"Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan
kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba
itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai
itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap
bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan
bangsa-bangsa." - Wahyu 22:1-2
"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita." - 1 Yohanes 3:16
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." - Yohanes 4:13-14
Salah satu destiny kita adalah menjadi berkat, bagi orang di sekitar kita, bangsa-bangsa, hingga ke ujung bumi. Bukankah episode terakhir dari Alkitab menunjukkan sebuah gambaran adanya sungai yang memberi kehidupan (hayat), yang produktif dan yang menyembuhkan? Ketika air itu memancar, itu tidak mengalir dari sebuah kekosongan, namun dari sebuah Sumber yang (tinggal) menetap di dalam kita. Adakah Sang Sumber menetap di dalam kita atau Ia bahkan telah lama meninggalkan kita?
Aliran air kehidupan bersifat MEMBERI. Kita hanya menerima satu kali hingga Dia menetap selama-lamanya di dalam kita - bait-Nya - sehingga dari dalam terus menerus memberi hayat kehidupan bagi banyak orang. Dan jalan memberi satu-satunya adalah dengan menyerahkan nyawa bagi saudara-saudara kita, sama seperti Kristus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Persekutuan dalam penderitaan adalah jalan aliran sungai air kehidupan itu.
Tahun Ayin Beth 5772 & 2012 adalah babak baru dan musim yang ekstrim dalam hal memberi. Ada standar pemberian, standar persembahan dan standar pengorbanan yang sama sekali baru, yang dikenakan Tuhan kepada kita, supaya tubuh kita layak untuk ditinggali oleh-Nya untuk selama-lamanya. Sehingga ketika kegelapan datang memenuhi bumi, terang kehidupan yang ada di dalam kita menjadi jelas bagi dunia.
Hiduplah Menurut Roh Yang Terus Menerus Memancar Dan Memberi Hayat, Dengan Mengorbankan Kedagingan Kita Sampai Habis Lenyap
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.