Kita telah belajar sedikit mengenai anugerah dan sikap hati secara individu melalui sebagian kisah hidup Abraham dan Sarah melalui tulisan Ayin Hey 5775 - Vol. 1: Sang Pengemban Takdir. Dan ketika sedang mendengar live streaming kotbah Ibu Panglima Iin Mikhael Tjipto di Sion (Cirebon) tanggal 16 September 2014 lalu, Tuhan mengajak saya ke sisi lainnya untuk belajar mengenai anugerah dan sikap hati secara korporat melalui kenangan-Nya di Betania. Nama Betania (Bethany) berarti Rumah Penderitaan dan sungguh bukan kebetulan jika berdasarkan pemetaan 12 Gerbang Yerusalem hampir separuh dari wilayah Indonesia berada di bagian Bethany Gate, yakni meliputi Sumatera, Jawa, sebagian kecil Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara. Sedangkan sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua berada di bagian Golden Gate atau Gerbang Timur.
Ketika dalam kotbahnya, Ibu Panglima bicara bahwa yang menjadi penghalang antara kita dengan puncak destiny bukan saja kutuk ataupun kelemahan-kelemahan kita, namun juga sikap hati kita pada hal-hal yang kelihatan sepele maupun rutin. Sikap saat kita harus melakukan berbagai tindakan profetik, atau sikap ketika kita sedang mengenakan maupun menanggalkan jubah setelah kita memakainya, atau sikap ketika sedang melakukan tarian maupun nyanyian penyembahan, yakni berbagai sikap hati yang memang tidak kasat mata, dan hanya dapat dibaca dengan mata hati. Ketika itulah Roh Kudus-Nya mengingatkan saya akan seluruh rangkaian kejadian yang tertulis pada Kitab Injil Yohanes pasal 11.
Injil Yohanes pasal 11 merupakan gambaran "drama" yang hampir ada di setiap organisasi gereja ataupun persekutuan kaum beriman di manapun dan kapanpun. Sebuah gambaran yang lintas zaman serta lintas waktu di hampir semua komunitas kaum beriman. Dan sekarang, mari kita simak sehelai demi sehelai lembaran pewahyuan-Nya bagi kita berkaitan dengan Ayin Hey 5775 ini:
"Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: 'Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.' Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: 'Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.' Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: 'Mari kita kembali lagi ke Yudea.'
- Tuhan mengawali kisah ini dengan sudut pandang satu orang, yakni Maria, yang dijelaskan cukup rinci dengan menyebut "kampung Maria" dan menceritakan apa yang telah diperbuatnya kepada Tuhan Yesus, yakni mengurapi-Nya untuk persiapan kematian dan penguburan-Nya. Mengapa Tuhan memakai Maria sebagai "patokan" kisah kebangkitan Lazarus dari kematian? Tentu itu bukan sebuah kebetulan. Adakah Tuhan pun mengingat kita sedemikian rupa seperti Dia mengingat Maria ini? Atau kita hanya "peran pendukung" seperti Marta, atau mereka yang diceritakan tapi tak sekalipun nama mereka disebut, seperti orang-orang Yahudi dan orang-orang Farisi yang malah hanya jadi "figuran".
- Lalu bagaimana jika yang dialami Lazarus, harus kita alami juga? Ketika kondisi ekonomi kita, kondisi rumah tangga / keluarga kita, kondisi kesehatan kita, kondisi gereja / pelayanan kita sudah hampir mencapai titik nadir dan hampir mati, bahkan lebih parah lagi, yakni Tuhan membiarkan kondisi-kondisi tersebut benar-benar mati bahkan sudah mulai membusuk seperti jasad Lazarus dalam kisah ini. Padahal jarak antara Yesus dan Lazarus saat itu hanya 3 kilometer jauhnya, namun Ia sengaja mengulur dua hari lagi. Masihkah kita tetap setia dan percaya kepada-Nya dan tetap berkata kepada-Nya, "Ini aku, Tuhan" alias Hineny? Bukankah Abraham pun telah mati pucuk dan Sarah telah mati haid saat Tuhan memperbaharui penjanjian-Nya dengan menambahkan unsur Hey kepada nama mereka? Maka Hey yang merupakan Kabod (kemuliaan) Tuhan itu hanya pantas diberikan ketika inti kemanusiaan kita telah tidak berdaya sama sekali, alias mati.
