum
Bukan karna wibawa namun karna denyut nurani

Apa yang hendak diceritakan
Justru akan makin banyak dilihat
Apa yang hendak didengar
Justru akan makin banyak dipahami

Sang Tukang Kayu jernih penuh rasa 
Tidak memaksa diri untuk maju
Namun paham menangkap kesempatan
Dan berjuang dengan jalan yang wajar

Kadang ia mundur untuk maju
Juga memberi untuk mengambil
Mendengar untuk memimpin hingga
Bobotnya terasa nyaman di pundak rakyat

Sang Tukang Kayu tak mudah dirayu
Namun jika perlu ia membujuk para musuh
Supaya ada keamanan di seluruh negeri
Tanpa rakyat menyadari jasa-jasanya

Ia rela untuk tidak terlelap petang dan pagi
Dari apapun yang dahsyat menimpa
Ia setia untuk terus terjaga siang dan malam
Dari siapapun yang gelap memburu

Sang Tukang Kayu melaju bijak
Bagai seorang resi begawan
Bertutur, bertindak dan berdampak
Sesuai dengan sandaran kepada Sang Mahakuasa

Kehadirannya adalah satria yang ketujuh
Dari enam satria pendahulunya
Sama seperti kiprah Tuannya yang tampil
Setelah Ibrahim, Yusuf, Musa, Yosua, Samuel dan Daud


Sang Tukang Kayu beringsut pasti
Menghadapi cemoohan para Barabas
Yang memang barbar dalam tutur dan tingkah
Yang dengungnya bikin rakyat berdenging

Karena padanya ada sesuatu yang unik
Ada sebuah pertukaran yang istimewa
Di kala ia kelihatan berserah pada nasib
Nasib bangsa malah diserahkan padanya

Sang Tukang Kayu berlenggang jaya
Bukan karena nasib namun takdir
Untuk mengantar Nusantara tercinta
Dari sebuah awal zaman baru

Kepada puncak penggenapan nan jaya
Yang adalah masa keemasan sejati
Supaya para pewaris negeri ini
Menikmati warisan dengan seutuhnya

4 comments:

  1. Wooo.....! Puisi ini selain indah, seperti sebuah prophetik! Keehendak Tuhan Jadilah!
    Amen!

    ReplyDelete
  2. ♥˚⌣˚ Ɨƚȁƪƪԑƪưƴ∂ ˚⌣˚♥ »•*•*•Ä♏έέέn•*•*•«

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.