"Roh JEHOVAH Adonay ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka 'pohon tarbantin kebenaran', 'tanaman TUHAN' untuk memperlihatkan keagungan-Nya." - Yesaya 61:1-3
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." - Lukas 4:18-19
Sang Tukang Kayu telah tampil
Berangkat dari Kota Mempelai
Hendak mempersunting Nusantara
Untuk menjadi kekasih sejati
Perawakannya lembut bagai air
Sikapnya merendah mengalir ke bawah
Kelembutannya melunakkan yang keras
Kerendahannya menaklukkan yang kuat
Tahun 2014 telah berjalan lebih dari separuhnya dan dalam waktu kurang dari dua bulan lagi, kita akan memasuki babak yang baru melalui Rosh Hashanah 5775 - Ayin Hey. Dan seperti telah dikatakan-Nya sejak tahun lalu bahwa tahun 2014 ini merupakan inisiasi dari Tahun Pemerintahan Tuhan, atau yang disebut juga sebagai Tahun T(heos). Selain sebagai Tahun Pemerintahan Tuhan, 2014 juga disebut sebagai Tahun Daud (David's Year), Tahun Perang dan Tahun Fenomena. Sungguh bukan sebuah kebetulan apa yang telah Tuhan wahyukan untuk tahun ini dengan berbagai macam peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi setelah hari ini. Terutama peristiwa pergantian pemerintahan serta para pemimpinnya yang baru saja berlangsung di Indonesia.
Pasangan calon pemimpin tertinggi Joko Widodo dan Jusuf Kalla akhirnya diumumkan oleh KPU sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih melalui Pilpres 2014 ini. Namun jika kita menyimak lebih seksama, ada beberapa fakta unik yang terjadi selama pesta demokrasi berlangsung di tahun ini dengan berbagai identitas yang Tuhan wahyukan, di antaranya:
Sang Tukang Kayu dikira hendak naik
Padahal ia turun menjejak jurang
Beliau disangka hendak makin berkuasa
Nyatanya melenggang hingga ke akar
Supaya rumput tetap hijau subur
Dan padangnya penuh kawanan domba
Supaya terus limpah susu dan madu
Di tanah pusaka para leluhur
1. Dari 12 partai politik yang bertarung dalam Pemilu Legislatif di tahun ini, hanya PDI Perjuangan yang memiliki nomor urut 4 dan Partai Gerindra dengan nomor urut 6 yang akhirnya resmi mengajukan calon pasangan Presiden dan wakilnya. Padahal dengan hasil Pemilu Legislatif tersebut, keduabelas parpol bisa memunculkan minimal tiga atau bahkan empat pasangan capres - cawapres.
2. Kedua pasangan calon tersebut masing-masing diusung dan resmi didaftarkan ke KPU dengan jumlah yang unik: pasangan Joko Widodo & Jusuf Kalla (4 parpol - Partai Nasdem, PKB, PDI Perjuangan dan Partai Hanura), sedangkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa (6 parpol - PKS, Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, PPP, dan PBB). PKPI tidak ikut mendaftarkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla ke KPU, begitu juga Partai Demokrat terhadap pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.
3. Nama Daud / David yang terdiri dari dua huruf Dalet (D) dan satu huruf Vav (V), masing-masing huruf memiliki nilai gematria 4 untuk Dalet dan 6 untuk Vav. Dan jumlah total gematria Daud adalah 14 (4 + 6 + 4).
Sang Tukang Kayu tampil bersahaja
Anak manusia dari kalangan beriman
Rakyat lebih tertegun daripada terkagum
Bukan karna wibawa namun karna denyut nurani
Apa yang hendak diceritakan
Justru akan makin banyak dilihat
Apa yang hendak didengar
Justru akan makin banyak dipahami
Apakah karena jumlah huruf Dalet yang lebih banyak daripada jumlah huruf Vav dalam nama Daud menjadi petunjuk sejak awal bahwa pertarungan Pilpres 2014 ini akhirnya dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo & Jusuf Kalla? Mungkin saja. Namun seharusnya kita bisa memahami fenomena ini lebih dari sekedar fakta-fakta tersebut di atas. Bagi saya pribadi, terpilihnya Presiden Joko Widodo merupakan sebuah tanda khusus bagi Indonesia dan dunia, terutama berkaitan dengan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya yang sudah sedemikian amat dekat dan singkat. Pribadi Joko Widodo dengan segala identitas dan gaya kepemimpinannya, telah jelas memberi kesan dan pesan bahwa beliau merupakan pemimpin yang dekat dengan kalangan bawah.