"Murid-murid itu berkata kepada-Nya: 'Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?' Jawab Yesus: 'Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.' Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: 'Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.' Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: 'Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.' Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: 'Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.' Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: 'Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.' Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.
- Murid-murid hanya bisa memandang Yesus sebagai seorang Rabi, dan bukan sebagai Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Dan ketika pikiran mereka hanya terbatas pada ancaman yang ada, namun Tuhan segera mengubah pikiran mereka dengan mengajak mereka untuk melihat bahkan menjadi terang dunia sekalipun nyawa menjadi taruhan. Bukankah kemuliaan tampil maksimal ketika keadaan di sekitar terlihat gelap? (Yesaya 60:1-2). Sama seperti kemuliaan-Nya menjadi nyata lewat kematian dan kebangkitan Lazarus ini.
- Ketika Yesus menyebut bahwa Lazarus hanya tertidur, padahal kenyataannya Lazarus telah mati dan bahkan jasadnya sudah mulai membusuk, Yesus telah berbohong? Bagaimana jika saat ini ketika kondisi keuangan kita sungguh kacau, namun Tuhan justru berkata bahwa kita akan mengalami terobosan finansial, namun ternyata situasinya makin bertambah parah? Apakah Tuhan sedang bergurau atau kitalah yang tidak mengerti bahasa-Nya? (Yohanes 8:43).
- Tomas sesungguhnya adalah pribadi yang antusias dan mampu menyemangati kawan-kawannya walaupun situasi saat itu terasa sangat tidak masuk akal bagi para murid-Nya. Dapatkah dibayangkan betapa terpuruknya hati dan jiwa para murid ketika mereka mendapati Tuhan mereka mati di kayu salib dengan cara yang begitu mengenaskan? Bahkan Tomas yang sedemikian positif dan periang hampir saja terhilang selamanya, jika ia tidak melihat bahkan mencucukkan jarinya ke bekas paku maupun lambung Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya.
"Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: 'Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.' Kata Yesus kepada Marta: 'Saudaramu akan bangkit.' Kata Marta kepada-Nya: 'Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.' Jawab Yesus: 'Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?' Jawab Marta: 'Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.'
- Ternyata Marta menyambut kedatangan Yesus dengan amat antusias, namun ia menyambut-Nya karena ingin melakukan protes atas "keterlambatan" yang dilakukan Yesus. Marta seakan ingin bicara, "Tuhan, dua hari lalu kami sudah mengabari kondisi Lazarus, tapi kenapa Engkau datang terlambat? Sekarang saudaraku sudah mati, padahal seandainya Engkau tidak terlambat, ia pasti tidak mati."
- Dan lebih aneh lagi bahwa Marta menambahkan kalimat yang sebenarnya tidak perlu ia ucapkan, sebab itu adalah kalimat sindirannya kepada Yesus, walau ia tahu bahwa Elohim memberi kuasa dan otoritas besar kepada Yesus. Dan karena sindirannya itulah, Yesus hanya menjawab singkat dan sekenanya saja bahwa Lazarus akan bangkit. Ini adalah pelajaran tentang sikap hati. Bahwa banyak anak-Nya yang percaya akan kuasa Tuhan, namun seringkali buruk dalam bersikap, yang sesungguhnya bisa menyinggung mood dan perasaan Tuhan.
