"Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: 'Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.' Kata Natanael kepadanya: 'Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?' Kata Filipus kepadanya: 'Mari dan lihatlah!' Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: 'Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!' Kata Natanael kepada-Nya: 'Bagaimana Engkau mengenal aku?' Jawab Yesus kepadanya: 'Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.' Kata Natanael kepada-Nya: 'Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!' Yesus menjawab, kata-Nya: 'Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.' Lalu kata Yesus kepadanya: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.'" - Yohanes 1:45-51
Sekian ribu tahun kemudian setelah Yakub melihat tangga ilahi di Lus - Bethel (Kejadian 28:12), maka tibalah puncak penggenapan manifestasi mimpi tersebut, yakni Yesus Kristus yang hari itu ditemui Natanael untuk pertama kalinya. Hari itu Natanael dengan mudah mengenali Yesus sebagai Anak Allah, bahkan Raja orang Israel, namun Yesus juga memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Manusia yang menggenapi apa yang dilihat Yakub sekian ribu tahun sebelumnya.
Jadi saat itu Yesus Kristus menyatakan bahwa Dia adalah Allah sekaligus Manusia, atau Allah yang menjelma menjadi manusia. Kristus merupakan sisi keilahian-Nya harus menjadi manusia daging dalam tubuh Yesus (sisi kemanusiaan-Nya). Keinsanian Yesus menjadi dasar legal untuk Tuhan memanifestasikan keilahian Kristus sekaligus merampungkan
destiny-Nya untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Lukas 4:18-21) hingga mati di atas kayu salib dan bangkit dari kematian. Dan juga Yesus Kristus ialah Tangga Hidup, Sang Sullam Sejati, di mana para malaikat turun naik kepada-Nya, sebab Ia adalah Manusia Allah, atau Abdi Allah
(Man of God).
Namun jauh sebelum Yesus Kristus, adalah
seorang abdi Allah, man of God pertama yang juga diutus Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan, dia adalah
Musa atau Mosheh.
"Inilah berkat yang diberikan Musa (מֹשֶׁה), abdi Allah (אּישׁ הָאֱלֹהִים) itu, kepada orang Israel sebelum ia mati." - Ulangan 33:1
"Moses, man of God, blessed the People of Israel with this blessing before his death." - Deuteronomy 33:1 (The Message)
Sebelum Mosheh, belum pernah ada orang yang disebut sebagai abdi Allah, atau man of God. Namun dalam bahasa Ibrani disebut iysh Ha-Elohyim (אּישׁ הָאֱלֹהִים). yang artinya man of The God, manusia Sang Elohim (Allah). Dari Adam, Henokh, Nuh, Sem, Abraham, Ishak, Yakub maupun Yusuf tidak disebut demikian. Mosheh bahkan satu-satunya manusia Allah yang tertulis dalam Torah (Pentateuch) sebab dialah orang pertama yang menjadi penghubung antara Tuhan dengan umat-Nya, sama seperti tangga (Sullam) yang menghubungkan antara Sorga dengan Bumi.
Dengan semua pemahaman tersebut, maka pada Ayin Vav 5776 yang juga bertepatan dengan Tahun Pembebasan atau Tahun Yobel Besar atau Tahun Rahmat Tuhan, Tuhan menghendaki Gereja dan Pasukan-Nya untuk belajar dan mempersiapkan diri seperti Mosheh dipersiapkan membawa bangsa Israel bebas dari perbudakan. Bukankah Yobel Besar berarti pembebasan tawanan dosa menuju kepada Kristus, yang manifestasinya akan terjadi berupa tsunami lawatan dan tuaian jiwa-jiwa terbesar di Akhir Zaman?