Atau lebih jelas lagi, beliau lahir dan tampil dari rakyat jelata, dan amat dekat dengan kaum sengsara, dan telah menjadi ikon tersendiri bagi bangsa ini, ikon yang sedemikian rupa sampai melahirkan istilah "Jokowi adalah kita." Karena kehadirannya dipercaya untuk mendatangkan kabar baik bagi kaum miskin dan sebuah harapan besar bagi rakyat yang merindukan kepemimpinan yang adil, makmur, menyejahterakan serta disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Mirip seperti Tuhan Yesus saat Beliau ada di dunia, dua ribu tahun lalu. Dan memang begitulah rata-rata proses dan fenomena lahirnya seorang pemimpin yang fenomenal.
Sang Tukang Kayu jernih penuh rasa
Tidak memaksa diri untuk maju
Namun paham menangkap kesempatan
Dan berjuang dengan jalan yang wajar
Kadang ia mundur untuk maju
Juga memberi untuk mengambil
Mendengar untuk memimpin hingga
Bobotnya terasa nyaman di pundak rakyat
Fenomena-fenomena keberpihakan yang begitu dominan seorang pemimpin terhadap rakyat jelata telah dimulai Joko Widodo sejak beliau menjadi walikota Surakarta di tahun 2005, tahun yang sama ketika suku Bahtera mulai dibentuk Tuhan sendiri untuk menggenapi berbagai nubuatan di Akhir Zaman ini. Dan setelah Tuhan telah mencanangkan TOV dalam sidang ilahi di akhir Juni lalu, sebagai sebuah kondisi impian-Nya yang sungguh amat baik bagi Gereja-Nya dan bangsa ini, Joko Widodo dengan pasangannya Jusuf Kalla resmi menjadi pemimpin pilihan tersebut. Bagi saya pribadi, Tuhan seperti hendak menunjukkan bahwa setelah adanya Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi, maka mulai pemerintahan yang baru, yang ke-7 ini, Orde Reformasi telah berakhir, dan Orde TOV dimulai.
Mengapa demikian? Sebab ketika Orde Baru berakhir, para pemimpin bangsa saat itu telah menggagas sebuah perubahan yang radikal namun tidak ingin memakan korban seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Kata "revolusi" dihindari dan sebagai gantinya maka digunakan istilah "reformasi." Namun istilah yang terasa serba tanggung dan terkesan setengah hati ini ternyata berdampak nyata dalam 16 tahun Orde Reformasi ini. Dampaknya adalah bahwa situasi bangsa justru dirasa semakin memburuk dan jauh menyimpang dari cita-cita reformasi yang diawali.
Sang Tukang Kayu tak mudah dirayu
Namun jika perlu ia membujuk para musuh
Supaya ada keamanan di seluruh negeri
Tanpa rakyat menyadari jasa-jasanya
Ia rela untuk tidak terlelap petang dan pagi
Dari apapun yang dahsyat menimpa
Ia setia untuk terus terjaga siang dan malam
Dari siapapun yang gelap memburu
Dan anehnya, dalam kampanye Pilpres kali ini, Joko Widodo tidak pernah mengusung istilah "reformasi" atau istilah "melanjutkan cita-cita reformasi" seperti yang diusung oleh para pemimpin yang ada sebelumnya. Beliau secara unik mencanangkan kembali istilah "revolusi" yang sempat hilang, namun kali ini dilengkapi dan dipertajam targetnya menjadi "revolusi mental," sesuatu yang segera disadari oleh banyak kalangan bahwa memang itulah yang amat dibutuhkan di bangsa ini, namun sekaligus memang telah diterapkan lebih dulu dalam skala yang lebih kecil di Surakarta dan di Jakarta.
