Ketika Yesus bangkit, Ia berjanji untuk mendahului dan menemui Petrus dan murid-murid-Nya yang lain di Galilea, "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." - Markus 16:7.
Dan memang mereka semua pergi ke Danau Galilea untuk menanti Tuhan Yesus di sana, namun penantian mereka menemui titik jenuh sehingga akhirnya Petrus memutuskan kembali kepada kehidupan lamanya, yakni menjala ikan dan hal itu diikuti oleh teman-temannya yang lain (Yohanes 21).
Ketika Yesus muncul, Ia menyapa, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Dan jawab mereka, "Tidak ada." (Yohanes 21:5). Yesus bisa menyapa mereka dengan sebutan "murid-murid" atau "sahabat-sahabat", namun mengapa Ia menyapa dengan sebutan "anak-anak"? Hal itu dikarenakan bahwa dalam penilaian-Nya, mereka semua masih kanak-kanak atau kekanak-kanakan. Padahal Yesus sudah berjanji, namun mereka tidak mampu bertahan dan ketika mereka sudah mencapai titik jenuh, mereka kembali kepada kehidupan lama mereka.
Dan tidak heran ketika Tuhan Yesus menanyakan tentang lauk pauk, hal itu tidak ada pada mereka. Lauk pauk berbicara tentang sesuatu yang matang (atau dewasa). Tuhan bukan sedang ingin makan sushi atau sashimi, Ia sungguh menginginkan lauk pauk yang matang (Yohanes 21:9). Melalui peringatan Paskah kali ini, Ia "menuntut" kedewasaan kita.
Sikap Petrus
Peristiwa dalam Yohanes pasal 21 ini merupakan pengulangan yang mirip dengan peristiwa dalam Lukas pasal 5, bedanya adalah yang pertama adalah ketika mereka baru bertemu dengan Tuhan, yang kedua adalah ketika Yesus telah mati dan bangkit. Perhatikan sikap Petrus dari kedua peristiwa tersebut. Ketika Petrus pertama kali menyadari bahwa itu Tuhan: "Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: 'Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.'" - Lukas 5:8, Petrus menyadari bahwa dirinya orang berdosa dan hendak menjauh dari Tuhan. Pada titik ini kesadaran akan dirinya sendiri begitu kuat, hal ini sudah cukup baik, namun hal ini belum cukup menghadirkan Tuhan dalam hidup kita. Ini yang disebut self conscious.
Sedangkan sikap Petrus di peristiwa yang ke-2, "Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: 'Itu Tuhan.' Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau." - Yohanes 21:7. Kali ini Petrus langsung terjun ke dalam danau untuk segera menghampiri Tuhan. Ini yang disebut God conscious, kesadaran akan adanya Tuhan. Sikap seperti inilah yang dicari Tuhan.
Orang yang memiliki kesadaran akan dirinya sendiri memang disebut orang yang tahu diri, tahu bahwa dirinya berdosa, sadar akan kekurangan dan kelemahannya. Namun di sisi lain, orang ini hanya mementingkan dirinya, perasaannya dan keinginannya. Sedangkan orang yang memiliki kesadaran akan Tuhan, ia menyadari siapa Tuhannya, ia percaya apapun yang terjadi, Tuhan adalah Allah yang hidup dan yang setia. Bahkan dalam setiap kesempatan, orang tersebut akan mengutamakan perasaan, pikiran dan kehendak Tuhan daripada perasaan, pikiran dan kehendak dirinya sendiri. Bukankah murid-murid-Nya tidak ada satupun yang berani menanyakan identitas diri-Nya, sebab mereka semua tahu bahwa itu Tuhan (Yohanes 21:12).
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.