"Maka Elohim mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Elohim membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun." - Kejadian 8:1
"Lalu ingatlah Elohim akan Rahel; Elohim mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: 'Elohim telah menghapuskan aibku.'" - Kejadian 30:22-23
"Elohim mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub." - Keluaran 2:24
"Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan JEHOVAH; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, JEHOVAH ingat kepadanya." - 1 Samuel 1:19
Tuhan telah berjanji, dan kita telah menerima janji-Nya, apapun itu dan bagaimana luar biasanya janji itu bagi pribadi kita masing-masing, biasanya kita menerima dengan sukacita dan penuh harap. Percayalah bahwa ketika Tuhan berjanji, Ia menuliskan semuanya itu ke dalam (saya sebut sebagai) buku agenda-Nya. Yang menjadi masalah adalah kita tidak pernah tahu di halaman berapa atau seberapa banyak jarak halaman di dalam agenda-Nya janji itu ditulis dari sejak janji itu diberikan. Ada yang dalam hitungan jam, hitungan hari bahkan hitungan dekade.
Kadang karena jarak yang begitu jauh, jiwa kita mengalami begitu banyak perkara yang negatif dan dilematis. Di satu sisi, Tuhan tetap menginginkan hati kita menyala penuh harap terhadap janji tersebut, namun di sisi lain keadaan kita menggerus iman kita sendiri. Belum lagi jika ada cemoohan dari orang-orang di sekitar kita. Maka perasaan sakit dan kecewa tentu tak dapat dihindari lagi.
Namun kabar baiknya adalah memang perasaan-perasaan negatif semacam itu harus ada karena itu memang proses yang dipaketkan dalam janji tersebut. Siapapun yang menerima janji Tuhan pasti akan mengalaminya:
1. Nuh sadar bahwa pintu bahtera ditutup oleh tangan Tuhan sendiri, namun berbulan-bulan hidup hiruk pikuk dalam sebuah ruang kapal yang menyesakkan dengan begitu banyak hewan, tentu mempengaruhi psikologis kehidupannya dan sudah pasti ia bertanya-tanya kapan semuanya itu akan berakhir dan hidup normal kembali.
2. Abraham dan Sara menanti Ishak sekian puluh tahun dengan segala resikonya. Abraham dan Sara bukan lagi sekedar merasa sakit dan kecewa ketika melihat orang lain bahkan sudah memiliki cucu. Mereka bahkan melakukan keteledoran sehingga melahirkan Ismael, namun pada akhirnya Abraham disebut sebagai Bapak Orang Beriman.
3. Yusuf, tidak mungkin ia tidak merasa sakit dan kecewa selama tiga belas tahun dengan segala perkara yang dialami dirinya. Hebatnya adalah ketika janji itu digenapi, ia bisa melupakan semua penderitaannya dalam sekejap (Manasye).
Dan masih banyak lagi contoh yang bisa disebutkan. Namun kita harus mengerti satu hal ini, bahwa mereka tidak membiarkan perasaan sakit dan kecewa itu menguasai iman mereka. Biarkan perasaan-perasaan negatif itu ada sebagai bagian dari penderitaan yang membuat kita semakin giat untuk bersekutu dengan Sang Penggenap Janji (Filipi 3:10). Jadi saudara-saudari, manfaatkanlah waktu yang ada ini untuk semakin mengenal Dia yang menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.