Definisi revolusi adalah sebuah perubahan yang dilakukan secara cepat dan cenderung ekstrim serta berkesinambungan dan konsisten. Tindakan revolusi tentu diharapkan menghasilkan akibat yang revolusioner dan bersifat terobosan. Salah satunya adalah yang tentu masih kita ingat bagaimana Pemprov DKI Jakarta merekam setiap rapat dan acara resmi pemerintahan serta mengunggahnya ke Youtube, sehingga proses pemerintahan yang baru menjadi begitu transparan dan amat berdampak bagi mentalitas jajaran pegawai negeri sipil seluruh Pempro DKI Jakarta.
Sang Tukang Kayu melaju bijak
Bagai seorang resi begawan
Bertutur, bertindak dan berdampak
Sesuai dengan sandaran kepada Sang Mahakuasa
Kehadirannya adalah satria yang ketujuh
Dari enam satria pendahulunya
Sama seperti kiprah Tuannya yang tampil
Setelah Ibrahim, Yusuf, Musa, Yosua, Samuel dan Daud
Demikian juga yang Tuhan kehendaki dari semua Gereja dan Pasukan Kudus-Nya di Akhir Zaman ini, sebuah revolusi mental yang dilanjutkan dengan pembesaran kapasitas yang berkelanjutan dan percepatan segala sesuatunya sehingga semua rencana-Nya tergenapi tanpa ada satupun yang tercecer. Maka apa yang telah Ia impikan bagi kita menjadi sungguh nyata dan sungguh amat baik sebelum Ia menjemput kita sebagai Mempelai Kudus-Nya. Didikan yang Ia terapkan secara intens selama ini diharapkan memberikan revolusi dan terobosan akan apa yang selama ini masih membelenggu jiwa dan batin yang di dalam.
"Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: 'Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.' Ungkapan 'Satu kali lagi' menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan." - Ibrani 12:26-27
Sang Tukang Kayu beringsut pasti
Menghadapi cemoohan para Barabas
Yang memang barbar dalam tutur dan tingkah
Yang dengungnya bikin rakyat berdenging
Karena padanya ada sesuatu yang unik
Ada sebuah pertukaran yang istimewa
Di kala ia kelihatan berserah pada nasib
Nasib bangsa malah diserahkan padanya
Pada sidang ilahi TOV akhir Juni lalu, Tuhan mewahyukan bahwa sisa waktu yang ada hanya tinggal "lima menit" saja. Jika diukur dengan ukuran "sehari Sorga, seribu tahun Bumi" (2 Petrus 3:8) maka sisa lima menit itu hanya tinggal tiga setengah hingga lima tahun saja. Maka kemungkinan besar Orde TOV ini merupakan orde tersingkat dibanding semua orde sebelumnya, cukup untuk satu putaran pemerintahan di Indonesia. Dan ini adalah yang terakhir sebelum Rapture terjadi, tidak akan ada orde bahkan mungkin pemimpin lain yang akan muncul setelah Joko Widodo. Oleh sebab itu orde ini juga akan disebut sebagai Orde Terakhir dan Orde Terbaik. Sebab pada orde inilah, tahun-tahun rahmat Tuhan digenapi secara nyata, bahkan kita yang telah menyadarinya masih akan dibuat tercengang heran dan berseri-seri. Karena suatu masa yang belum pernah dan tidak akan pernah ada lagi akan segera nyata dinikmati seluruh bangsa.
Lalu bagaimana dengan pasangan Joko Widodo, yakni Jusuf Kalla? Tadinya saya berharap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ikut mendampingi Joko Widodo menuju Medan Merdeka Utara. Sebab apa yang telah dilakukan "duo maut" di Jakarta selama kurang dari dua tahun ini, sungguh melebihi apa yang bisa diduga oleh hampir semua warga Jakarta, bahkan seluruh rakyat Indonesia sebelumnya. Apalagi publik juga mengharapkan sebuah revolusi dan terobosan yang penuh totalitas, yang hadir melalui oknum-oknum yang berasal dari generasi muda, sehingga memberikan kesan yang kuat akan kebaruan dan pembaharuan. Namun ternyata takdir berkata lain, seorang dari angkatan senior yang menjadi pasangan "kerub" bagi Joko Widodo.
