"Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedideyah (יְדִידְיָה), oleh karena TUHAN." - 2 Samuel 12:24-25
Secara pribadi, saya menaruh hormat yang khusus kepada seorang hamba-Nya yang telah sepuh, Ev. Yusak Tjipto Purnomo. Beliau merupakan saksi dan pahlawan iman yang sangat memberkati dan menginspirasi kehidupan pribadi dan perjalanan hidup saya bersama dengan Tuhan. Dan salah satu warisan yang paling esensial terukir di batin saya adalah ketika beliau membagikan apa yang Tuhan ajarkan kepadanya, yakni berdoa meminta Tuhan paksakan kehendak dan rencana-Nya genap dalam hidup beliau. Sebab tanpa dipaksa sedemikian rupa, tidak mungkin seorang saksi iman bisa memperoleh secara utuh jatah yang sudah Tuhan sediakan baginya.
Hati dan batin saya begitu prihatin dan terbeban ketika menyaksikan kondisi kesehatan hamba-Nya ini sempat merosot drastis mulai akhir Maret 2015 lalu. Saya mengikuti setiap kabar yang bisa saya peroleh mengenai beliau, dan tanpa perlu disuruh, saya sangat mendoakan beliau. Dan suatu ketika sedang larut merenungkan kondisi hamba-Nya ini, Tuhan berkata, "Aku telah menemukan orang yang seirama dengan Hati-Ku, Daud. Namun Aku masih mencari orang lainnya lagi."
Saya mencoba merenungkan maksud perkataan-Nya cukup lama, namun saya tidak memahaminya. Hal yang paling membuat saya penasaran adalah, siapakah orang lain yang dimaksud Tuhan itu? Apakah orang itu mengacu kepada identitas tertentu? Namun dalam ketaatan, saya menyampaikan apa yang Tuhan pesankan kepada sahabat yang dikasihi-Nya itu melalui perantaraan orang lain. Mungkin saa itu hamba-Nya, Ev. Yusak Tjipto Purnomo, sudah mengerti apa yang dimaksud-Nya.
Sampai suatu ketika, pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 lalu, melalui seseorang yang teristimewa, saya meyakini Tuhan mulai melanjutkan pewahyuan tersebut. Orang yang teristimewa itu baru saja didoakan oleh seorang nabi kecil ketika mereka sedang ber-fellowship di Tawangmangu. Dan nabi kecil ini berpesan kepadanya, "Engkau yang dikasihi Tuhan, pilih yang terbaik, bukan dari pandangan siapapun, tapi dari Tuhan. Tuhan, terus ikat hati anak-Mu ini. Jelas sekali Tuhan bilang begini, engkau yang dikasihi Tuhan."
Orang yang teristimewa itu disuruh nabi kecil itu untuk mencari nama Ibrani dari dia yang dikasihi Tuhan itu, dan dalam bahasa Ibrani, nama Yedideyah (Yedija) artinya adalah dia yang dikasihi Jehovah (beloved of Jehovah). Dan saat hal itu disampaikan, saya memintanya untuk merenungkan firman Tuhan dari Ibrani 12:5-6, "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: 'Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.'"
Yang tidak kalah menariknya adalah bahwa pada hari Senin tanggal 18 April 2016, di sebuah acara doa pagi, seorang anak muda, cucu dari sesepuh Ev. Yusak Tjipto, yakni Ev. Joshua Christian menyampaikan pesan Tuhan dengan tema yang sama persis:
"Seberapa kita ingin menjadi anak kesayangan Tuhan? Anak kesayangan bicara tentang sebuah proses dan didikan. Tuhan mengasihi banyak anak-Nya seperti Salomo, Daud, Yusuf, Abraham, Yohanes dan mereka yang dikasihi tidak pernah lepas dari proses didikan bahkan sampai sebuah cambukan yang akan menjadikan kita semakin menyatu dengan Tuhan. Seperti saya juga melewati proses dididik sampai hati dan hidup saya jadi milik Tuhan, saya harus melewati :
1. Mulai mengenal dan melayani Tuhan, membuat saya dijauhkan dan terpisah dari teman dan lingkungan sebelumnya.
2. Bermimpi yang besar, hidup bukan sekedar hidup melainkan hidup untuk kegerakan sampai lawatan atas Indonesia dan bangsa-bangsa.
3. Hati dan perasaan, bukan milik kita lagi melainkan semua tentang Tuhan dan Hati-Nya sendiri.
4. Jodoh, meletakkan seutuhnya ke Tangan Tuhan. Belajar taat dan hanya melakukan apa yang Tuhan mau."
Yedideyah: Surat Kristus
Ketika sedang menjelaskan panjang lebar mengenai Yedideyah kepada orang yang teristimewa itu, tiba-tiba batin saya teringat oleh pewahyuan-Nya yang setahun yang lalu, bahwa sosok "orang lain" selain Daud yang masih dicari Tuhan dalam diri hamba-Nya, Ev. Yusak Tjipto Purnomo adalah Yedideyah. Dan dalam sekejap semuanya menjadi begitu jelas bagi saya.