Lalu apa yang bisa kita tarik pelajaran dari Mosheh untuk kita menjadi Pasukan Sullam-Nya di Akhir Zaman ini? Paling tidak ada dua poin yang harus kita jadikan highlight sehingga wadah dan kapasitas kita didapati mumpuni menyambut semua yang akan terjadi di Yobel Besar - Ayin Vav 5776:
1. Jika kita menyimak Kitab Keluaran pasal 4 dan 5, itulah assignment pertama Tuhan kepada Mosheh. Dengan sangat jelas Tuhan berbicara kepadanya, lalu Harun juga ikut sepakat bahkan seluruh rakyat israel merestui Mosheh untuk menghadap Firaun. Dan kemungkinan besar bayangan atau angan-angan seluruh Israel untuk merdeka dari perbudakan akan segera menjadi kenyataan. Namun apa yang sesungguhnya terjadi sungguh bertolak belakang dengan apa yang dibayangkan.
Firaun bukan saja menolak permintaan Mosheh, lebih dari itu ia malah memperberat perbudakan atas Israel. Jerami yang awalnya disediakan malah disuruh mencari sendiri, sedangkan kuota atau target hasil pekerjaan tidak diubah. Ini sangat tidak masuk akal dan membuat hati seluruh rakyat Israel menjadi pahit dan menyumpahi Mosheh, "Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami." - Keluaran 5:21
Lalu apa reaksi Mosheh saat itu? Ia kembali menghadap TUHAN, katanya:
"Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus? Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali." - Keluaran 5:22-23
Mosheh kaget, tak berdaya, tidak habis mengerti atas apa yang baru terjadi, sebab memang semua itu tidak ia duga sebelumnya. Namun ia tidak menyerah atau berhenti atau undur dari Tuhan. Mulai sejak saat itu hingga 40 tahun kemudian ia lakukan hampir semua kehendak Tuhan dengan sangat baik termasuk menghadapi ketegartengkukan bangsanya sendiri. Situasi demi situasi yang dihadapinya tidak menjadi lebih mudah karena kesetiaannya, bahkan ia sempat teledor hingga harus membayar harga yang sangat mahal atas keteledorannya itu. Dan sekalipun begitu, Mosheh tetap melayani dan mengasihi Tuhan dan bangsanya dengan segenap hatinya.
Mengapa demikian? "Adapun Mosheh ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." - Bilangan 12:3. Hanya dengan hati yang sedemikian lembut yang bisa memampukan kita untuk terus berjalan bersama dengan Tuhan apapun resikonya. Dengan demikian, Tuhan hendak berkata bahwa tanpa kelembutan hati yang sedemikian rupa, pada Ayin Vav 5776 dan tahun 2016 kita akan mudah tergulung dalam tsunami air mata yang disediakan bagi dunia.
Bukankah Anak Manusia itu pernah berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." - Matius 11:28-30. Kuk ini bukan untuk seekor lembu saja, namun sepasang lembu, karena Tuhan menghendaki kita berjalan bersama-Nya, seiring seirama dengan hati-Nya.
2. Pelajaran kedua bisa kita dapati jika kita menyimak apa yang tertulis dalam Kitab Keluaran pasal 33. Dikisahkan bahwa saat itu Tuhan ngambek, sudah muak sikap tegar tengkuk umat-Nya dan hendak memutuskan untuk tidak lagi ingin berjalan bersama. Dalam kekesalan-Nya, Tuhan cukup mengutus seorang malaikat dan menjamin bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, namun Ia tidak mau lagi berjalan bersama mereka.
Apa yang terjadi berikutnya? "Ketika bangsa itu mendengar ancaman yang mengerikan ini, berkabunglah mereka dan seorangpun tidak ada yang memakai perhiasannya." - Keluaran 33:4. Sesungguhnya Tuhan hanya berbicara kepada Mosheh, namun kali itu dalam anugerah-Nya, seluruh rakyat Israel pun dibiarkan mendengar ancaman tersebut, sebab jika tidak maka tidak ada satupun yang akan bertobat dengan berkabung dan menanggalkan semua perhiasan mereka.