- Anehnya lagi, sekalipun Marta disebut sebagai salah satu sahabat-Nya, namun ia masih belum mengerti maksud Tuhan. Ia menyimpulkan sendiri bahwa Lazarus akan bangkit di Akhir Zaman, padahal Tuhan bermaksud membangkitkannya saat itu juga. Berapa kali kita sering bersikap serupa? Memotong perkataan Tuhan dan dengan tergesa menyimpulkan sendiri perkataan Tuhan TANPA mau mengambil waktu untuk merenungkan dan mendiskusikan segala sesuatunya dengan Roh Kudus. Sekalipun Marta mengaku percaya, namun sesungguhnya hatinya ragu dengan maksud Tuhan tersebut.
"Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: 'Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.' Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: 'Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.' Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: 'Di manakah dia kamu baringkan?' Jawab mereka: 'Tuhan, marilah dan lihatlah!' Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: 'Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!' Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: 'Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?' Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: 'Angkat batu itu!' Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: 'Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.' Jawab Yesus: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?'
- Ternyata Marta masih tidak puas dengan respon Tuhan Yesus, dan ia mengubah strateginya. Ia membohongi Maria dengan berkata bahwa Tuhan Yesus memanggilnya, padahal Ia sama sekali tidak memanggil Maria. Berapa banyak di antara kita yang sikapnya sering seperti ini? Ketika kita mengharapkan masalah kita segera dijawab Tuhan dan kita tidak mendapati respon Tuhan yang sesuai harapan, lalu kita mencari anak-anak Tuhan yang lain, maupun hamba-hamba-Nya untuk memaksa Tuhan menjawab masalah kita. Sikap dan mentalitas yang demikian sebaiknya tidak boleh ada lagi di Ayin Hey 5775 ini. Belajar meraba hati Bapa, kenali perasaan-Nya dan sadarilah bahwa Tuhan adalah Pribadi yang memiliki mood dan selera.
- Sesungguhnya apa yang diucapkan Maria sama persis dengan kalimat pertama yang diucapkan Marta, namun perhatikan sikapnya. Maria bertanya dengan didahului tersungkur di depan kaki Tuhan. Bukankah Abram pun sujud menyembah Tuhan dan sesaat kemudian Hey diberikan sehingga Abram berubah menjadi Abraham? Demikian juga ketika Maria tersungkur, dengan disertai erangan masygul Tuhan, Hey segera diberikan kepada Lazarus dan ia segera bangkit dari kematiannya. Adakah kita telah mengerti apa "kunci" yang sedang diberikan-Nya kepada kita supaya Hey-Nya diberikan juga kepada kita atas berbagai aspek kehidupan kita yang telah sekarat dan mati untuk kembali dihidupkan dan dibalikkan keadaannya?
- Apa yang dipikirkan dan diprotes Marta, ternyata juga dicibir oleh banyak orang Yahudi yang hadir saat itu. Mereka heran dengan alasan Yesus yang sengaja terlambat dan menyindir keterlambatan-Nya itu dengan menyangka bahwa Tuhan tidak sanggup bertindak. Namun di sisi lain, Maria sama sekali percaya kepada Tuhan sekalipun tidak mengerti alasan Tuhan untuk sengaja terlambat datang. Bukankah pemandangan seperti ini sering terjadi di dalam gereja dan berbagai komunitas kaum beriman? Yang manakah kita? Marta? Maria? atau orang-orang Yahudi?
- Dan terbukti bahwa Marta tidak bisa percaya kepada Tuhan seperti Maria percaya, sebab ketika Tuhan menyuruh untuk membuka batu kubur tersebut, Marta langsung berargumen (lagi). Sungguh sikap seperti ini malah sering menghambat rencana Tuhan dalam setiap hidup anak-anak-Nya.
"Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: 'Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.' Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: 'Lazarus, marilah ke luar!' Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya." - Yohanes 11:1-45
- Di bagian akhir dari adegan ini, sekali lagi nama yang disebut hanyalah nama Maria, dan BUKAN nama Marta. Adakah kita belajar sesuatu dari Maria dan sikapnya kali ini? Sudahkah kita pahami apa yang sesungguhnya anugerah sejati itu? Dan adakah kita menyadari betapa banyaknya kecerobohan sikap kita di hadapan-Nya? Inilah Ayin Hey 5775, Tahun Yang Melampaui Segala Akal.
Satu Peristiwa, Empat Sudut Pandang
"Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu." - Yohanes 12:1-3
Setelah kejadian bangkitnya Lazarus, pada pasal berikutnya menceritakan sebuah adegan yang lain, yakni ketika Yesus diurapi. Cerita yang serupa telah diceritakan pada Injil Matius pasal 26 dan Injil Markus pasal 14, juga di Injil Lukas pasal 7. Banyak ahli mengatakan bahwa sesungguhnya Yesus diurapi oleh dua perempuan yang berbeda, bahkan ada pula yang menyebutnya tiga kali, sebab di Injil Matius dan Injil Markus disebut bahwa kepala Yesus yang diurapi, sedangkan pada Injil Lukas dan Injil Yohanes disebut bahwa kaki Yesus yang diurapi.
Ketika saya mencoba mencari tahu siapakah perempuan yang mengurapi kepala Yesus di Injil Matius dan Injil Markus dan siapakah pula perempuan yang dimaksud di Injil Lukas pasal 7, tiba-tiba Roh Kudus berbicara demikian, "Mengapa kamu memakai cara berpikir yang sama dengan mereka? Mengapa memakai hikmat manusia untuk mencari rahasia kebenaran Tuhan. Kalau yang kamu tanyakan dan cari siapa perempuan tersebut, maka kamu tidak akan pernah menangkap maksud Tuhan. Bagaimana jika ternyata empat cerita dalam empat Injil itu sesungguhnya adalah satu peristiwa yang sama, namun Aku buat mereka sengaja menulis dengan berbeda? Bagaimana jika ternyata sesungguhnya Maria mengurapi kepala dan juga sekaligus kaki-Nya?"
Saat itu juga saya bertobat dan segera membuang hikmat manusiawi yang saya gunakan dan mulai merenungkan maksud Tuhan yang sesungguhnya sehingga Ia sengaja membedakan versi cerita yang satu dengan versi cerita yang lainnya. Dan berikut ini perbedaan di antaranya:
"Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan." - Matius 26:6-7
"Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus." - Markus 14:3
Baik Yohanes 12, maupun Matius 26 dan Markus 14 sebenarnya menceritakan peristiwa yang sama, sebab reaksi para murid Yesus, terutama Yudas Iskariot, tercatat serupa dari ketiga Injil tersebut, yakni menjadi gusar dan menganggap apa yang dilakukan Maria adalah sebuah pemborosan. Namun ketika disebut bahwa minyak itu dituang ke atas kepala Yesus, maka yang disebut hanyalah "seorang perempuan," sedangkan ketika namanya disebut, yakni Maria, maka disebut bahwa minyak itu dituang ke kaki Yesus. Pahamkah Anda akan perbedaan ini?
Ibrani 7:7 menyebutkan, "Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi." Jadi pada saat itu sesungguhnya Tuhan mengizinkan Maria mengambil posisi lebih tinggi daripada diri-Nya dengan menyentuh atau mengurapi kepala-Nya. Namun kemuliaan ini terlalu besar untuk ditanggung oleh seorang manusia, itu sebabnya nama Maria tidak disebut. Maka sadarilah bahwa apapun yang kita lakukan untuk memberkati Tuhan dan segala kehendak-Nya, tidak patut bagi kita untuk mengharapkan nama kita diingat atau bahkan sekedar ucapan terima kasih. Ini sikap yang kelihatan sepele, namun jarang dimiliki oleh kita sebagai Gereja dan Pasukan Tuhan yang selalu menganggap diri kita sebagai hamba-hamba-Nya.