Adalah mudah bagi kita untuk mempelajari dan menyampaikan kembali kepada rekan-rekan seiman lainnya tentang kehidupan dan teladan para tokoh yang terdapat di Alkitab, mulai dari Adam, Habel, Henokh, sampai kepada para rasul. Namun mengenai Yedideyah, tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan segamblang para tokoh lainnya, sebab Yedideyah yang dikehendaki Tuhan untuk ada namun "diaborsi" oleh Daud dengan menyebut gantinya sebagai Salomo.
Mengapa Daud tidak pernah menyebut anaknya itu Yedideyah? Hal itu memang tidak tertulis di Alkitab. Namun dugaan terkuat atas alasan Daud adalah karena Daud mengerti sepenuhnya bahwa menjadi orang yang dikasihi Tuhan resikonya sangat besar, yakni terus menerus dididik, dihajar dan disesah sampai rasanya mau putus asa dan sering kali ingin undur dari kasih karunia. Persis sesuai dengan apa yang tertulis dalam Ibrani pasal 12.
Yedideyah yang sebenarnya tidak pernah tertulis kisah hidupnya di Alkitab. Namun di situlah letak keistimewaannya, yakni siapapun yang rela dikasihi Tuhan dengan Ego dan ke-Cemburu-an-Nya, kisah hidup mereka yang akan menjadi surat atau kitab tersendiri yang mengkonfirmasi iman kita.
"Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus." - 2 Korintus 3:2-4
Dan itulah yang saya saksikan dan pelajari dengan batin saya atas seluruh kehidupan hamba-Nya, Ev. Yusak Tjipto Purnomo. Perjalanan hidup beliau dengan Tuhan merupakan realita yang paling realistis yang pernah saya saksikan. Dari awal hingga sampai saat ini, seluruh kehidupan beliau berbicara tentang siapa sesungguhnya Tuhan yang saya sembah. Bukankah sering kali Tuhan katakan bahwa hidup hamba-Nya ini hendak dijadikan contoh bagi khalayak kaum beriman? Dan memang hidup beliau sungguh nyata sebagai surat Kristus, terutama bagi hidup saya.
Yedideyah: Saksi Iman Pamungkas
Sama seperti hidup hamba-Nya yang telah ditakdirkan untuk diplot pada penghujung akhir dari Akhir Zaman, demikianlah takdir Generasi Yedideyah menjadi saksi iman pamungkas yang akan membawa seluruh barisan para saksi iman kepada kesempurnaan. Mari simak firman-Nya berikut ini,
"Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan." - Ibrani 11:32-40
Disebutkan semua saksi iman yang pernah ada sejak awal, yakni mulai dari Habel, Henokh, Nuh dan seterusnya, lengkap dengan semua deretan prestasi mereka. Namun ternyata semua kesaksian mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan, mengapa? Karena masih ada satu pihak lagi yang harus melengkapi atau menyempurnakannya, yakni kita sebagai Yedideyah-Yedideyah-Nya. Itu sebabnya setelah penjabaran para saksi iman di Ibrani 11, maka dilanjutkan dengan nasihat untuk bertekun di dalam iman di Ibrani 12, yang tidak lain sebenarnya adalah spesifikasi dari Yedideyah yang masih terus dicari Tuhan.
Hal ini membuat saya semakin mengerti ucapan Tahun yang dirhemakan tahun lalu, "Aku ini mencari orang yang Aku wahyukan apapun, Aku percayakan apapun, Aku beri berapapun, bahkan Aku telanjang di depannya sekalipun, Aku tidak perlu khawatir bahwa orang itu akan mencuri kemuliaan-Ku."
Saya terheran menjawab, "Tuhan, apa ada orang seperti itu?"
"Memang tidak ada, tapi relakah kamu untuk Aku jadikan demikian?"
"Memang tidak ada, tapi relakah kamu untuk Aku jadikan demikian?"
Yedideyah Atau Salomo
Relakah kita menerima porsi atau meminum cawan yang sesungguhnya dihindari Daud bagi Salomo? Betapa besarnya kemuliaan (kabod) yang dinikmati oleh Salomo, hikmat yang mengagumkan, kekayaan dan kelimpahan terbesar sepanjang sejarah, membangun dan mentahbiskan Bait Suci pertama, kehormatan yang amat membanggakan dan seterusnya. Salomo memiliki, menikmati dan memahami segala sesuatunya, namun TANPA menjadi Yedideyah-Nya, di penghujung hidupnya ia berkata bahwa segala sesuatunya itu adalah sia-sia.
Tahapan-tahapan perjalanan seseorang dengan didikan Tuhan:
1. Tiada didikan.
2. Menolak didikan.
3. Menghindari didikan.
4. Merelakan dididik.
5. Menginginkan dididik lebih lagi.
6. Bergantung penuh terhadap didikan.
7. Manunggal dengan (didikan) Tuhan.
Sampai di tahapan manakah kita hendak rela dibawa Tuhan? Saya pribadi masih terus memperjuangkan kerelaan saya, sampai Tuhan mendapati Diri-Nya ada seutuhnya di dalam hidup saya. Bagaimana dengan Anda?
Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.
Desperate Time Needs Desperate Measure
Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.
Mudah Bagi Tuhan Untuk Membahagiakan Anak-Anak-Nya, Namun Untuk Mendewasakan, Ia Harus Menghalalkan Segala Cara
Mudah Bagi Tuhan Untuk Membahagiakan Anak-Anak-Nya, Namun Untuk Mendewasakan, Ia Harus Menghalalkan Segala Cara
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.