Bukan karena nasib namun takdir
Untuk mengantar Nusantara tercinta
Dari sebuah awal zaman baru
Kepada puncak penggenapan nan jaya
Yang adalah masa keemasan sejati
Supaya para pewaris negeri ini
Menikmati warisan dengan seutuhnya
Untuk mengantar Nusantara tercinta
Dari sebuah awal zaman baru
Kepada puncak penggenapan nan jaya
Yang adalah masa keemasan sejati
Supaya para pewaris negeri ini
Menikmati warisan dengan seutuhnya
Walau nama beliau muncul melalui sebuah proses politik yang konon penuh intrik, panjang dan melelahkan, namun nama Jusuf Kalla dalam Orde TOV ini bukan sebuah kebetulan. Sebab nama beliau secara profetik hendak menegaskan penggenapan yang segera akan terjadi atas destiny Indonesia di "lima menit" terakhir ini, yakni Indonesia sebagai Yusuf-Yusuf-Nya di Akhir Zaman, sama seperti ketika Mesir dipimpin oleh Yusuf bin Yakub saat itu, memberi makan bangsa-bangsa baik secara jasmani maupun rohani. Apakah Jusuf Kalla ini yang akan menjadi Sang Yusuf tersebut? Saya yakin bukan beliau orangnya. Namun ada seorang hamba-Nya, seorang pemimpin yang lain, yang telah dimandatkan kuasa tertinggi bagi negeri ini, yang memiliki urapan dan kuasa kerasulan yang sedemikian rupa.
Orang ini hadir dari golongan Laodikia, yang memimpin secara nyata di penghujung Masa Jemaat Laodikia, yang menyadari bahwa kita semua adalah melarat, malang, miskin, buta dan telanjang (sebuah kualifikasi yang sama dengan yang telah tertulis dalam Kitab Yesaya dan Injil Lukas). Namun orang ini memimpin kita semua untuk tetap menjadi yang dikasihi-Nya dengan terus mencintai didikan, tegoran dan hajaran-Nya. Sehingga kita harus merelakan hati kita dan terus menerus bertobat, sampai dilayakkan untuk duduk memerintah bersama dengan Tuhan sendiri di Takhta Bapa. Hamba-Nya inilah yang pada saatnya akan bersinergi dengan Joko Widodo untuk menggenapi segala yang telah ditakdirkan Tuhan bagi Indonesia.
Orang-orang asing akan membangun tembokmu, dan raja-raja mereka akan melayani engkau; sebab dalam murka-Ku Aku telah menghajar engkau, namun Aku telah berkenan untuk mengasihani engkau.
Pintu-pintu gerbangmu akan terbuka senantiasa, baik siang maupun malam tidak akan tertutup, supaya orang dapat membawa kekayaan bangsa-bangsa kepadamu, sedang raja-raja mereka ikut digiring sebagai tawanan.
Sebagai ganti keadaanmu dahulu, ketika engkau ditinggalkan, dibenci dan tidak disinggahi seorangpun, sekarang Aku akan membuat engkau menjadi kebanggaan abadi, menjadi kegirangan turun-temurun.
Tidak akan ada lagi kabar tentang perbuatan kekerasan di negerimu, tentang kebinasaan atau keruntuhan di daerahmu; engkau akan menyebutkan tembokmu "Selamat" dan pintu-pintu gerbangmu "Pujian".
Bagimu matahari tidak lagi menjadi penerang pada siang hari dan cahaya bulan tidak lagi memberi terang pada malam hari, tetapi TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu dan Allahmu akan menjadi keagunganmu.
Bagimu akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan yang tidak surut, sebab TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu, dan hari-hari perkabunganmu akan berakhir.
Pendudukmu semuanya orang-orang benar, mereka memiliki negeri untuk selama-lamanya; mereka sebagai cangkokan yang Kutanam sendiri untuk memperlihatkan keagungan-Ku.
Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, TUHAN, akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.
Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
yah..sungguh luar biasa pemaknaan ulasan di atas. Baru dalam pemilu presiden ini doa-doa dinaikkan tanpa henti..dan benar-benar segala sesuatu mau di katakan kebetulan tapi itulah rencana agungnya Tuhan..terpujilah Tuhan atas kasih dan anugerahNya atas bangsaku Indonesia..
ReplyDelete