"Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana." - 1 Raja-Raja 19:3
Elia memang seorang manusia biasa (Yakobus 5:17), namun saat itu aksinya sungguh luar biasa (1 Raja-Raja 18). Mulai dari menantang para nabi Baal, mengolok-olok mereka, mengundang para peragu Israel dengan membusungkan dada hingga api Tuhan dari langit datang menyambar dan membantai tanpa ampun seluruh nabi Baal yang kalah telak. Seorang manusia biasa dengan aksi yang sedemikian spektakuler, tentulah Tuhan Elohim yang menyebabkan semuanya ini. Dan ketika Izebel naik pitam karena para nabinya dihabisi, justru Elia yang berbalik sikap menjadi ketakutan setengah mati. Jika kita pikir sejenak, bagaimana mungkin Elia yang baru beraksi sedemikian gagah berani dalam waktu singkat berubah sikap begitu drastis? Alkitab mencatat bahwa ketakutan Elia bahkan membuat dirinya kabur karena takut kehilangan nyawa sampai ia lupa untuk menyertakan bujangnya dalam kepergiannya itu.
Saat itu Elia masih punya tugas lain yang belum tuntas. Membantai para nabi Baal adalah satu hal, menghadapi Izebel adalah hal yang berikutnya. Dan ternyata Elia "sudah kalah sebelum bertempur" dengan Izebel. Sampai dua kali Tuhan Elohim harus menguatkan dirinya melalui seorang malaikat, serta kembali mendidiknya sembari memberi petunjuk untuk tugas berikutnya.
Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan bertanya, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
Dan dengan tidak tahu diri, Elia menjawab, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
Tuhan bersabar dan memberikan kesempatan sekali lagi setelah mencoba "menjelaskan" kepada Elia melalui topan, badai, gempa dan angin sepoi-sepoi. Dan untuk kedua kalinya, Tuhan bertanya, "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Dan dengan kebodohan yang sama, Elia menjawab dengan jawaban yang sama pula.
Seandainya Alkitab bisa ditambahkan beberapa kalimat lagi, mungkin saat itu Tuhan akan menjawab, "That's it, Elia! Kamu pensiun dini sekarang juga karena telah terbukti bahwa kamu tidak bisa Aku pakai lagi!" Dan kenyataannya, Tuhan meminta Elia untuk melantik dengan mengurapi para penggantinya, yakni Hazael, Yehu dan Elisa. Itupun tidak ia kerjakan semua.
Saat itu dapat dikatakan bahwa kondisi kejiwaan Elia begitu kacau dan tidak dapat melihat kebenaran yang begitu jelas di depan mata, sebab Tuhan Elohim sendiri dengan gamblang mengantakan bahwa masih ada sekitar tujuh ribu orang yang tidak menyembah kepada Baal, namun Elia merasa hanya dirinya saja. Betapa jiwa ini sangat rentan tertipu, terjebak dan terjerat dalam ilusinya sendiri.
Seharusnya yang harus dijawab Elia, "Aku adalah hamba yang tak berguna, aku hanya mengerjakan apa yang harus aku kerjakan," sesuai dengan Lukas 17:10. Namun Elia menilai dirinya terlampau tinggi melebihi penilaian Tuhan, yakni seorang manusia biasa dengan Tuhan yang luar biasa. Namun ia merasa telah "berprestasi" cemerlang dengan membantai ratusan nabi Baal dan akhirnya bungkam bahkan kabur ketika harus menghadapi seorang Izebel.
Sekitar 3 bulan lagi, Gereja akan memasuki Tahun 5774 Ayin Dalet, sebuah masa inisiasi Pemerintahan Tuhan di bumi yang mengandung unsur penghakiman, ketertiban, kedisiplinan, ekonomi ilahi secara nyata. Sedangkan di sisi lainnya Gereja harus bersikap "Dalet", yakni menjadi miskin di hadapan Allah (Matius 5:3) untuk bisa terus sejalan dan seirama dengan Pemerintahan Tuhan. Tanpa hati hamba dan sikap yang sedemikian Hineni, maka perjalanan ke level berikutnya akan sangat berat bahkan terhenti. Biarlah kita semakin menyadari bahwa tidak ada yang begitu penting dan berarti di dalam hidup ini, selain Tuhan dan kehendak-Nya yang sempurna. Tidak nyawa kita, tidak pelayanan kita, tidak keluarga kita atau yang lainnya.
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.