"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" - Matius 7:21-23
Selama ini kita berpikir bahwa berbagai mujizat itu adalah sesuatu yang "wah" dan sulit untuk diraih, baik itu perkataan nubuatan yang begitu akurat dan spesifik, demonstrasi kuasa ilahi melalui kesembuhan fisik, dibebaskan dari kerasukan roh jahat bahkan sampai mujizat keuangan yang amat limpah dan melampaui akal. Semua perkara ini begitu diimpikan dan dicari begitu banyak orang di dunia, termasuk oleh orang percaya dan beriman.
Namun di atas semua perkara yang menakjubkan itu, masih ada perkara yang jauh lebih sulit untuk seorang anak manusia meminta kepada Tuhan, yakni keterusterangan-Nya. Sesungguhnya Firman-Nya itu telah jelas berkata bahwa jauh lebih mudah untuk Dia melakukan atau memberikan berbagai mujizat yang kita butuhkan, namun untuk membuat mulut-Nya berterus terang, itu sama sekali bukan perkara yang mudah. Mengapa demikian?
Sebab ketika Tuhan harus berterus terang, maka Ia sedang memberikan Hati-Nya dan hanya itu. Sedangkan berbagai berkat dan mujizat itu semua hanyalah bonus tambahan untuk melihat kebahagiaan orang-orang yang dikasihi-Nya. Dan memang tidak banyak yang peduli serta terus mengejar Hati-Nya di atas segalanya. Padahal Tuhan adalah Pribadi yang amat cemburuan (Keluaran 34:14) dan sangat ingin dimengerti dan dilayani.
Pernah suatu kali Dia berkata, "Aku ini mencari orang yang ketika Aku wahyukan apapun, Aku berkati bagaimanapun, dan Aku percayakan segalanya bahkan Aku telanjang di depannya sekalipun, Aku tidak perlu khawatir bahwa orang itu akan mencuri kemuliaan-Ku."
Lalu saya membalas-Nya, "Tuhan, apa ada orang yang seperti itu?"
"Memang tidak ada, orang seperti itu harus mau dan rela dibentuk dan diproses sedemikian rupa, sampai jadi seperti yang Aku mau."
Mujizat, berkat, karunia, kekayaan bahkan langit dan bumi, semuanya itu akan berlalu, namun perkataan-Nya dan sekaligus keterusterangan-Nya takkan pernah berlalu. Tidakkah kita seharusnya takut dan gentar oleh sikap-Nya yang demikian ini? Lalu mengapa hati kita masih saja condong kepada semua remah-remah dan yang amat sepele itu?
Mengapa begitu sulit bagi Tuhan untuk berterus terang kepada kita? Karena pada dasarnya memang kita tidak peduli dengan Hati-Nya dan kita terlalu sibuk dengan kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita terlalu mudah terjebak dengan apa yang kita sangka baik dan terlalu cepat menyimpulkan dengan akal sehat kita ketimbang dengan iman kita.
Mengapa begitu sulit bagi Tuhan untuk berterus terang kepada kita? Karena pada dasarnya memang kita tidak peduli dengan Hati-Nya dan kita terlalu sibuk dengan kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita terlalu mudah terjebak dengan apa yang kita sangka baik dan terlalu cepat menyimpulkan dengan akal sehat kita ketimbang dengan iman kita.
Kejarlah Hati-Nya lebih lagi, nikmati kecemburuan-Nya, nantikanlah keterusterangan-Nya, di suatu ruang yang istimewa Dia menantikan kita untuk melayani Pribadi-Nya, ruang yang hanya segelintir manusia mau peduli dengan siapa sesungguhnya Dia.
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.