"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." - Ibrani 12:2
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." - 1 Korintus 1:18
Selama ini saya berpikir bahwa apa yang telah dilakukan Yohanes Pembaptis ketika ia mempertanyakan identitas Yesus itu adalah hal paling ironi.
Selama ini saya berpikir bahwa apa yang dilakukan Yudas Iskariot ketika ia mengkhianati dan menjual Yesus itu adalah hal yang paling ironi.
Selama ini saya berpikir bahwa apa yang dilakukan Simon Petrus ketika ia menyangkali Yesus sebanyak tiga kali itu adalah hal yang paling ironi.
Selama ini saya berpikir bahwa apa yang dilakukan murid-murid-Nya yang lain ketika mereka semua meninggalkan-Nya sudah merupakan hal yang paling ironi yang dialami Yesus.
Ternyata ada hal yang lebih ironi lagi daripada semua perkara tersebut, yakni ketika Yesus yang selama ini dengan setia menemani kita untuk menguatkan kita memikul salib kita masing-masing, namun ada banyak di antara kita yang justru kembali meninggalkan-Nya dengan menjadi kecewa, menjadi pahit, menjadi beku dengan semua yang sudah direncanakan-Nya dengan sempurna.
Ia pernah melihat banyak punggung dari murid-murid-Nya menjauh ketika Ia harus menyelesaikan Golgota-Nya. Adakah Ia harus melihat lebih banyak punggung dari kita juga menjauh dari-Nya bahkan di saat kita harus menyelesaikan Golgota kita masing-masing?
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.