Menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali sebagai Raja di atas segalanya, kita dituntut untuk menyimak dan mempelajari cara hidup Daniel, Hananya, Misael, Azarya bahkan Hadasah. Ketika mereka terpilih untuk melayani raja-raja saat itu, ada sebuah jangka waktu untuk mereka menjalani sebuah persiapan dan didikan, yang akhirnya melahirkan pemahaman yang baru dan sikap yang sejalan untuk mereka layak berhadapan dengan raja-raja tersebut. Demikian juga kita sebagai Gereja dan Pasukan Kudus-Nya, dituntut dalam sebuah persiapan dan didikan yang begitu panjang dan kompleks untuk memasuki sebuah zaman yang baru, memerintah bersama dengan-Nya di Masa Kerajaan Seribu Tahun.
"Maka berkumpullah segenap umat Israel di Silo, lalu mereka menempatkan Kemah Pertemuan di sana, karena negeri itu telah takluk kepada mereka. Pada waktu itu masih tinggal tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: 'Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu? Ajukanlah tiga orang dari tiap-tiap suku; maka aku akan menyuruh mereka, supaya mereka bersiap untuk menjelajahi negeri itu, mencatat keadaannya, sekadar milik pusaka masing-masing, kemudian kembali kepadaku. Sesudah itu mereka akan membaginya di antara mereka menjadi tujuh bagian. Suku Yehuda akan tetap tinggal dalam daerahnya di sebelah selatan dan keturunan Yusuf akan tetap tinggal dalam daerahnya di sebelah utara. Kamu catat keadaan negeri itu dalam tujuh bagian dan kamu bawa ke mari kepadaku; lalu aku akan membuang undi di sini bagi kamu di hadapan TUHAN, Allah kita. Sebab orang Lewi tidak mendapat bagian di tengah-tengah kamu, karena jabatan sebagai imam TUHAN ialah milik pusaka mereka, sedang suku Gad, suku Ruben dan suku Manasye yang setengah itu telah menerima milik pusaka di sebelah timur sungai Yordan, yang diberikan kepada mereka oleh Musa, hamba TUHAN.' Kemudian bersiaplah orang-orang itu, lalu pergi, sedang Yosua memerintahkan kepada mereka, pada waktu mereka berangkat, supaya mereka mencatat keadaan negeri itu, katanya: 'Pergilah, jelajahilah negeri itu, catatkanlah keadaannya, kemudian kembalilah kepadaku; maka di sini, di Silo, aku akan membuang undi bagi kamu di hadapan TUHAN.' Orang-orang itu pergi dan berjalan melalui negeri itu; mereka mencatat keadaannya dalam suatu daftar, kota demi kota, dalam tujuh bagian, lalu kembali kepada Yosua ke tempat perkemahan di Silo. Lalu Yosua membuang undi bagi mereka di Silo, di hadapan TUHAN, dan di sanalah Yosua membagikan negeri itu kepada orang Israel, sesuai dengan pembagian mereka." - Yousua 18:1-10
Tuhan ingin kita memperoleh impian atau Kanaan kita masing-masing, sebab Kanaan kita merupakan bagian yang terintegrasi dengan destiny kita, juga terintegrasi dengan rencana utama Tuhan untuk mengokohkan Kerajaan-Nya di Bumi. Untuk itu, ada lima hal penting yang harus diperhatikan supaya kita memperoleh Kanaan kita secara nyata. Kelima hal ini harus dipenuhi, tidak boleh ada satupun yang dilewati:
1. Kita harus mengenali dengan benar impian atau Kanaan kita masing-masing. Dalam hal ini, kita dituntut untuk mengenali Tuhan sekaligus mengenali diri kita sendiri dengan sangat baik. Sebagaimana Tuhan mengenali diri kita, demikian juga seharusnya kita memahami setiap sisi dalam diri kita. Kita tidak bisa hanya berkata, "Pokoknya destiny-ku uangnya banyak, mobilnya mewah, bisa memberkati banyak orang, memberkati bangsa-bangsa." Namun pada kenyataannya kita sebenarnya masih belum mengerti arah yang Tuhan kehendaki bagi kita. Padahal kita harus memahami apa-apa saja yang sesungguhnya sudah Tuhan siapkan bagi kita. Pada tahap ini, ada tuntutan untuk bergaul karib dengan-Nya, ada tuntutan untuk mengenal hati-Nya dengan benar.
Perhatikan Tanah Kanaan, minimal ada empat bahkan lima kali Tanah Perjanjian itu dilihat dan diamati secara seksama, yakni oleh Abraham yang menjalani setiap jengkal Kanaan (Kejadian 13:14-17), oleh keduabelas pengintai yang diutus Musa, oleh dua pengintai yang diutus Yosua (salah satunya ialah Salmon yang sempat ditolong oleh Rahab), oleh 21 orang yang diutus dari 7 suku (Yosua 18) untuk melakukan Survey & Mapping dan secara spiritual oleh Musa menjelang wafatnya. Dengan demikian, sesungguhnya Tuhan ingin kita kenali betul apa yang sudah Ia persiapkan bagi kita. Bahkan kita harus tahu alasan Tuhan mempersiapkan Kanaan kita masing-masing. Ada selera-Nya, namun juga selera kita dalam setiap Kanaan kita.
