Labels

Friday, April 12, 2013

Menimbang Zaman, Menilik Masa

"Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak." - Yesus Kristus

Dalam Kitab Injil ada tertulis bahwa Yesus berkata bahwa salah satu tanda Akhir Zaman adalah bencana kelaparan, yang juga termasuk krisis ekonomi dunia. Namun kita tahu bahwa dunia sudah berkali-kali mengalami krisis ekonomi secara global, namun tetap saja berjalan dengan baik setelah krisis tersebut berlalu. Sejarah mencatat bahwa krisis ekonomi tahun 2008 lalu merupakan krisis yang bahkan lebih dahsyat daripada Great Depression 1928, bahkan tak terpulihkan kecuali saat Antikristus turun tangan pada Masa Kesusahan Besar, namun semua kontrol kehidupan ada pada genggamannya untuk waktu yang singkat.

Sejak krisis ekonomi 2008 pecah, banyak film yang dibuat minimal untuk memberi gambaran yang lebih jelas apa, bagaimana dan mengapa krisis tersebut bisa terjadi. Salah satu film yang paling menarik menurut saya adalah Margin Call (Be First, Be Smarter or Cheat). Film Margin Call memiliki fokus cerita yang unik, yakni awal titik balik dari pertumbuhan ekonomi yang tidak sehat, awal runtuhnya rumah kartu ekonomi dunia yang sangat rapuh dan efek domino yang terjadi begitu cepat tanpa bisa diantisipasi oleh siapapun. Pasar saham dunia mendadak rontok dan nilai-nilai saham terjun bebas tidak lama setelah hal itu.

Cerita film ini diawali dengan PHK massal di salah satu institusi keuangan paling bergengsi di Amerika Serikat. Salah satu pegawai yang kena PHK adalah seorang analis senior yang telah bekerja puluhan tahun dan diharuskan meninggalkan kantor saat itu juga. Analis senior ini sedang melakukan analisa resiko dari berbagai produk investasi yang dijual maupun yang dibeli oleh perusahaannya. Walau analisa itu belum tuntas, namun analis ini sudah memiliki kesimpulan awal bahwa perusahaan telah mengalami kerugian (rugi berjalan) yang luar biasa. Ketika analis senior ini harus meninggalkan kantornya, ia menitipkan hasil analisanya kepada salah seorang bawahan, seorang analis junior dan hanya dalam beberapa jam, hasil analisa mampu dirampungkan. Kerugian tersebut bahkan berpotensi lebih besar daripada total aset perusahaan tersebut.

Singkat cerita, hasil analisa ini sampai kepada pemilik utama perusahaan tersebut. Pemilik atau boss besar dari perusahaan ini memimpin rapat yang disertai dengan perdebatan yang sengit untuk menentukan apa tindakan selanjutnya untuk tidak membiarkan perusahaan tersebut musnah. Yang paling menarik adalah ketika boss besar perusahaan berdebat dengan senior head of sales yang juga sudah bekerja selama puluhan tahun di perusahaan tersebut. Apa yang diperdebatkan oleh kedua orang ini?

Boss besar memiliki prinsip untuk sukses dalam berbagai hal, yakni menjadi yang pertama (be first), menjadi lebih cerdik (be smarter) atau menjadi curang (cheat). Opsi curang hanya diambil kalau memang terpaksa. Sedangkan keadaan yang sudah sedemikian mengerikan, tidak memberi mereka kesempatan untuk menjadi lebih cerdik. Maka jalan satu-satunya adalah menjadi yang pertama. Menjadi pertama dalam hal apa? Tentu saja dengan menjadi yang pertama menjual semua aset sampah ke pasar, sebelum para pemain lainnya menyadari hal yang sama. Hal ini akan berakibat pada hancur dan luluh lantaknya pasar saham serta remuknya sendi-sendi ekonomi negara adikuasa bahkan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.

Di sisi lain, kepala penjualan sama sekali tidak setuju dengan keputusan boss besarnya itu. Baginya, penjualan atau obral besar-besaran ini akan membunuh kepercayaan para mitra bisnis mereka. Boss besar dan perusahaannya beresiko untuk tidak akan pernah lagi dipercaya karena dianggap telah menjebak para mitra bisnis mereka ke dalam jurang tak berdasar. Dan di sanalah perdebatan sengit terjadi. 


Perdebatan diakhiri dengan mengikuti keputusan boss besar tersebut. Berulang kali boss besar ini berkata, "This is it! This is it!" ("Inilah saatnya! Inilah saatnya"). Kepala penjualannya tidak mengerti mengapa berulang kali boss besarnya menyebut-nyebut kalimat itu. Sampai akhirnya boss besarnya menjelaskan bahwa ia memiliki firasat yang sangat kuat bahwa ini adalah kesempatan satu-satunya untuk bisa selamat tanpa harus mempertimbangkan lagi moral dan etika bisnis yang selama ini mereka anut. Kepala penjualan menganggap hal itu sebagai sebuah tindakan karena panik, namun boss besarnya berkilah, "Jika kamu keluar yang pertama karena sadar bahwa gedung tersebut akan runtuh atau akan mengalami kebakaran hebat, bagaimana mungkin kamu sebut itu sebagai tindakan panik?" Dan memang hal itu terbukti bahkan sampai sekarang ekonomi Amerika Serikat dan dunia tidak terpulihkan seperti sebelumnya, bahkan tidak akan terpulihkan. 

Anda dapat saja berkata, "Buktinya indeks saham sekarang meningkat. Bursa saham sudah kembali bergairah." Namun kita ketahui bersama bahwa sektor riil masih tidak dapat bangkit dan pengangguran masih tetap tinggi hingga detik ini. Jadi indeks saham serta bursa saham yang bergairah itu sesungguhnya hanya ilusi yang takkan bertahan lama.

Kalimat, "This is it! This is it!" itu sungguh menjadi sebuah "rhema" khusus bagi saya pribadi. Kalimat itu seperti berkata, "Inilah saatnya, Akhir Zaman itu. Inilah saatnya, Puncak Penggenapan itu. Inilah saatnya, penggenapan dan pemulihan segala sesuatunya, sebelum Anak Manusia datang yang kedua kalinya." Ada banyak orang yang masih tidak menyadari zaman apa yang sedang dihidupinya saat ini, ada banyak orang yang masih tidak menyadari masa apa yang sedang dijalaninya saat ini. 

Bahkan jika Anda menyimak OST dari film James Bond yang berjudul Skyfall, Adele menyanyikan pesan yang sama dengan jelas, walau caranya berbeda:


Berikut adalah penggalan sebagian liriknya:

This is the end | Hold your breath and count to ten | Feel the earth move and then | Hear my heart burst again

For this is the end | I've drowned and dreamt this moment | So overdue I owe them | Swept away, I'm stolen

Let the sky fall | When it crumbles | We will stand tall | Face it all together

Let the sky fall | When it crumbles | We will stand tall | Face it all together | At skyfall | That skyfall

Skyfall is where we start | A thousand miles and poles apart | Where worlds collide and days are dark | You may have my number, you can take my name | But you'll never have my heart

Anda jangan menyanyikan apalagi menghayati lagu ini, karena lagu ini memiliki kuasa serta menghasut semua orang untuk ditinggal saat Pengangkatan Gereja nanti. Namun pesannya sama, "This is it! This is The End! This is The Final Chapter for everyones!" ("Inilah saatnya! Inilah Akhirnya! Inilah Babak Terakhir bagi semua orang!"). 

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.