Perhiasan berbicara akan pride atau segala jenis kebanggaan. Kita harus mengerti benar bahwa di masa-masa penentuan ini, tanpa disadari pride bisa menjadi jerat yang mematikan. Legalisasi UU pernikahan sesama jenis di Amerika pada 26 Juni 2015 lalu merupakan manifestasi pride yang sangat mengundang murka Tuhan, sebab mereka mendeklarasikan "Celebrate Pride".
Lalu bagaimana respon Mosheh atas semuanya itu? "Berkatalah Musa kepada-Nya: 'Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?'" - Keluaran 33:15-16
Dapatkah kita memahami chemistry di antara hati Tuhan dengan hati Mosheh dari perkataannya itu? Bagi Mosheh keadaaan hati dan kehadiran Tuhannya adalah segalanya. Kehadiran Tuhan bahkan lebih prioritas daripada destiny-nya sendiri. Ia tidak peduli ke manapun Tuhan kehendaki, bahkan sekalipun mereka semua tidak pernah sampai ke Tanah Perjanjian, asalkan Tuhan selalu bersama mereka dan mereka dikenan untuk juga jalan bersama-Nya, itu sudah segalanya bagi Mosheh.
Coba renungkan sekali lagi. Saat itu Tuhan sudah memberikan kemudahan untuk seluruh bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian, dengan kata lain garis akhir atau puncak destiny sudah dijamin tercapai saat itu juga. Sadarkah kita bahwa betapa liciknya hati kita mampu menjadikan destiny kita sebagai berhala yang lebih prioritas daripada hati Tuhan? Tahun depan, Ayin Vav 5776 dan 2016 kita akan menjadi tangga atau sullam bagi dunia. Mujizat demi mujizat, kemuliaan demi kemuliaan akan dilimpahkan dengan dahsyatnya, kita akan menjadi pencetak sejarah, sebuah sejarah yang terukir sedemikian rupa, yang belum pernah ada sebelumnya dan takkan pernah ada lagi setelahnya. Namun apakah hati-Nya akan tetap kita bawa ke manapun kita melangkah?
Inilah chemistry yang sesungguhnya terjadi antara Tuhan dengan Mosheh, poin pertama menjelaskan bahwa Tuhan menunjuk Mosheh sambil berkata, "You are The Man!" Dan memang Mosheh yang diutus Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Namun poin kedua ini justru sebaliknya bagian Mosheh yang membalas Tuhan, "You are The Man!" Sebab tanpa penyertaan Tuhan, sia-sialah segalanya. Betapa indahnya yang terjadi di antara mereka, dan keindahan inilah yang Tuhan kehendaki ada dari Gereja dan Pasukan-Nya di Ayin Vav 5776 dan 2016. Inilah makna Sullam yang sesungguhnya.
Orang yang lembut hati akan mencari makna dari setiap proses, bagaimana jalan-jalan-Nya berlaku atas hidup kita dan segala sesuatunya jauh lebih berharga daripada semua hasil yang gemilang sekalipun. Itulah sebabnya antara Mosheh dan umat Israel ada perbedaan yang begitu besar, "Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel." - Mazmur 103:7. Itulah sebabnya reaksi pertama Mosheh terhadap ancaman Tuhan, "Jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu." - Keluaran 33:13.
Jalan-jalan-Nya, selera-Nya, mood-Nya, hati-Nya, cara berpikir-Nya bahkan setiap hembusan dan tarikan nafas-Nya itu semua yang harus menjadi pengenalan kita akan Dia, bukan perbuatan-perbuatan-Nya. Sebab bahkan para pelaku mujizat pada akhirnya banyak yang ditolak (Matius 7:22-23), karena mereka tidak pernah peduli akan hati-Nya. Sungguh, mudah bagi Tuhan membahagiakan anak-anak-Nya, namun untuk mendewasakan Tuhan terpaksa menghalalkan segala cara. Mudah bagi-Nya untuk memberi tuaian milyaran jiwa dalam waktu sekejap, tapi bukan begitu kehendak-Nya.
Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.