Namun demikian, kita harus belajar dari kesalahan sepuluh orang pengintai yang bersikap salah ketika mereka mengetahui Kanaan mereka. Pada dasarnya setiap Kanaan kita masing-masing adalah "wow" dan "wah" adanya. Kanaan kita terasa begitu besar dan mustahil untuk diraih jika tanpa iman. Perhatikan kesalahan sikap kesepuluh pengintai tersebut, pertama-tama mereka melaporkan semua fakta yang mereka lihat, namun berikutnya mereka menarik kesimpulan berdasarkan pengertian mereka sendiri (Bilangan 13). Bagian kita hanya melihat apa yang Tuhan sudah siapkan dan percaya. Selebihnya adalah bagian Tuhan. Jangan pernah menyimpulkan sendiri apa yang sudah Tuhan putuskan atau tetapkan. Tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan, tidak akan mungkin kita bisa menerima Kanaan kita masing-masing.
Mengapa Tuhan murka kepada kesepuluh orang pengintai dan sebagian bangsa Israel yang mempercayai perkataan mereka? Karena ketika mereka menyebut bahwa diri mereka seperti belalang, hal itu sama dengan menghina Tuhan. Sebab di hadapan Tuhan, Israel merupakan pasukan dan bala tentara-Nya. Tuhan ingin kita melihat sebagaimana Ia melihat.
2. Memiliki kuasa untuk mengingini. Ketika suku Ruben, suku Gad dan sebagian suku Manasye melihat bagian pinggir Tanah Kanaan di sisi Timur sungai Yordan yang begitu subur, mereka meminta bagian tanah tersebut dari Musa, dan Musa mengabulkannya dengan syarat bahwa pasukan mereka tetap membantu suku-suku yang lain untuk memperoleh bagian mereka di tempat-tempat lainnya masing-masing. Keinginan semacam ini bukanlah kedagingan, ini memang sikap yang benar untuk meresponi pemberian Tuhan.
Perhatikanlah Esau dan Yakub di hadapan Tuhan (Maleakhi 1:1-3), betapa Tuhan begitu mengasihi Yakub dan sedemikian membenci Esau. Mengapa? Karena Yakub, terlepas dari caranya yang licik, namun ia memiliki sikap hati yang sedemikian rupa menginginkan apa yang Tuhan sediakan dengan imannya sedangkan Esau menganggap hak kesulungannya sebagai sesuatu yang tidak ada nilainya.
Kita juga tidak boleh bersikap apatis maupun sok alim dengan alasan "kedagingan" yang tidak tepat. Memang benar kita adalah hamba dan Tuhan adalah Tuan sekaligus Raja kita. Namun di sisi lain, kita juga adalah kawan sekerja-Nya (1 Korintus 3:9). Kita berjalan bersama dengan-Nya, seperti dua ekor lembu dalam satu kuk yang sama (Matius 11:29-30), itulah sebabnya kita dituntut untuk seirama dengan langkah-langkah-Nya. Jika kita tidak memiliki kerinduan dan passion yang seirama dengan-Nya, maka kita akan menjadi beban yang tidak perlu bagi kepentingan Kerajaan-Nya.
"Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini." - Kisah Para Rasul 15:28
Ayat tersebut di atas adalah salah satu bukti betapa kehendak Tuhan dan kehendak kita harus seirama dan saling memahami dan menghargai satu sama lain. Ingatlah bahwa kita adalah gambar dan rupa-Nya, kita diciptakan dengan cara Tuhan melihat diri-Nya terlebih dahulu.
"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. ... Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" - 2 Korintus 9:6-15
Ada yang disebut karunia yang tak terkatakan, yakni karunia memberi atau menabur. Sebab tindakan pemberi atau penaburan (materi) merupakan sikap yang didasari oleh pemahaman dan pengenalan kita terhadap Tuhan dan segala sesuatu yang ada dalam keberadaan kita. Tuhan menilai dan menghargai semuanya itu, entah taburan itu sedikit maupun banyak, dan bayangkan betapa berdampaknya semua itu. Ia memberikan tuaian yang besar bagi yang menabur banyak, Ia memberikan tuaian yang kecil bagi yang menabur sedikit. Jadi sadarilah betapa berkuasanya keinginan dan sikap kita dalam meresponi semua perkara yang Tuhan sediakan bagi kita.
3. Sisi ke-Lewi-an. Suku Lewi tidak memperoleh bagian seperti semua suku lainnya, sebab mereka memiliki bagian khusus dan dikhususkan bagi Tuhan untuk melayani bangsa sebagai imam. Suku Lewi hanya menerima sebagian (biasanya sepersepuluh) dari apa yang diperoleh suku-suku lainnya. Namun karena kedudukannya itu, suku Lewi justru menjadi begitu kaya dan memiliki seluruh keanekaragaman dari kesebelas suku lainnya.
Kita sebagai Gereja Tuhan adalah "Lewi" bagi bangsa ini sebab salah satu panggilan kita adalah menjadi imamat yang rajani. Dalam kaitannya dengan Kanaan kita masing-masing, Tuhan menghendaki bahwa kita menyentuh seluruh aspek dan bidang kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Simaklah apa yang sudah Tuhan kerjakan melalui Bahtera. Semua kegiatan mulai dari sekolah, dapur umum, rumah singgah, seminar narkoba, sekolah sepakbola, klinik, dan sebagainya. Tuhan menghendaki kita menjadi Gereja yang memerintah bersama-Nya di segala aspek, yakni pendidikan, kesehatan, bisnis, olahraga, sosial, budaya, keluarga, dan lainnya. Inilah sisi ke-Lewi-an dari destiny dan Kanaan kita yang Tuhan siapkan terintegrasi dengan rencana Kerajaan-Nya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.