Justru sebaliknya, sering kali terjadi dari mereka yang merasa sebagai hamba Tuhan, merasa telah berjasa bagi Kerajaan-Nya, merasa lebih baik daripada banyak orang, dengan alasan statusnya tersebut malah menuntut banyak orang untuk menghormati dan memprioritaskan diri mereka dalam berbagai kesempatan. Termasuk bisa menjadi tersinggung ketika orang lain tidak lebih dahulu memberi hormat atau sekedar menyapa. Hey! Ini sudah Ayin Hey 5775, dibutuhkan lebih dari sekedar tahu diri dan sikap miskin di hadapan Tuhan untuk menempuh sepanjang tahun yang amat luar biasa ini.
"Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu." - Lukas 7:37-38
Besar kemungkinan bahwa peristiwa yang dicatat dalam Injil Lukas 7 ini adalah peristiwa yang sama yang dimaksud ketiga Injil lainnya. Sebab nama pemilik rumah tempat kejadian perkara adalah sama-sama Simon. Jadi sesungguhnya perempuan yang terkenal sebagai pendosa sesungguhnya adalah Maria yang sama. Sebab tidak mungkin perempuan ini bisa mengekspresikan kasihnya kepada Yesus sedemikian rupa, jika ia tidak mengenal dengan begitu dalam akan Yesus.
Namanya tidak disebut, namun ia dicatat hanya meminyaki bagian kaki, sebab ia disebut sebagai "seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa". Apakah sesungguhnya perempuan ini lebih berdosa daripada orang kebanyakan, sehingga Tuhan menganggap bahwa perempuan inilah "yang berhutang lima ratus dinar? Tentu tidak!
Tahukah Anda, apa yang sesungguhnya ada di benak dan hati perempuan ini sehingga ia nekad mendatangi rumah orang lain yang saat itu rumah tersebut terdapat banyak laki-laki sehingga ia menjadi satu-satunya perempuan yang hadir di sana? Jawabannya tak lain adalah karena ia menyadari betapa buruk masa lalunya, namun sekaligus ia mendapati pemulihan dirinya lewat Kristus Yesus, sehingga yang ada padanya hari itu adalah kasih yang begitu kuat kepada Tuhan dan diekspresikan dengan sedemikian luar biasa.
Inilah Hineny yang sesungguhnya, yakni sikap mengabdi dan melayani Tuhan tanpa syarat, sikap yang lahir karena cinta kepada Sang Tuan. Inilah yang Tuhan cari dari Gereja dan Mempelai-Nya di Ayin Hey 5775.
"Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus." - Yohanes 12:9-11
Ketika hidup kita dipakai dan dipromosikan Tuhan sedemikian rupa, janganlah heran jika saudara-saudara terdekat kita menjadi iri sehingga membenci bahkan hendak membunuh kita. Ini sudah ada sejak Kain membunuh Habel, bahkan sejak Ular Tua cemburu terhadap Adam yang pertama. Namun biarkanlah Tuhan yang memutuskan dan menghakimi dalam keadilan-Nya, itu bukan bagian kita untuk merespon, sebab kita sesungguhnya hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna, yang melakukan menurut perintah-Nya.
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.
Bang, saya ingin diajari, sebenarnya apa sih kehendak Tuhan zaman dahulu agar dilakukan bangsa yahudi pada tahun shmittah dan tahun yobel sejak dahulu kala?
ReplyDeletesebagai mahasiswa apa yang seharusnya saya pelajari dan lakukan di tahun shmittah ke-7 dan yobel besar ini?
saya kurang paham mengenai shimttah dan tahun yobel, apa hanya mendiamkan lahan atau seperti apa mengimplementasikannya pada kehidupan saya?karena yg saya baca berkatnya luar biasa, kutuknya jg mengerikan
terimakasih bang Jbu